PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENEMUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

Tanya Jawab Pramenulis untuk Memudahkan Pembelajar Menghasilkan Tulisan. Abstrak

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GADINGREJO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Keywords: Role Play, Writing, Negotiation Text.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA N 1 PRINGSEWU. Oleh

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANGKAT PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING (STUDI PENGEMBANGAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 MAKASAR)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COMPLETE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

J-Simbol (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) September 2014 ANALISIS NASKAH SOAL UJIAN SEKOLAH DITINJAU DARI TIGA VALIDITAS.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG. Oleh

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 2 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

BAB I PENDAHULUAN. makna kata-kata secara individul akan dapat diketahui. diharapkan dapat melatih kreatifitas dan keterampilan siswa dalam

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENERUSKAN TULISAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan di Indonesia salah satunya ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.

Abstract. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK DENGAN MEDIA GAMBAR E JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA N 10 SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TUMIJAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

RAFT (ROLE, AUDIENCE, FORMAT, TOPIC) DAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF 1

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Transkripsi:

PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENEMUAN I Made Sutama Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha imadesutamaubd@gmail.com Abstract A new curriculum, namely Curriculum 2013, have been implemented in Indonesian teaching and learning. As a logical consequence of its implementation, there is a change in how language viewed and how the subject matter should be taught. In this curriculum, language viewed as text and should be taught by text based learning. One suggested model of teaching is discovery learning. But, was it an appropriate model for teaching writing? Discovery learning is not a new thing in the teaching of writing. But, it is not enough to achieve the inal goal of teaching writing, namely students are able to produce a piece of writing. The last target of the application of discovery learning is to invent a concept of thing. For the reason, we should complete the steps of discovery learning with other steps for developing student s ability to produce a piece of writing. Keywords: teaching writing, discovery learning Abstrak Kurikulum baru, yakni Kurikulum 2013, telah diterapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Sebagai konsekuensi logis dari diterapkannya kurikulum baru, cara pandang terhadap bahasa dan bagaimana bahasa diajarkan juga berubah. Dalam kurikulum ini, bahasa dipandang sebagai teks dan bahasa diajarkan dengan berbasis teks. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah pembelajaran berbasis penemuan. Persoalannya adalah apakah pembelajaran berbasis penemuan cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan menulis. Pembelajaran berbasis penemuan bukan hal baru dalam pembelajaran menulis. Akan tetapi, pembelajaran berbasis penemuan tidak cukup untuk menyelesaikan secara menyeluruh kebutuhan pembelajaran menulis. Pembelajaran berbasis penemuan akan berakhir pada penemuan konsep. Padahal, tujuan akhir pembelajaran menulis adalah siswa menghasilkan produk berupa tulisan. Oleh karena itu, langkah-langkah pembelajaran berbasis penemuan perlu dilengkapi dengan langkah lain supaya siswa dapat menghasilkan tulisan. Kata-kata kunci: pembelajaran menulis, pembelajaran berbasis penemuan Pendahuluan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan di lapangan, dari waktu ke waktu, kurikulum secara terus-menerus mengalami perubahan. Khusus dalam konteks pelajaran bahasa Indonesia, setiap perubahan kurikulum membawa serta perubahan cara pandang terhadap bahasa yang berakibat pula pada apa yang diajarkan dan bagaimana bahasa itu diajarkan. Dalam Kurikulum 1975, misalnya, bahasa dipandang sebagai seperangkat sistem kaidah. Oleh karena itu, yang diajarkan di kelas bahasa adalah butir-butir kaidah bahasa yang diajarkan secara deduktif. Dalam Kurikulum 1984, 1994, KBK, dan KTSP, bahasa dipandang sebagai alat komunikasi, sehingga yang diajarkan adalah bagaimana berkomunikasi, dan aktivitas di kelas bahasa didominasi oleh kegiatan berkomunikasi. Kini, Kurikulum 2013 telah diberlakukan. Dalam kurikulum itu, bahasa dipandang sebagai teks. Oleh karena itu, yang diajarkan di kelas bahasa adalah berbagai jenis teks dan cara menghasilkannya. Karena penerapan kurikulum itu baru dimulai pada tahun 2013, masih terjadi banyak persoalan. Salah satunya adalah persoalan bagaimana mengajarkan bahasa berbasis teks, khususnya mengajarkan keterampilan menulis. Salah satu cara yang ditawarkan adalah dengan belajar berbasis penemuan (disovery learning). Masalah yang muncul adalah (1) apa itu pembelajaran berbasis penemuan, (2) apakah keterampilan menulis dapat diajarkan dengan berbasis penemuan, (3) bagaimana langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis berbasis 446

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIpenemuan. Semua masalah itu akan dijawab dengan mengambil kasus menghasilkan teks eksplanasi melalui pembelajaran berbasis penemuan. Pembahasan 1. Pembelajaran Berbasis Penemuan Pembelajaran Berbasis Penemuan (PBP) adalah pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk menemukan sendiri prinsip, konsep, atau dalil dari sesuatu yang dipelajari, bukan pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dalam bentuk inal (Kemdikbud, 2014a: 29). Bruner (Kemdikbud, 2014b: 40), sebagai penggagas model pembelajaran ini, memandang bahwa partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran itu penting. Namun, untuk mewujudkan hal itu, mereka perlu disediakan lingkungan untuk dieksplorasi yang dapat memfasilitasi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk sesuatu yang dapat dieksplorasi. Melalui eksplorasi itu, mereka diharapkan dapat menemukan sendiri konsep, teori, atau aturan tentang sesuatu. Jadi, Pembelajaran Berbasis Penemuan (PBP) dirancang dengan tujuan siswa mampu menemukan konsep, prinsip, yang sebelumnya tidak mereka ketahui (Kemdikbud, dalam Priyatni, 2014: 106). Bicknell-Holmes dan Hoffman (dalam Castranova pada chiron.valdosta.edu) menyatakan ada tiga ciri utama PBP. Yang pertama adalah mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, mengintegrasikan, dan menggeneralisasi pengetahuan. Yang kedua adalah aktivitas berbasis minat yang dikendalikan oleh siswa dalam arti merekalah yang menentukan urutan dan frekuensi kegiatan. Yang ketiga adalah aktivitas yang mendorong terjadinya interaksi pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki oleh siswa. Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menerapkan PBP, yaitu: (1) pemberian rangsangan, (2) identi ikasi masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, dan (6) penyimpulan (Kemdikbud, 2014b; Priyatni, 2014). Pada langkah pemberian rangsangan, siswa dihadapkan pada sesuatu yang membingungkan yang dapat menumbuhkan keingintahuannya melalui penyelidikan. Untuk itu, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, menganjurkan siswa untuk membaca, atau mengajak mereka beraktivitas yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Fungsi pemberian rangsangan adalah menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Langkah pemberian rangsangan disusul oleh langkah identi ikasi masalah. Pada langkah ini, siswa diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk mengidenti ikasi berbagai masalah yang relevan dengan materi pembelajaran. Satu atau lebih masalah dipilih untuk dirumuskan hipotesisnya. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa diajak memasuki langkah pengumpulan data. Pada saat itu, siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan. Informasi dapat diperoleh berbagai cara dari berbagai sumber, seperti membaca literatur, mengamati objek, melakukan wawancara dengan nara sumber, atau melakukan uji coba. Pada langkah pengolahan data, berbagai informasi yang diperoleh diolah dan ditafsirkan. Setelah hal itu dilakukan, generalisasi dibuat atau simpulan ditarik. Generalisasi atau simpulan yang ditarik dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk hal yang sama. 2. Menguasai Teks Melalui Penemuan Menguasai teks melalui penemuan sesungguhnya bukan merupakan gagasan baru dalam penguasaan bahasa. Tentang hal itu sesungguhnya dapat dirunut ke teori tentang bagaimana kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulis, diperoleh oleh kanak-kanak/anak-anak. Dalam kasus pemerolehan bahasa lisan, pada mulanya anak mendengarkan ujaran di sekitarnya dan mencoba memahami, baik makna maupun konstruksi/strukturnya. Pemahaman itu dijadikan dasar untuk merumuskan dugaan tentang makna ujaran dan susunannya. Dugaan ini dicobakan dalam aktivitas berbicara selanjutnya dan akan diperbaiki jika ditemukan fakta-fakta yang 447

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIImenggugurkan dugaan itu. Rangkaian penguasaan kemampuan berbahasa tulis juga demikian. Awalnya adalah pemahaman, tetapi terhadap bahasa tulis yang ada di sekitar anak, terutama setelah mereka bisa membaca. Menurut Squire (dalam Sutama, 1997: 37), melalui pengalaman membaca, anak secara intuitif maupun sadar belajar tentang bentuk dan konvensi jenis tulisan tertentu. Jadi yang dipahami bukan hanya makna bahasa tulis yang dihadapi, tetapi juga konstruksinya. Pemahaman terhadap konstruksi bahasa tulis itu akan dijadikan dasar untuk membangun hipotesis tentang konstruksi bahasa tulis, seperti ketika mereka membangun hipotesis tentang konstruksi bahasa lisan, sebagaimana dinyatakan oleh Gundlach (dalam Sutama, 1997: 37-38). Dinyatakan bahwa sama seperti ketika anak belajar berbicara belajar tentang prinsip-prinsip yang mendasari bahasa lisan, mereka juga mengembangkan hipotesis tentang prinsip-prinsip yang mengatur sistem bahasa tulis ketika mereka berhadapan dengan bahasa tulis. Hal ini berlangsung bukan hanya dalam konteks di luar kelas, tetapi juga dalam konteks di dalam kelas. O Malley dan Channot (1997: 39) menyatakan bahwa anak melahirkan kaidah formasi bahasa, baik ketika mereka belajar bahasa di luar kelas maupun di dalam kelas. Kemungkinan menguasai bahasa tulis melalui penemuan juga dapat kita lihat dari khasanah pendekatan pembelajaran menulis. Pendekatan-pendekatan itu lahir dari pandangan yang berbeda-beda tentang menulis. Ada pandangan yang menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas sosial (Hull, dalam Sutama, 2010: 10). Sebagai aktivitas sosial, menulis tidak pernah dilakukan dalam situasi vakum. Tulisan pada umumnya ditujukan kepada orang lain untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, menulis secara alamiah selalu dilakukan dalam konteks. Pandangan lain adalah menulis dianggap sebagai sebuah proses (Scardamalia dan Bereiter; Glover dan Bruning (dalam Sutama, 2010: 10). Ada pula pandangan bahwa untuk dapat menulis, diperlukan bukan hanya pengetahuan tentang topik yang akan ditulis, tetapi juga pengetahuan tentang pola atau struktur wacana (McCtchen, dalam Sutama, 2010: 11). Sejalan dengan masing-masing pandangan tentang menulis di atas, dikenal ada pendekatan konteks, pendekatan proses, dan pendekatan pola (Shih; Raimes, dalam Sutama, 2010: 11). Pendekatan konteks mengasumsikan bahwa di dalam aktivitas menulis yang sesungguhnya, penulis berorientasi pada tujuan tertentu dan menyasar pembaca tertentu. Implementasi dari pendekatan ini dalam pembelajaran menulis di kelas adalah siswa ditugasi untuk menulis dengan tujuan dan pembaca yang telah ditentukan. Dengan itu, siswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan dengan pola retorika yang baik. Pendekatan proses mengasumsikan bahwa menulis terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap penuangan, dan tahap peninjauan. Ketiga tahap itu tidak bersifat linier, tetapi rekursif. Penerapan dari pendekatan ini dalam pembelajaran menulis di kelas adalah siswa dibantu memahami proses menulis dan dituntun menjalani semua proses itu sehingga mereka dapat menghasilkan tulisan yang baik. Pendekatan pola mengasumsikan bahwa perilaku berbahasa muncul karena dipicu oleh bahasa orang lain (Myers, dalam Sutama, 2010: 11). Oleh karena itu, dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan ini, siswa diajak menganalisis pola wacana ideal yang dihadapi dan mempraktikkan pola-pola retorika yang ditemukan dalam wacana itu. Sebagai medianya, sejumlah esai model disediakan. Dengan esai model seperti itu, diharapkan tumbuh kesadaran pada diri siswa akan pola-pola retorika. Sebagai tugas akhir pembelajaran, siswa diminta menulis dengan pola wacana yang ditemukan. Sutama dkk. (2000) pernah menerapkan pendekatan ini dalam penelitian tentang Pemanfaatan Opini pada Media Masa Remaja untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Wacana Argumentasi. Hasilnya adalah pembelajaran menjadi menarik dan kemampuan menulis siswa dapat ditingkatkan. Dengan demikian, belajar menulis berbasis penemuan memang dimungkinkan dilihat dari keberadaan pendekatan dalam pembelajaran menulis. 448

3. Kecukupan Pembelajaran Berbasis Penemuan dalam Pembelajaran Menulis Di depan telah disampaikan bahwa ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menerapkan PBP, yaitu: (1) pemberian rangsangan, (2) identi ikasi masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, dan (6) penyimpulan. Karena tujuan akhir PBP adalah menemukan konsep, prinsip, atau karakteristik tentang sesuatu, ketika PBP diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis, hasil akhirnya adalah karakteristik suatu jenis tulisan. Tentu pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat diakhiri sampai di situ. Pembelajarannya harus dilanjutkan dengan mengajak siswa menerapkan karakteristik, struktur maupun bahasa, yang mereka temukan. Jika tidak demikian, pembelajaran menulis akan berakhir pada penguasaan pengetahuan tentang struktur dan bahasa suatu jenis tulisan. Dalam konteks pembelajaran menulis, Hobelman dan Wiriyachitra (1995: 125) menyarankan hal berikut ini. Setiap unit pembelajaran menulis harus difokuskan pada satu jenis tulisan. Semua aktivitas dalam satu unit pembelajaran itu harus diarahkan menuju aktivitas menulis inal. Langkah-langkahnya adalah pemberian input, praktik kebahasaan, menulis terkontrol, menulis semi bebas, dan melakukan revisi. Pada langkah pemberian input, siswa diajak membaca contoh wacana yang baik untuk tipe teks yang sedang dipelajari. Wacana ini dibaca dengan tujuan memberikan pengetahuan topik kepada semua siswa untuk didiskusikan. Dengan memberikan teks model, siswa juga mendapatkan kosakata, idiom, pola kalimat, dan organisasi wacana untuk teks yang sedang dipelajari. Jadi, siswa bisa belajar tentang banyak hal dari teks model. Pada langkah praktik kebahasaan, siswa dilatih menggunakan gramatika, kosakata, organisasi yang diperlukan. Pada langkah menulis terkontrol, siswa diajak berlatih menuliskan kembali isi wacana model. Pada langkah menulis semi bebas, siswa diajak, secara individu atau berkelompok, menulis wacana berdasarkan ide mereka sendiri, namun untuk mempraktikkan pengetahuan mereka tentang tipe teks yang dipelajari. Pada langkah melakukan revisi, karya tulis siswa akan ditukar untuk dikomentari oleh temannya, baik isi maupun strukturnya. Komentar teman akan dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dalam rangka menghasilkan draf akhir yang akan diserahkan kepada guru. Berdasarkan paparan di atas, langkah-langkah PBP perlu dipadukan dengan saran Hobelman dan Wiriyachitra. Hasil pemaduannya akan menjadi seperti berikut ini. 1. Setelah disampaikan pengantar pembelajaran, kepada siswa dibagikan teks dengan judul tertentu. Teks yang dibagikan itu berfungsi sebagai rangsangan atau input bagi siswa. 2. Dari teks yang telah dibagikan itu, siswa diarahkan untuk merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan perlu difokuskan pada bagaimana struktur teks dan ciri-ciri kebahasaannya. 3. Untuk menjawab rumusan masalah itu, teks yang dihadapi dieksplorasi untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Eksplorasi dapat diperluas dengan membaca teks lain yang sejenis dan sumber-sumber lain. 4. Data yang diperoleh, kemudian, diolah untuk merumuskan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan. 5. Jawaban atas masalah itu dikon irmasi dengan informasi dari berbagai sumber untuk membuktikan kebenarannya, atau, untuk diperbaiki jika terbukti belum benar. Dari langkah ini, akan diperoleh pemahaman yang benar tentang struktur dan ciri kebahasaan teks. 6. Langkah selanjutnya adalah praktik kebahasaan, menulis terkontrol, menulis semi bebas, dan melakukan revisi, sampai dihasilkannya draf inal teks. Dari keenam langkah di atas, dapat diidenti ikasi bahwa langkah (1) sampai dengan (5) adalah langkah-langkah PBP, sedangkan langkah (6) adalah langkah lanjutan untuk menghasilkan tulisan atau teks. 449

Penutup Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan berbasis teks. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah Pembelajaran Berbasis Penemuan. Model pembelajaran ini sesungguhnya dapat dicarikan benang merahnya ke kajian pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa, termasuk pembelajaran menulis. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis, pembelajaran keterampilan menulis berbasis penemuan dapat dan perlu dilakukan karena memiliki dasar kajian yang kuat. Hanya saja, penerapan PBP perlu dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran menghasilkan tulisan. Daftar Pustaka Castronova, Joyce A. Learning for the 21 st Century: Article Manuscript. Pada chiron.valdosta. edu (Diakses 19-10-2015). Hobelman, Paul dan Wiriyachitra, Arunee. 1995. A Balanced Approach to the Teaching of Intermediate-Level Writing Skills to EFL Students. dalam Kral, Thomas (Ed.). Creative Classroom Activities. Washington: United States Information Agencies. http://belajarbahasainggris.us (Diakses 23-10-2014). Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. 2014a. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Kemdikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014b. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sutama, I Made. 1997. Perkembangan Koherensi Tulisan Siswa Sekolah Dasar (Disertasi). I Made. 2010. Pembelajaran Menulis yang Memudahkan (Orasi Pengenalan Jabatan Guru Besar Tetap). 450