I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

dokumen-dokumen yang mirip
UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

KANDUNGAN COLIFORM DAN KLORIN ES BATU DI YOGYAKARTA. Content of Coliform and Chlorine on Ice Cube in Yogyakarta

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA AIR BAKU DAN AIR HASIL PENGOLAHAN PDAM DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh. Mega Endahlestari NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

Waspada Keracunan Mikroba pada Air Minum Dalam Kemasan

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

SKRIPSI KANDUNGAN COLIFORM DAN KLORIN ES BATU DI YOGYAKARTA. Disusun oleh: Febiana Christine Sopacua NPM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kota Surakarta

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Winarno dkk, 1993). Keamanan pangan merupakan salah satu faktor yang penting disamping mutu fisik, gizi dan citarasa. Keamanan juga diartikan sebagai keadaan yang bebas dari bahaya cedera atau kerusakan pada pemakaiannya. Aspek keamanan bila tidak diperhatikan, maka makanan dapat berbalik menjadi sumber malapetaka, sumber penyakit dan kematian (Anonim, 1996). Air merupakan kebutuhan yang tidak tergantikan dalam suatu kehidupan. Air yang aman untuk diminum dan digunakan untuk rumah tangga harus bebas dari mikrobia penyebab penyakit dan senyawa kimia yang merugikan kesehatan. Bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan terutama Escherichia coli dapat masuk ke dalam air. Adanya Escherichia coli menunjukkan bahaya polusi fekal dan penyakit melalui organisme patogenik (Suharni dkk., 2007). Air dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk cair ataupun dalam bentuk padat, dalam bentuk padat yaitu berupa es batu. Es batu yang dikonsumsi oleh masyarakat terdapat dalam berbagai jenis, yaitu berupa es balok ataupun es kristal. Penelitian ini memilih menggunakan subyek es 1

2 batu balok daripada es kristal karena es batu balok dimungkinkan dalam pembuatannya tidak menggunakan air steril, sedangkan es kristal airnya ditreatment dengan sinar ultraviolet (Suharni dkk.,2007). Es batu merupakan produk pangan yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat yang secara umum dianggap aman untuk dikonsumsi. Es batu bahkan seringkali digunakan sebagai bahan yang dapat mempertahankan kesegaran atau memperpanjang umur simpan suatu produk pangan. Hal ini berkaitan dengan rendahnya suhu es batu, sehingga diduga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia (Gasem dkk., 2001). Hal tersebut disebabkan karena semua reaksi metabolisme pada mikrobia dikatalisis oleh enzim, dan kecepatan reaksi katalisis enzim tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur (Jay, 2000). Anggapan ini bertolak belakang dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, konsumsi es batu diketahui menjadi sumber pembawa penyakit, terutama penyakit enterik (Gasem dkk., 2001). Proses pembekuan tidak membinasakan bakteri, banyak bakteri dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah ini untuk jangka waktu yang relatif panjang dan telah diketahui menjadi penyebab ledakan penyakit alat pencernaan (Volk & Wheeler, 1989). Infeksi asal air, sebagaimana halnya penyakit asal makanan, disebabkan oleh mikrobia yang memasuki dan keluar dari inang lewat rute mulut-usus (Volk & Wheeler, 1989). Timbulnya penyakit yang berkaitan dengan konsumsi es dapat dihubungkan antara lain dengan kurang diperhatikannya faktor kebersihan dan

3 sanitasi dalam penanganan es batu (Purawijaya, 1992). Hal tersebut menjadikan tingginya peluang kontaminasi mikrobiologis pada es batu. Evaluasi mengenai mutu mikrobiologis es batu terutama evaluasi mengenai keberadaan Coliform, menjadi penting untuk mengetahui tingkat sanitasi dan tingkat bahaya akibat mikrobia patogen dari es batu yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat (Firlieyanti, 2006). Bakteri Coliform (fekal dan non-fekal) merupakan mikrobia yang umum digunakan sebagai indikator sanitasi pada air dan makanan (Anonim, 2004a). Keberadaan Coliform fekal (E. coli) pada produk pangan penting untuk diperhatikan karena merupakan indikasi adanya kontaminasi fekal. Eschericia coli juga dapat menjadi indikasi adanya patogen enterik yang mungkin terdapat pada feses, patogen tersebut menimbulkan penyakit atau keracunan pangan (foodborne diseases) apabila tertelan bersama makanan atau minuman (Anonim, 2004a). Beberapa strain dari E.coli juga bersifat patogen dan dapat menyebabkan berbagai penyakit, diantaranya diare berdarah, gagal ginjal akut dan meningitis (Anonim, 2004a). Pengolahan air diupayakan agar terhindar dari mikrobia dan senyawa kimia. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Selain itu mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III) (Farida, 2002).

4 Kebutuhan klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yang mengandung suspensi padatan yang tidak terlalu tinggi biasanya relatif kecil berkisar 2 ppm (Hasan, 2006). Klorin akan bereaksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan komponen-komponen tersebut akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan untuk disinfeksi, sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak sebagai disinfektan. Batas maksimum kandungan sisa klor yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,2 mg/l (Elly, 2008). Orang yang meminum air yang mengandung klorin dalam jumlah yang melebihi standar maksimum sekitar 5 ppm memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati (Anonim, 2003). B. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai uji mikrobia pada es batu telah dilakukan oleh Firlieyanti (2006) dengan melakukan uji total mikrobia, uji Coliform dan identifikasi Coliform. Dari hasil penelitian diketahui es batu di Bogor tidak memenuhi persyaratan mutu mikrobiologis yang ditetapkan dalam SNI dan

5 Keputusan Menteri Kesehatan (tidak mengandung Coliform dan E.coli dalam 100 ml). Mutu mikrobiologis yang relatif buruk (mengandung Coliform dan E. coli dalam 100 ml) tersebut mengindikasikan buruknya penerapan higiene dan sanitasi dalam penanganan es batu di Bogor. Penelitian yang lain adalah Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Es yang Digunakan oleh Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kampus Universitas Jember yang dilakukan oleh Shodikin (2007). Dalam penelitian ini dilakukan presumptive test, confirmed test, dan completed test. Hasil penelitian menunjukkan adanya kontaminasi bakteri Coliform pada air es yang digunakan pada penelitian tersebut. Kontaminasi air es dapat berasal dari kontaminasi sumber air, misalnya dari sungai dan sumur yang berdekatan dengan septic tank. Air es dapat pula terkontaminasi pada proses pengiriman maupun proses penyajiannya (Shodikin, 2007). Pada penelitian tentang uji bakteriologi air es batu balok di daerah Pabelan Sukoharjo ditinjau dari jumlah bakteri Coliform yang dilakukan oleh Tarwantyo (2010), air es batu balok di daerah Pabelan Sukoharjo dimungkinkan terdapat Eschericia coli karena daerah tersebut merupakan kawasan kampus yang kebanyakan masyarakatnya mengkonsumsi air es batu balok yang diproduksi pabrik daripada mengkonsumsi air es buatan sendiri dari air matang. Parameter ditentukan berdasarkan standart MPN (The Most Probable Number) dan metode yang dipakai adalah metode non eksperimen yaitu percobaan tanpa ada perlakuan.

6 Sparringa (2013) mengatakan, kantin yang berkualitas sangat dengan kualitas air, ventilasi, pengolahan limbah, tempat sampah, tempat cuci tangan dan piring, tempat penyimpanan alat makan dan masak, lingkungan tempat mencuci alat makan, higienitas penjaja makanan. Roy mengungkapkan, bahwa dari hasil monitoring PJAS Nasional tahun 2008, ditemukan kandungan protein jajanan sekolah hanya 20%, dan kandungan mikroba dalam jajanan tersebut mencapai sekitar 60-70%. Pencemaran mikroba tersebut berasal dari es batu dengan kualitas yang sangat buruk, katanya kepada wartawan di Jakarta Kamis, 20 Juli 2013 (Hadi, 2013). Kasus keracunan es batu terdapat di Boyolali pada 26 Februari 2013. Setidaknya 134 orang di Boyolali mengalami gejala keracunan setelah menyantap hidangan pernikahan. Hingga saat ini, 9 orang harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit dan puskesmas terdekat. Jumlah korban masih dimungkinkan bertambah. Diduga dari es buah, karena warga yang tidak minum es buah tidak mengalami problem apa-apa. keracunan diduga dari es buah yang mengandung bakteri. Setelah dilakukan pengecekan, lokasi pembuatan es buah kurang higienis. Gejala umum yang dialami korban adalah mual, pusing dan diare (Anonim, 2013b). Penelitian Elly (2008) tentang Kadar Sisa Klor dan Kandungan Bakteri E.coli Air PT. Dream Sucses Airindo (DSA) Ambon Sebelum dan Sesudah Pengolahan Tahun 2007 menyebutkan bahwa terjadinya penurunan yang sangat bermakna dari air hasil pengolahan. Analisis data yang digunakan

7 untuk membandingkan hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan uji Pair T-test dengan α=0,05. Pada pemeriksaan kadar sisa Klor pada air PT. DSA Ambon terjadi peningkatan kadar sisa Klor sebelum dan sesudah pengolahan yakni dari rata-rata 0 mg/l sebelum pengolahan menjadi 0,13 mg/l setelah pengolahan. Kadar sisa Klor tersebut sudah memenuhi nilai batas keamanan yang dianjurkan Anonim (2009b), yakni sebesar 0,2 mg/l. C. Perumusan Masalah 1. Apakah es batu pada penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan perusahaan es batu di wilayah Yogyakarta telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan BPOM untuk jumlah total mikrobia dan Coliform? 2. Apakah ditemukan bakteri E.coli pada es batu pada penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan perusahaan es batu wilayah Yogyakarta? 3. Apakah kadar sisa klor pada es batu pada penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan perusahaan es batu wilayah Yogyakarta telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan BPOM?

8 D. Tujuan 1. Mengetahui jumlah total mikrobia dan Coliform pada es batu di penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan di perusahaan es batu wilayah Yogyakarta 2. Mengetahui ada tidaknya E.coli pada es batu pada penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan perusahaan es batu wilayah Yogyakarta 3. Mengetahui sisa kadar klor yang terkandung dalam es batu pada penjual es batu industri rumah tangga daerah kotamadya Yogyakarta dan perusahaan es batu wilayah Yogyakarta E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kandungan sisa klor dan jumlah mikrobia pada es batu di daerah Yogyakarta. Jumlah mikrobia yang melebihi standart BPOM serta kandungan sisa klor yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian lain.