Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Diskusi dan Korelasi Biostratigrafi Kuantitatif

APLIKASI BIOSTRATIGRAFI KUANTITATIF DENGAN METODE RANKING AND SCALING, PADA BLOK ROKAN, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH TESIS MUFDI FIRDAUS NIM :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi menjadi hal yang sangat penting tidak terkecuali PT. EMP Malacca Strait

Gambar I.1. : Lokasi penelitian terletak di Propinsi Sumatra Selatan atau sekitar 70 km dari Kota Palembang

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisa konektivitas reservoir atau RCA (Reservoir Connectivity Analysis)

Metodologi Penelitian

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Sumatera Selatan termasuk salah satu cekungan yang

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

BAB I Pendahuluan. 8km

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Subjek penelitian adalah studi biostratigrafi dan lingkungan pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub-

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi penghasil minyak dan gas bumi di Papua. Cekungan ini berada

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Penentuan Total Organic Carbon ( TOC ) dengan Metode DlogR dan Multivariate Regression pada Brown Shale

Gambar 1.1. Lokasi Penelitian di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

STUDI BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN LAPANGAN DURI, RIAU, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH TUGAS AKHIR B. Oleh: Resti Samyati Jatiningrum

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.2 Studi-studi yang sudah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen

Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH LEPAS PANTAI UTARA MADURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya cadangan migas yang ada di Indonesia saat ini dan langkah antisipasi terhadap semakin menipisnya cadangan migas tersebut, industri migas Indonesia saat ini perlu meningkatkan upaya eksplorasi dalam beberapa kegiatan. Langkah peningkatan eksplorasi dapat berupa pengembangan lapangan, pengembangan metode dan teknologinya, maupun melakukan kaji ulang terhadap sumur-sumur yang telah ada dan ditinggalkan dengan metode dan konsep yang baru dan berbeda. Untuk itu diperlukan suatu terobosan agar penggunaan aplikasi yang tepat dan murah dapat diperoleh hasil yang bernilai tinggi. Salah satu kaji ulang tersebut adalah dengan melihat dan mempelajari kembali seluruh data biostratigrafi yang ada dan kemudian diolah dengan metode dan konsep baru yang diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Untuk memperoleh hasil yang lebih maju dan lebih berkualitas dari yang selama ini didapatkan dengan biostratigrafi konvensional, modus operandi yang digunakan harus lebih kompleks. Beberapa cara dilakukan tidak hanya meliputi determinasi terhadap kumpulan mikrofosil yang kemudian digunakan untuk identifikasi zone, lingkungan pengendapan dan korelasi yang lebih bersifat subyektif, tetapi analisis secara deterministik dan probabilistik juga dapat dilakukan. Hasil dari analisis ini akan memberikan beberapa peluang atau alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai biozonasi sehingga nantinya dapat dilakukan korelasi tinggi yang lebih rinci dan tepat. Aplikasi biostratigrafi kuantitatif dengan metode ranking and scaling (RASC) sebagai salah satu kegiatan yang biaya operasionalnya relatif rendah mungkin dapat dijadikan sebagai pilihan untuk daerah Cekungan Sumatera Tengah sebagai daerah studi kasus dalam penelitian ini. Analisis dengan metode ranking and scaling ini merupakan salah satu metode biostratigrafi kuantitatif (sequencing methods) yang menghasilkan event atau 1

zonasi melalui pendekatan metode probabilistik dengan mengkombinasikan logika matematika (algoritma) dan prinsip-prinsip stratigrafi sehingga dapat memberikan lebih banyak cara penyelesaian, memproses dan mengontrol secara penuh terhadap data dengan jumlah yang besar dan kompleks (Cooper, et. al. 2001). Beberapa aplikasi lain dari biostratigrafi kuantitatif yang pada saat ini digunakan adalah unitary associations (UA), graphic correlation, dan constrained optimization (CONOP) dimana masing-masing aplikasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan (Hammer et. al., 2001; Hammer & Harper, 2006). Sedimen berumur Paleogen hingga Neogen yang ada di daerah Cekungan Sumatera Tengah memiliki perkembangan mikrofosil yang baik merupakan obyek yang sangat menguntungkan untuk menerapkan aplikasi metode ini. Seperti diketahui, penampang sedimen di Cekungan Sumatera Tengah adalah produk dari sistem pengendapan darat transisi hingga laut dalam yang secara litostratigrafi sangat kompleks dengan perubahan litologi yang cepat dan menerus baik secara lateral maupun vertikal. Korelasi dengan menggunakan karakteristik litologi akan sangat beresiko pada sistem pengendapan ini karena litologi yang sama justru sering bersifat diakronos sehingga diperlukan alat yang mampu mendeteksi posisi stratigrafi secara akurat dan rinci. Event-event biostratigrafi adalah alat yang sangat tepat untuk kepentingan ini, dan jika dikembangkan dengan nilai zonasi dari hasil biostratigrafi kuantitatif akan memberikan akses untuk mengilustrasikan korelasi yang lebih akurat dan rinci antar sumur-sumur migas dalam skala cekungan atau lapangan. Aplikasi biostratigrafi resolusi tinggi dengan metode ranking and scaling ini sangat tepat untuk diterapkan pada skala blok atau lapangan. Adanya ketersediaan data biostratigrafi dengan rentang umur yang panjang serta data-data geologi lainnya yang lebih lengkap, merupakan pertimbangan lain untuk memilih Blok Rokan ini. Banyak sumur atau penampang sedimen dari blok daerah penelitian ini telah dilakukan analisis biostratigrafi, baik penentuan biozonasi dan interpretasi 2

lingkungan pengendapan yang dihasilkan berdasarkan analisis atau metode biostratigrafi konvensional. Aplikasi secara keseluruhan dengan metode ini belum pernah dilakukan dan dipublikasikan di Cekungan Sumatera Tengah, dan sangat jarang dilakukan di cekungan lainnya di Indonesia, sehingga akan menjadi salah satu acuan dan alternatif bagi aplikasi biostratigrafi resolusi tinggi yang dapat diterapkan di seluruh sub cekungan atau cekungan lainnya di Indonesia. Marpaung dkk. (2007) telah melakukan analisis biostratigrafi kuantitatif dengan metode Ranking dan Scaling di daerah Blok Jabung, Cekungan Sumatera Selatan. I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kurikulum wajib dalam menyelesaikan Program Magister pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. menyusun secara optimal kisaran zonasi dari hasil analisis biostratigrafi konvensional sebelumnya, menjadi beberapa urutan zonasi biostratigrafi kuantitatif yang lebih akurat dan rinci. b. memberikan resolusi korelasi biostratigrafi yang lebih detil tanpa adanya kontradiksi dalam urutan atau posisinya. c. korelasi stratigrafi antara penampang sumur yang didasarkan pada kisaran optimum dari event biostratigrafi yang dihasilkan. I.3 Ruang Lingkup Penelitian Permasalahan pada penelitian ini dibatasi hanya pada kisaran stratigrafi perkembangan mikrofosil dari hasil pengamatan yang telah ada sebelumnya untuk dijadikan suatu zonasi biostratigrafi kuantitatif yang lebih optimal dan rinci. Korelasi berdasarkan zonasi biostratigrafi kuantitatif dilakukan untuk mengetahui penyebaran mikrofosil secara lateral dan vertikal secara lebih optimal dan lebih rinci. 3

I.4 Daerah Penelitian Lokasi penelitian merupakan bagian dari Blok Rokan milik salah satu area kerja PT. Chevron Indonesia yang terletak di wilayah Minas dan Dumai sekitarnya (Propinsi Riau). Daerah penelitian ini merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Terdapat 10 (sepuluh) sumur yang menjadi obyek penelitian merupakan bagian dari Blok Rokan dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar I.1. P. Rupat Sumur A Sumur C Sumur B Sumur D Dumai P. Bengkalis Sumur E Sumur F Sumur G Blok Rokan Sumur H Sumur I Sumur J Pekanbaru 25 KM Gambar I.1 Peta lokasi daerah penelitian I.5 Obyek Penelitian dan Obyek Pengamatan Obyek penelitian adalah data primer komposisi dan distribusi mikrofosil foraminifera dan nannoplangton dari 10 (sepuluh) sumur pengeboran atau penampang, sedangkan obyek pengamatan adalah kisaran stratigrafi (perkembangan evolusi) dari seluruh mikrofosil yang ada dalam tabel data dan data digital semi kuantitatif dan kuantitatif (distribusi tabel analisis/faunal chart). 4

I.6 Hipotesa Penelitian dan Asumsi Dalam penelitian ini hipotesa kerja yang digunakan adalah hipotesa kerja majemuk, yaitu : a. kumpulan foraminifera dan nannoplangton pada sedimen Blok Rokan, Cekungan Sumatera Tengah menunjukkan urutan kisaran stratigrafi optimum dan lebih rinci sehingga dapat menghasilkan beberapa zonasi biostratigrafi kuantitatif. b. kumpulan foraminifera dan nannoplangton pada sedimen Blok Rokan, Cekungan Sumatera Tengah menghasilkan korelasi antara sumur atau penampang yang ada secara lebih rinci dan optimal, serta tanpa menghasilkan kontradiksi dari event-event yang dianalisis. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. data kumpulan biostratigrafi foraminifera dan nannoplangton (distribusi mikrofosil) yang digunakan adalah benar. b. Program komputer atau perangkat lunak RASC and CASC versi 20 yang dikembangkan oleh Agterberg et. al. (2007) adalah dapat digunakan dan memberikan hasil yang benar. I.7 Metodologi Penelitian I.7.1 Pendekatan Penalaran Penalaran yang dilakukan pada penelitian ini adalah penalaran induksi generalisasi yang meliputi pendekatan biostratigrafi kuantitatif yang diolah secara numerik dengan analisis ranking and scaling (RASC). Analisis ini menggunakan bantuan program komputer atau perangkat lunak RASC and CASC versi 20 (2007) pada penentuan awal atau akhir kemunculan dari semua takson spesies yang ada pada seluruh penampang (sumur). Selanjutnya digambarkan hubungan secara maksimal antara satu spesies dengan lainnya yang sejaman, yang pada akhirnya menghasilkan suatu urutan atau pembagian biostratigrafi yang optimal (zonasi) atau merupakan suatu zona kisaran dari beberapa takson. Metode biostratigrafi kuantitatif ranking dan scaling merupakan salah satu aplikasi stratigrafi kuantitatif yang menggunakan dua tahap analisis, yaitu tahap 5

analisis ranking dan tahap analisis scaling. Analisis ranking menghasilkan suatu peringkat urutan kisaran stratigrafi optimum (rata-rata kemunculan awal atau akhir) dari event atau takson spesies dalam rentang waktu relatif yang diperoleh dari sejumlah sumur atau penampang (Gradstein et. al., 1985). Analisis scaling menghasilkan suatu nilai rata-rata jarak kisaran stratigrafi relatif dalam waktu untuk event-event dalam urutan optimumnya. Hasil ini didasarkan pada berapa kali (frekuensi) suatu hubungan superposisi antara masing-masing event (misal, event A di atas atau dibawah event B) diantara pasangan event tersebut (event A dan B) yang saling muncul bersamaan. Perolehan hasil ini kemudian dikelompokkan dalam grafik dendogram yang dijadikan sebagai standar penentuan zone biostratigrafi kuantitatif. Zonasi biostratigrafi kuantitatif ini kemudian diterapkan pada masing-masing sumur atau penampang. I.7.2 Metoda Pemerolehan Data Dalam penelitian ini digunakan data dari 10 (sepuluh) penampang bawah permukaan (sumur) yang memuat urutan perkembangan evolusi (kisaran stratigrafi) dari mikrofosil foraminifera dan nannoplangton yang ada (Tabel I.1). Kesepuluh sumur pengeboran atau penampang tersebut adalah : Sumur A, Sumur B, Sumur C, Sumur D, Sumur E, Sumur F, Sumur G, Sumur H, Sumur I, dan Sumur J yang berorientasi dari arah Utara ke Selatan. I.7.3 Pemrosesan dan Analisa Data Data primer hasil analisis mikrofosil secara semikuantitatif atau kuantitatif masing-masing penampang (sumur) yang terangkum dalam tabel analisis biostratigrafi diintegrasikan dalam bentuk data kisaran biostratigrafi yang didasarkan pada kemunculan akhir (last occurence/lo) suatu spesies dengan diberi kode angka untuk masing-masing takson/spesies. Keseluruhan data ini dimasukkan dalam sistem database menggunakan bantuan program perangkat lunak QS Creator ver 2 (bagian dari perangkat lunak RASC and CASC ver 20). 6

No. Sumur Kedalaman Sumur (feet ) Kedalaman Formasi (feet ) Tabel Analisis (Distribusi) Kedalaman Sampel (feet ) top TD upper lower Foram. Nanno. top bottom 1. Sumur A 510 3932 Petani 'A' sand (695) Pematang (3148) 1130 3376 2. Sumur B 600 4570 Duri (2031) Lower red bed (3885) 780 4520 3. Sumur C 30 7800 Petani (1130) Lower red bed (6647) 1110 7785 4. Sumur D 40 8160 Telisa (1966) Basement (7974) 420 8080 5. Sumur E 150 8163 Petani 'X' sand (2540) Pematang (5897) 4182 8163 6. Sumur F 60 7503 Petani (60) Basement (7360) 60 7503 7. Sumur G 70 7096 Petani (90) Brown Sh. MBR (5870) 1840 7060 8. Sumur H 498 3310 Petani A (1168) Basement (3234) 2070 3209 9. Sumur I 404 2530 Telisa (1789) Top 'D' sand (2400) 580 2450 10. Sumur J 368 2916 Sihapas grup (2329) Top 'S' sand (2863) 510 2930 Tabel I.1 Distribusi mikrofosil (tabel analisis) 10 sumur pengeboran/penampang yang diteliti

Data kisaran stratigrafi dari keseluruhan event yang ada di tiap sumur ini kemudian diproses untuk memperoleh nilai ranking dengan menggunakan dua parameter, yaitu : a. jumlah minimum sumur/penampang dimana suatu event harus muncul adalah 6 (enam) sumur/penampang, atau k c =6. b. jumlah minimum sumur/penampang dimana sepasang event harus muncul atau ada adalah 3 (tiga) penampang/sumur atau m c =3. Analisis ranking ini menghasilkan urutan event optimum dari yang tertua sampai ke yang muda. Hasi dari analisis ranking ini kemudian diolah untuk memperoleh nilai scaling. Nilai scaling ini merupakan nilai yang mencerminkan perkiraan jarak relatif rata-rata dalam waktu suatu event dalam urutan optimumnya. Parameter yang digunakan dalam analisis scaling ini adalah menggunakan eventevent yang memiliki kedalaman yang diperkirakan (probable depth) dengan kisaran jarak tidak lebih dari 200 m (656 feet). Hasil olahan ranking dan scaling ini menghasilkan suatu urutan optimum dari suatu event pada keseluruhan sumur atau penampang yang dianalisis dalam bentuk grafik dendogram. Grafik ini memperlihatkan suatu urutan optimum dari keseluruhan event yang didapat dari penelitian ini. Dari data yang diperoleh pada grafik dendogram ini, kemudian ditentukan skema zonasi yang akan digunakan atau diterapkan pada seluruh sumur atau penampang yang ada. Skema zonasi ini merupakan suatu zonasi optimal yang diperoleh dari hasil analisis biostratigrafi kuantitatif. Satuan dasar biostratigrafi (zona) yang digunakan untuk penentuan skema zonasi ini adalah zona selang, yang dicirikan oleh kemunculan akhir dua takson penciri (bioevent) pada batas bawah dan batas atasnya. Analisis terakhir yang dilakukan adalah mengkorelasikan seluruh sumur atau penampang yang ada berdasarkan zonasi biostratigrafi kuantitatif yang dihasilkan (didasarkaan pada kesamaan umur event optimum atau takson penciri biozonasi kuantitatif) dari analisis CASC (correlation scaling). Hal ini dilakukan setelah 8

memperoleh data analisis berupa kedalaman yang diperkirakan (probable depth) dari setiap event optimum yang ada pada keseluruhan sumur atau penampang. Keseluruhan langkah analisis biostratigrafi kuantitatif dengan metode ranking dan scaling ini diperlihatkan dengan diagram alir pada Gambar I.2. Pengumpulan dan Akurasi Data (data tersedia) Input Data Distribusi Mikrofosil (pemrosesan data tahap I) Program QS Creator ver. 2 Pemrosesan data tahap II (Ranking) - Urutan optimum even/takson Pemrosesan data tahap III (Scaling) - Interevent distance Program RASC & CASC ver. 20 Stratigraphic normality testing Tidak Ya Penentuan Zonasi Biostratigrafi Kuantitatif CASC Program RASC & CASC ver. 20 Analisis dan Korelasi Biostratigrafi Kuantitatif Gambar I.2 Diagram alir metodologi penelitian 9