BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

Tujuan Pembelajaran:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

TRANSMISI RANTAI ROL

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

BAB II LADASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

BAB 7 BANTALAN (BEARING)

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

Flat Belt Drives ELEMEN MESIN II

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG. ANDRI YONO ;

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

Perencanaan Roda Gigi

MESIN PEMINDAH BAHAN

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang mesin pemasta coklat dengan hasil perancangan sesuai kebutuhan.

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada. Dengan perhitungan ini peralatan dibuat sehingga peralatan tersebut dapat memenuhi syarat kekuatan dan keamanan. Elemen-elemen mesin yang dihitung dalam perencanaan diantaranya terdiri dari v-belt, puli, poros, pegas, bantalan dan pasak... Sistem Trasmisi V-Belt Belt drives adalah suatu elemen mesin fleksibel yang dapat digunakan dengan mudah untuk mentransmisikan torsi dan gerakan berputar dari suatu komponen ke satu atau beberapa komponen lain, umumnya poros-poros pararel belt digunakan sebagai transmisi langsung yang menghubungkan jarak yang jauh antara dua buah poros dimana sebuah sabuk dibelit disekeliling puli pada poros. Dalam perencanaan ini digunakan v-belt mempunyai penampang (v) dipasangkan pada puli yang berbentuk alur yang sama dengan v-belt dan akan meneruskan torsi dan motor ke poros, juga dari poros satu dengan poros yang lain. Umumnya putaran motor dengan putaran poros berbeda tergantung pada perbandingan kecepatan putaran (rasio transmisi) yang diinginkan. Rasio transmisi torsi dan kecepatan putaran pada motor pengerak dan poros yang digerakkan ditentukan oleh rasio diameter puli. V-belt sudah umum digunakan pada peralatan pengerak ataupun pada industri karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain : - Harga yang cukup murah. - Cara pemasangan yang cukup mudah. Kelemahan v-belt, antara lain : - Mudah terjadi slip. - Tidak dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat. - Konstruksi sederhana. 5

Jenis-jenis v-belt yang terdapat dipasaran, antara lain : - V-belt jenis standar - V-belt high Quality yang mempunyai lapisan tunggal dan banyak - V-belt penampang pendek - V-belt tipe L - Narrow v-belt (tipe sempit) - V-blet bersudut lebar - V-belt untuk putaran variabel - Sabuk gigi penampang pendek Macam-macam v-belt dapat dilihat pada gambar.. Gambar.. Macam-macam V-Belt V-belt terbuat dari karet dengan campuran polyester sebagai intinya. Penampang dan kontruksi v-belt standar penggunaannya dapat dilihat pada gambar. berikut ini : Gambar.. Penampang V-Belt 6

... Geometri Pada V-Belt dan Pulley Untuk pemilihan v-belt tergantung pada geometri belt dan pulley karena adanya perbedaan dimensi seperti diamter pulley, jarak pusat sumbu panjang pitch v- belt dan cara pengoperasian. Perhitungan geometri untuk dua pulley standar, satu pulley untuk penggerak dan satunya digerakkan adalah sebagai berikut : - Speed Ratio / Rasio Kecepatan Sudut ( i ) i n n d d n = putaran pulley (rpm) n = putaran pulley (rpm) d = diameter pitch pulley penggerak (mm) d = diameter pitch pulley yang digerakkan (mm) untuk diameter puli yang tidak sama R dan R seperti pada gambar.3., kita lihat bahwa sudut masukan α diberikan melalui persamaan berikut : Gambar.3. Posisi Pulley 7

sudut belt pada puli α : sin d d C d C i dimana C = jarak pusat sumbu simetri poros (mm) - Sudut Kontak Belt Pada Pulley ( θ ) 0 57 d d sin 80 C Panjang pitch belt (Lp) : d d L p C d d 4C Dalam perencanaan diameter diasumsikan sebagai diameter minimum sistem belt.... Gaya-Gaya Pada Belt Pada sistem transmisi, belt dalam keadaan tidak bergerak atau statis, maka gaya yang terjadi adalah gaya yang disebabkan oleh tegangan belt pada pusat sumbu simetri pulley, gaya yang terjadi pada seluruh bagian belt sama disebut initial tension (Fc). Pada gambar bila pulley yang kecil sebagai penggerak dengan arah putaran ccw, gaya pada bagian atas tight atau tarik disebut F dan gaya pada bagian bawah stack atau kendur disebut F. Perbedaan antara gaya-gaya tersebut (F-F) disebut net tension. Harga net tension inilah yang akan menentukan besarnya daya yang akan ditransmisikan pada V-belt, gesekkan atau friksi tidak terjadi pada permukaan dasar alur, seperti pada gambar.4. 8

Gambar.4. Sudut Kontak - Gaya-Gaya Pada Bagian Belt : F e F F F F e F = gaya pada bagian tarik (kg) F = gaya pada bagian kendur (kg) Fe = gaya tarik efektif (kg) µ = koefisien gesekan θ = sudut kontak - Gaya Sentrifugal Yang Terjadi ( Fc ) : W g v F C W = berat belt persatuan panjang belt (lihat tabel..) V = kecepatan linier belt G = gravitasi = 3, lb 9

Tabel.. Karekteristik Pulley - Initial Tension ( Fo ) : F F F 0..3. Perencanaan V-belt Langkah-langkah perencanaan sistem V Belt sebagai berikut: - Pehitungan Daya Rencana ( Nd ) : N d N F s N = daya transmisi F s = service faktor Harga service faktor tergntung jenis aplikasi peralatan yang direncanakan. 0

- Pemilihan Type Penampang Belt Pemilihan penampang belt yang akan digunakan yaitu tipe A, B, C, D, E yang biasanya ukuran penampang tersebut disandarkan untuk pemilihan ini dapat dilihat pada lampiran., sumbu vertikal menyatakan harga kecepatan sudut pada poros yang tercepat dalam rpm. Pada sumbu horizontal menyatakan harga daya rencana atau design horse power. Harga-harga tersebut diplotkan sehingga didapatkan penampang yang digunakan : - Perhitungan speed rasio. perhitungan speed rasio kecepatan sudut atau speed rasio, yaitu perbandingan kecepatan putaran antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan. - Menentukan diameter minimum pulley. Jika perencanaan diameter tidak ada data, besar diameter pulley maka dapat ditentukan dengan diameter minimum pulley pada kecepatan putar poros (rpm) paling besar. Harga diamter minimum pulley dapat dilihat pada tabel.. Tabel.. Diameter Minimum Pulley Belt Cross section Standard Diameter Minimum Diameter A 95 mm 65 mm B 45 mm 5 mm C 5 mm 75 mm D 390 mm 300 mm E 500 mm 450 mm - Perhitungan Panjang V-Belt Standar Perhitungan panjang V-belt seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Panjang V-belt telah distandarkan yaitu panjang pitch (Lp). Panjang dalam dapat dicari dengan mengurangi pajang pitch dengan panjang pada tabel.3.

Tabel.3. Panjang Dalam Yang Distandardisasikan Belt Section A mm B mm C mm D mm E mm Pitch length 33 46 74 88 4 - Penentuan Pemakaian Daya Yang Diijinkan Per Belt Langkah awal mencari daya dasar atau basic horse power dengan menggunakan lampiran. Kemudian mencari harga daya tambahan karena pengaruh perbandingan kecepatan atau additional horse power dengan menggunakan lampiran. Daya ijin atau rated horse power per belt dapat dihitung dengan menjumlahkan basic horse power dengan addtional horse power. - Penentuan Faktor Koreksi Panjang, Sudut Kontak Dan Daya Faktor koreksi untuk panjang v-belt dapat dicari dengan menggunakan tabel.4. Faktor koreksi daya dapat dihitung dengan mengalikan faktor koreksi, sudut kontak dangan : Faktor koreksi panjang : - Menentukan daya per belt - Daya per belt didapat dari mengalikan Rated horse Power dengan : Faktor koreksi daya : - Penentuan Jumlah Belt - Jumlah belt adalah daya desain dibagi dengan daya per belt.

Tabel.4. Faktor Koreksi Sudut Kontak d d C Sudut Kontak Pulley ( θ ) Faktor Koreksi ( k θ ) 0 0, 0, 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9,0,,,3,4,5 80 74 69 63 57 5 45 39 33 7 0 3 06 99 9 83 0,99 0,97 0,96 0,94 0,93 0,9 0,89 0,87 0,85 0,8 0,8 0,77 0,73 0,7 0,65 3

.. Perencanaan Pulley... Penentuan Dimensi Pulley Dimensi pulley pada umumnya telah distandarkan oleh pabrik. Ukuran standar tersebut adalah dimensi dari groove atau alur-v, pitch diameter. Sudut alur seperti terlihat pada gambar.5. Gambar.5. Standar Alur Dari Pulley Untuk penentuan diameter pulley yang digunakan dengan menggunakan perhitungan perbandingan kecepatan putar atau speed rasio ( i ) seperti yang telah dibahas pada sub bab terdahulu..3. Poros Poros yang digunakan pada perencanaan ini adalah jens poros dengan beban puntir dan beban bending. Dasar teori perhitungan poros adalah kekuatan poros untuk menerima beban puntir dan beban bending..3.. Poros Dengan Beban Puntir Dan Beban Bending. Untuk menentukan diameter dan poros, harus diketahui momen bending dan torsi yang terjadi pada poros tersebut. Dari gaya-gaya dan beban yang ada pada poros dapat dihitung dan digambarkan diagram geser dan diagram momen sangat diperlukan untuk menentukan momen maksimum. 4

Tegangan geser maksimum dari poros yang mengalami beban bending dan torsi, adalah : T max b / b 3 M 3 D 6 T 3 D σ b τ M D T = tegangan bending (N/mm) = tegangan geser (N/mm) = momen bending maksimum = diameter poros (mm) = momen puntir (N.mm) Dengan menggunakan kelelahan (fatique) tegangan geser maksimum, didapatkan persamaan berikut : max 0,58 S N yp 6 D 3 M b T τ max S yp N = tegangan geser maksimum(n/mm) = kekuatan luluh material (N/mm) = angka keamanan 5

.4. Pegas Pegas dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan seperti pada pegas kendaraan sebagai penyimpan energi seperti pada jam, untuk pengukur seperti timbangan sebagai penegang atau penjepit, sebagai pembagi tekanan dan lain-lain. Secara umum pegas dapat dikelompokkan kedalam : - Pegas kawat - Pegas daun - Pegas dalam bentuk tertentu Pegas kawat dapat dikelompokkan menurut kriteria :. Berdasarkan penampang kawat : - Pegas dengan penampang lingkaran - Pegas dengan penampang bujursangkar. Berdasarkan cara menerima beban : - Pegas tekan (compression spring) - Pegas Tarik (extension spring).4.. Pegas Spiral Tekan (Helical Spring Compression) Pegas spiral tekan ini mempunyai beberapa variasi ukuran sesuai dengan keperluan dan hasil perencanaan. Antara beban aksial yang bekerja defleksi akibat beban terdapat hubungan yang menyerupai hubungan pada perhitungan untuk pegas torsi. Lihat gambar.6., bila total P bekerja pada sumbu pegas spiral secara aksial maka elemen-elemen dan pegas akan mengalami torsi sebesar P.R, dimana R adalah radius rata-rata dari gulungan pegas. Beban ini tidak mungkin menalami momen bending. Apabila pada pegas spiral dikerjakan beban aksial P, maka pegas akan berdefleksi samapai gulungan pegas menempel satu dengan yang lainnya. Defleksi tersebut disebut defleksi solid, dan tingginya menjadi tinggi solid. 6

Gambar.6 Konstruksi Ulir Pegas - Konstanta Pegas Untuk Beban Statis : k P P = besarnya beban yang dialami pegas ( N ) δ = pergeseran yang dialami pegas ( mm ) - Tinggi Bebas ( H f ) Tinggi bebas dari pegas adalah panjang bebas jika tidak menerima beban h f N t d, k P 0 Nt = jumlah lilitan D = diameter kawat pegas (mm) k = konstanta pegas Dengan clash allowance = 0 % (untuk perencanaan biasanya dilebihi 0 % untuk beban), maka P =, Po 7

- Tinggi Solid ( h ) Tinggi solid dari pegs dalah panjang pegas jika menerima beban yang menyebabkan semua permukaan pegas saling bersentuhan (). Penentuan tingi solid tergantung pada bentuk ujung dari pegas. - jika ujung pegas rata h N d s - Bila ujung pegas tidak rata h N d - indek pegas C t s t R C d dimana R = radius rata-rata pegas (mm) - Lilitan Aktif Dalam perhitungan kekuatan pegas tidak semua lilitan kawat menerima beban lilitan yang dipakai adalah perhitungan ini disebut lilitan aktif. Jumlah lilitan aktif tergantung dari bentuk ujung pegas dengan kedua ujung rata. N t N a N t = lilitan total N a = lilitan aktif.5. Pasak Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocets, puli, kopling dan ebagainya. Pada poros momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. Pasak mempunyai standarisasi yang sesuai dengan desain yang dibutuhkan. Secara khusus tipe-tipe dari pasak mempunyai spesifikasi yang tergantung dari torsi transmisi yang terjadi, tipe pembebanan, dan fix tidaknya sambungan yang diinginkan, dan pembatasan tegangan yang akan terjadi pada poros dan juga dari biaya. 8

Karena distribusi tegangan secara aktual untuk sambungan pasak ini tidak dapat dikeethaui secar lengkap, maka dalam perhitungan tegangan disarankan menggunakan faktor kemaan, sebagai berikut : - Untuk torsi yang tetap dan konstan N =,5 - Untuk beban yang mengalami kejut yang rendah N =,5 - Untuk beban kejut yang besar, terutama beban bolak balik N = 4,5 Gambar.7. Kontruksi Pasak.5.. Perhitungan Gaya Angensial dan Tegangan Geser Pasak - Gaya tangensial ( F ) : F T d F = gaya tangensial (kg) T = torsi pada poros (kg mm) D = diameter poros (mm) - Perhitungan Tegangan Geser : F h. l τ = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm) h = lebar pasak (mm) l = panjang pasak (mm) 9

.6. Bantalan Dalam perencanagan peralatan ini, digunakan satu macam bearing, yaitu ball bering yang digunakan sebagai penumpu poros. Pembahasan disini akan ditunjukkan pada cara pemilihan bearing tersebut dan perhitungan faktor umur berdasarkan gaya-gaya yang terjadi. Perhitungan bearing berdasarkan gaya yang terbesar antara dua buah tumpuan. Data-data mengenai masing-masing bearing tersebut dapat dilihat pada lampiran mengenai data-data bearing dari SKF General Catalogue. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :. Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros - Bantalan Luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. - Bantalan Gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluncur), rol, atau rol jarum, dan rol bulat.. Atas Dasar Arah Beban Terhadap Poros - Bantalan Radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros. - Bantalan Aksial. Arah beban bantalah ini sejajar dengan sumbu poros. - Bantalan Gelinding Khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros. Pada waktu pemilihan bantalan, ciri masing-masing harus dipertimbangkan sesuai dengan pemakaian, lokasi, dan macam beban yang akan dialami. 0

Jenis-jenis bearing dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar.8. Kontruksi Dari Berbagai Jenis Bearing.6.. Perhitungan Beban Ekivalen Dan Umur Bantalan Sesuai dengan defisnis dari AFBMA ( Anti Friction Bearing Manufacturers Association), beban ekivalen adalah beban radial yang konstan dan diam dimana jika diberikan pada bearing dengan ring dalam yang berputar sedangkan ring luar diam akan memberikan umur yang sama pada saat bearing itu beroperasi pada kondisi aktual.

Dalam beberapa jenis aplikasi bearing juga menerima beban aksial sehingga perlu pula diperhitungkan. Perhitungan beban ekivalen untuk ball dan roll bearing dapat digunakan persamaan berikut : P XVF r YF a P = beban ekivalen F r = beban radial F a = beban aksial V = faktor rotasi bearing =,0 jika ring dalam yang berputar =, jika ring luar yang berputar x = faktor beban radial y = faktor beban aksial Setelah beban ekivalen dinamis diperoleh, maka dapat ditentukan umur dari bantalan yang akan digunakan. Penentuan jenis bantalan didasarka, atas diameter poros dan beban dinamis yang diterima oleh bantalan. - Perhitungan Umur Bantalan L h L 0 60 n C P b L h = umur bantalan n = putaran poros (rpm) C = beban dinamis bantalan b = faktor gelinding bantalan = 3 untuk ball bearing = 0/3 untuk roller bearing P = beban ekivalen dinamis