Skema Pengendali Motor BLDC Tanpa Sensor Posisi Rotor dengan Metode Deteksi Back EMF Berbasis Mikrokontroler Arduino

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DESAIN SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR BLDC BERBASIS PROGRAMMABLE ARRAY LOGIC DENGAN METODE SIX STEP COMMUTATION

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN MOTOR PENGGERAK MOBIL LISTRIK DESIGN AND BUILD CONTROLLER MOTOR DRIVER ELECTRIC CAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

KENDALI KECEPATAN BRUSHLESS DIRECT CURRENT MOTOR MENGGUNAKAN BACK-EMF ZERO CROSSING DENGAN METODE SIX STEP COMMUTATION SKRIPSI.

PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC BRUSHLESS MENGGUNAKAN MICROCONTROLLER AVR

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP UNBALANCE VOLTAGE DAN OVERLOAD DENGAN SISTEM MONITORING

Rancang Bangun Kendali Digital Motor BLDC Untuk Mobil Listrik Universitas Jember

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGENDALI MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN INVERTER UPWM BERBASIS FPGA

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Artikel Reguler. Volume 1 Nomor 1, April 2014

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Abstrak RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD

APLIKASI PEMBANGKIT PWM SINUSOIDA 1 FASA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 SEBAGAI PENGGERAK MOTOR INDUKSI

PERANCANGAN BRUSHLESS DC MOTOR 3 FASA SEDERHANADENGAN 4 KUTUB ROTOR

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENGEREMAN ELEKTRIS BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL INVERTER UNTUK APLIKASI KENDARAAN LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

KENDALI TEGANGAN DAN FREKUENSI BERJANGKAH UNTUK IC HEF4752 SEBAGAI PENGATUR TEGANGAN DAN FREKUENSI TIGA FASA 30 VOLT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB III PERANCANGAN SISTEM

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU FASA SEBAGAI SARANA ANTARMUKA SISTEM PHOTOVOLTAIC DENGAN JARINGAN LISTRIK BERBASIS dspic30f4012

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

RANCANG BANGUN INVERTER 1 FASA SINYAL PWM BERBASIS MICROCONTROLLER AT89S52 SEBAGAI PENGATUR KECEPATAN MOTOR INDUKSI 1 FASA

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Pengendalian Motor DC Tanpa Sikat Sederhana dengan DSC 16-bit pada Aplikasi EDF

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

RANCANG BANGUN PENGGERAK GOKART MENGGUNAKAN BLDC MOTOR

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. monitoring daya listrik terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Rangkaian Iot Untuk Monitoring Daya Listrik

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BAB III PERANCANGAN SISTEM LANGKAH PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN MOTOR BRUSHLESS DC DENGAN METODE PWM SINUSOIDAL MENGGUNAKAN ATMEGA16 SKRIPSI ABE DHARMAWAN X

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC MELALUI DETEKSI PUTARAN ROTOR DENGAN MIKROKONTROLLER dspic30f4012

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Konversi Energi Elektrik Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Transkripsi:

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 22 Skema Pengendali Motor BLDC Tanpa Sensor Posisi Rotor dengan Metode Deteksi Back EMF Berbasis Mikrokontroler Arduino Tri Wahono, Tole Sutikno Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Kampus 3, Jln. Prof.Dr. Supomo, Janturan, Yogyakarta 55164 email: triwahono060@gmail.com Abstract Brushless DC Motor (BLDC) is one of synchronous motors which are increasingly applied in many applications due to effective, free-maintenance and high power to weight ratio. However, the operation of a BLDC motor requires rotor position sensor. This research has developed arduino microcontroller-based BLDC motor control scheme without rotor position sensor by using back EMF method. The back EMF signal in motor terminal is compared to the virtual ground to detect the rotor position. The proposed control scheme was verified in simulation using Proteus software and in experimental hardware on a lab scale. The research shown that the proposed scheme has been successfully developed based on arduino microcontroller and work properly. Keywords: BLDC Motor Controller, BLDC Sensorless, Back EMF, Arduino Nano Abstrak Motor Brushless DC (BLDC) adalah salah satu jenis motor sinkron yang semakin banyak digunakan di banyak aplikasi karena efisien, bebas perawatan dan rasio daya terhadap bobot yang baik. Namun pada pengoperasiannya motor BLDC memerlukan sensor posisi rotor. Penelitian ini membangun skema pengendali motor BLDC tanpa sensor posisi rotor dengan menggunakan metode back EMF berbasis mikrokontroller arduino. Deteksi posisi dilakukan dengan cara mendeteksi sinyal back EMF yang terdapat pada terminal daya motor, dan dibandingkan dengan virtual ground. Skema pengendali yang diusulkan telah diverifikasi secara simulasi dengan perangkat lunak Proteus dan secara eksperimen perangkat keras pada sekala laboratorium, dan bekerja dengan baik. Kata kunci: Pengendali Motor BLDC, BLDC Sensorless, Back EMF, Arduino Nano 1. Pendahuluan Motor Brushless DC (BLDC) semakin banyak dipakai pada aplikasi rumah tangga hingga industri karena efisiensinya yang tinggi, bentuknya yang kompak, tidak menimbulkan polusi suara (silent operation) dan tidak memerlukan perawatan yang tinggi. Sebagai contoh, pompa minyak pada mobil yang menggunakan motor dc hanya bisa beroperasi maksimum 6.000 jam tetapi jika menggunakan motor BLDC siklus operasinya bisa ditingkatkan hingga 15.000 jam atau hampir tiga kali lipat. Sayangnya pengendalian variasi kecepatan motor BLDC mempunyai kompleksitas yang tinggi dan biayanya yang tinggi, karena pada umumnya menggunakan sensor posisi rotor dengan hall effect, resolver atau absolute sensor position [1]. Sistem kendali motor BLDC dengan sensor posisi akan meningkatkan biaya dan ukuran motor karena kebutuhan untuk meletakkan sensor di dekat motor. Jika menggunakan sensor hall effect, sensor ini sangat peka terhadap temperatur dan mempunyai keterbatasan hanya bisa beroperasi pada suhu dibawah 75 derajat Celcius. Ini juga akan mereduksi reliabilitas karena penempatan komponen dan pengkabelan. Bahkan di beberapa aplikasi tidak mungkin untuk meletakkan sensor posisi pada motor BLDC. Karenanya pengendali motor BLDC tanpa sensor (sensorless) menjadi solusi untuk kondisi tersebut [2]. Secara umum ada dua tipe teknik kendali tanpa sensor yang dapat ditemukan pada literatur. Pada tipe pertama menggunakan

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 23 back EMF untuk mendeteksi posisi rotor, dan pada tipe kedua menggunakan metode estimasi berdasarkan parameter motor, tegangan dan arus. Pada tipe yang kedua karena kompleksitas komputasinya, umumnya memerlukan digital signal processor (DSP) dan memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi dari tipe pertama. Karenanya skema kendali tanpa sensor dengan back EMF lebih umum digunakan [2]. Motor BLDC adalah motor sinkron, hal ini medan magnet yang dihasilkan stator dan medan magnet yang dihasilkan rotor berputar pada frekuensi yang sama [3][4]. Putaran pada rotor disebabkan oleh medan magnet pada stator yang pada setiap saat hanya aktif dua phasa yaitu dua phasa yang ter supply pada saat komutasi sementara yang lainya kondisi off. Pengontrolan motor BLDC secara mudah dikontrol dengan metode six step komutasi serta menggunakan sensor posisi sebagai pengontrolnya [4]. Skema yang digunakan untuk mengontrol BLDC tanpa sensor yaitu menggunakan Convensional Back EMF dengan membaca keadaan floating pada motor yang terdeteksi selama PWM keadaan off. Pembacaan back EMF tersebut dikomparasi mengguanakan op-amp dengan menghubungkan titik Virtual Neutral yang dikomparasi dengan ground [5] Pada penelitian ini dibangun skema pengendalian motor BLDC tanpa sensor dengan menggunakan back EMF sebagai sensor posisi rotor, sehingga informasi posisi rotor tepat tanpa ada gangguan di sekitar motor, lebih sederhana dalam instalasi pengkabelan dan menghemat daya motor. Algoritma pembacaan deteksi sinyal back EMF dan teknik komutasinya dikerjakan dengan menggunakan mikrokontroler arduino nano. 2. Metode Penelitian Konfigurasi dari kontrol kecepatan motor BLDC tanpa sensor menggunakan metode six-step commutation, menggunakan sensor back EMFsebagai deteksi posisi rotor, sehingga BLDC tanpa sensor dapat dikendalikan. Gambar 1. Diagram sistem kontrol BLDC tanpa sensor Gambar 2. Rangkaian komparator sederhana dengan menerapkan titik virtual neutral[2].

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 24 Untuk pengendalian motor BLDC tanpa sensor dengan menentukan titik virtual menggunakan tiga jaringan resistor yang dihubungkan secara paralel dengan gulungan motor, pembacaan back EMF kemudian dibandingkan dengn titik virtual neutral dengan menggunakan rangkaian komparator. Gambar 3. Diagram blok Back EMF Cara kerja sistem ini dengan mengatur nilai PWM, nilai PWM tersebut akan di baca oleh ADC kemudian di proses oleh arduino. Untuk menentukan urutan pensaklaran pada mosfet, sensor back EMF harus terdeteksi terlebih dahulu, setelah sensor back EMF mempunyai informasi posisi rotor, selanjutnya akan mensaklar ke enam mosfet secara bergantian yang akan menghasilkan tegangan AC, sehingga dapat menjalankan motor BLDC tanpa sensor, adapun diagram alir kendali motor BLDC disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram alir kendali motor BLDC tanpa sensor

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 25 3. Hasil Dan Pembahasan Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap simulasi dan tahap eksperimen. 3.1 Tahap Simulasi Dengan Proteus. Pengujian simulasi dengan proteus dilakukan dengan merangkai komponen yang digunakan untuk inverter maupun rangkaian back EMF. Pada simulasi ini menggunakan library arduino uno sebagai mikrokontroler. Pengujian dengan menggunakan simulasi ini dimaksudkan untuk mengecek apakah rangkaian dan program sudah berjalan dengan baik atau belum, hasil simulasi pada proteus di sajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Tampilan PWM pada pin arduino 3, 5, 6, 9, 10, 11 3.2 Pengujian Pembangkit PWM Pembangkit PWM pada penelitian ini dengan membaca nilai ADC dari potensiometer, ADC dari potensiometer tersebut di baca oleh mikrokontroler arduino nano yang berupa nilai 10 bit, kemudian untuk mendapatkan nilai PWM maka dalam pemrogramannya harus mengubah dari 10 bit ke 8 bit dengan nilai 0-1024 ke nilai 0-255, Gambar 6 merupakan pembangkit PWM untuk pembacaan nilai ADC. Di dalam arduino nano terdapat 6 pin PWM diantaranya yaitu pin 3,5,6,9,10,11, ke enam pin tersebut dapat diatur outputnya dengan merubah nilai PWM. Gambar 6. Rangkaian pembangkit PWM Output dari ke enam pin PWM tersebut berupa nilai tegangan yang dapat diatur antara 0 sampai 255, adapun nilai tegangan keluaranya dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi nilai PWM terhadap tegangan No. Nilai PWM Volt 1 0 0 2 50 0,34 3 100 0,68 4 150 1,02 5 200 1,37 6 255 1,72

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 26 Pada Tabel 1 bahwa semakin besar nilai PWM maka semakin besar pula tegangan yang dikeluarkan, sehingga keluaranya tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui perbandingan antar PWM dengan tegangan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Perbandingan PWM dengan tegangan output dari arduino 3.3 Pengujian dengan Nilai PWM 50 dan PWM 255 Pengujian dengan memasukkan nilai PWM 50 dan nilai PWM 255 disajikan pada Gambar 8. Pin 3 Pin 5 Pin 6 Pin 9 Pin 10 Pin 11 Gambar 8. Sinyal keluaran dari masing-masing pin PWM Tampilan Nilai PWM 50 dan Nilai PWM 255 Duty cycle yang dihasilkan oleh PWM 50 masih kecil sehingga belum mampu untuk mengaktifkan mosfet, sedangkan untuk PWM 255 terlihat bahwa setiap pin output sudah menunjukkan beda phasa dan duty cycle lebih lebar dari pada PWM 50 sehingga untuk PWM 255 sudh mampu untuk mengaktifkan mosfet. 3.4 Pengujian Pembacaan Nilai Back EMF Pengendalian motor BLDC dengan metode back EMF menggunakan titik virtual neutral dengan menggunakan resistor yang dirangkai secara paralel. Untuk mendapatkan nilai tertentu yaitu dengan menggunakan rangkaian komparator yang membandingkan nilai tegangan yng masuk dengan virtual ground. Sehingga keluaran dari op-amp tersebut mempunyai kondisi high dan low, adapaun sinyal pembacaan back EMF disajikan pada Gambar 9.

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 27 Gambar 9. Kondisi pembacaan back EMF Pada penelitian ini perancangan inverter dengan menggunakan kendali back EMF yaitu ketika grlombang puncak dibaca nili biner 1 sedngkan ketika tidak ada gelombang dibaca 0, hasil dari pembacaan back EMF tersebut sudah terbaca dan menghasilkan ketiga singnal tersebut berbeda phasa. 3.5 Pengujian Sistem Secara Terpadu Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu semua subsistem dipadukan menjadi satu. Arduino nano, rangkaian back EMF, rangkaian inverter, motor BLDC dan catu daya. Rangkaian sistem terpadu disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Pengujian secara terpadu Pengujian dengan menggunakan Zeroplus pengujian dengan menggunakan Picoscope 3.5.1 Pengujian Tanpa Beban dengan PWM 100 dan PWM 255 Phasa U dan V Pengujian dilakukan dengan mengatur nilai PWM 100 dan PWM 255 dengan menggunakan potensiometer, adapun output dari pengujian tersebut disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Sinyal output inverter tanpa beban pada terminal daya Phasa U dan V dengan PWM 100, Phasa U dan V dengan PWM 255 Perbedaan dari masukan PWM 100 dengan 255 yaitu pada riplenya, riple pada PWM 100 terlihat lebih banya dengan riple pada PWM 255.

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 28 3.5.2 Pengujian Tanpa Beban dengan PWM 100 dan PWM 255 phasa U dan W Pengujian dilakukan dengan mengatur nilai PWM 100 dan PWM 255 dengan menggunakan potensiometer, adapun output dari pengujian tersebut disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Sinyal output inverter tanpa beban pada terminal daya Phasa U dan W dengan PWM 100, Phasa U dan W denga PWM 255 Perbedaan dari masukan PWM 100 dengan 255 yaitu pada riple nya, riple pada PWM 100 terlihat lebih banyak dari pada PWM 255. 3.5.3 Pengujian dengan Beban Motor untuk PWM 100 dan 255 pada Phasa U dan V Pengujian dilakukan dengan mengatur nilai PWM 100 dan PWM 255 dengan menggunakan potensiometer, adapun output dari pengujian tersebut disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Sinyal output inverter dengan beban yang dikeluarkan pada terminal daya, Output sinyal inverter dengan PWM 100 Output sinyal inverter dengan PWM 255 Berdasarkan hasil sinyal output dari inverter tersebut dengan pengaturan kecepatan menggunakan potensiometer bahwa dengan mengatur PWM 100 gelombang yang dihasilkan banyak riple sehingga motor BLDC belum berputar tetapi motor bergetar, sehingga RPM motor yang dihasilkan adalah 0 RPM. Pada pengaturan PWM 255 untuk implementasi motor BLDC tersebut hasil dari sinyal gelombang yang dihasilkan inverter sudah membentuk seperti gelombang sinus dan riple yang dihasilkan sudah hilang, sehingga motor dapat berputar dengan kecepatan 157 RPM. 3.5.4 Pengujian dengan Beban Motor untuk PWM 200 dan 255 pada Phasa U dan W Pengujian dilakukan dengan mengatur nilai PWM 150 dan 255 dengan menggunakan potensiometer, adapun output dari pengujian tersebut disajikan pada Gambar 14.

Vol. 2, No. 2, Desember 2016 29 Gambar 14. Sinyal inverter dengan beban yang dikeluarkan pada terminal daya, Output sinyal inverter dengan PWM 150 Output sinyal inverter dengan PWM 255 Berdasarkan hasil sinyal output dari inverter tersebut dengan pengaturan kecepatan menggunakan potensiometer bahwa dengan mengatur PWM 150 gelombang yang dihasilkan masih adanya riple sehingga motor BLDC sudah mampu berbutar dengan kecepatan rendah, sehingga RPM motor yang dihasilkan adalah 32 RPM. Pada pengaturan PWM 255 untuk implementasi motor BLDC tersebut hasil dari sinyal gelombang yang dihasilkan inverter sudah membentuk seperti gelombang sinus dan riple yang dihasilkan sudah hilang, sehingga motor dapat berputar dengan kecepatan 157 RPM. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Telah berhasil dibangun sstem deteksi posisi rotor tanpa sensor untuk motor BLDC dengan menggunakan metode back EMF. 2. Algoritma pembacaan deteksinya dan urutan komutasi telah berhasil ditanam pada mikrokontroller arduino nano, dan dapat difungsikan untuk menyediakan urutan komutasi yang sesuai untuk mengatur pensaklaran transistor daya pada inverter tiga fasa untuk mengendalikan pengaturan kecepatan motor BLDC. 3. Motor BLDC tanpa sensor dapat berputar dengan range PWM antara 150-255 dan mampu berputar antara 32-157 RPM. Daftar Pustaka [1] R. Saranya, S. Saravana, R. Baskaran, A. V. Roc, K. Sathiyasekar, and S. A. E. College, Sensorless Operation of Brushless DC Motor Drive using Back EMF Technique, vol. 5013, no. 3, pp. 255 257, 2014. [2] J. Shao, Direct Back EMF Detection Method for Sensorless Brushless DC ( BLDC ) Motor Drives, Journal, vol. 00, no. c, pp. 33 38, 2003. [3] I. S. Darmawan, pengembangan inverter 12 VDC ke 220VAC 50HZ Dengan Penguat Akhir H-Bridge Mosfet, Universitas Indonesia, 2012. [4] M. Dewangga, Desain Sistem Kontrol kecepatan Motor BLDC Berbasis Programmable Array Logic Dengan Metode Six Step Commutation, Universitas Jember, 2015. [5] J. C. Gamazo-Real, E. Vázquez-Sánchez, and J. Gómez-Gil, Position and speed control of brushless dc motors using sensorless techniques and application trends, Sensors, vol. 10, no. 7, pp. 6901 6947, 2010.