BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Tujuan Pembelajaran:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB VI POROS DAN PASAK

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

BAB II LANDASAN TIORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

` Gambar 2.1 Nasi Goreng

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi. menjadi bahan utama pembuatan abon.

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Chassis Dynamometer

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang mesin pemasta coklat dengan hasil perancangan sesuai kebutuhan.

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot Utilssima) adalah perdu

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya yang dibutuhkan perlu memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhinya, diantaranya adalah: 1. Berat dan gaya yang bekerja pada mekanisme. 2. Kecepatan putar dan torsi yang terjadi. Berikut adalah rumus untuk mencari harga daya, gaya, torsi, kecepatan putar dan berat yang terjadi pada mekanisme mesin: a) Daya berdasarkan torsi dan kecepatan sudut dirumuskan sebagai berikut: P = (2.1) b) Untuk mencari kecepatan sudut dapat dirumuskan sebagai berikut: (2.2) c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: T = Torsi (N.m) = Kecepatan Sudut (rad/s) N = Kecepatan (rpm) F = Gaya (N) d) Berdasarkan putaran poros, maka daya dirumuskan sebagai berikut: (2.3) (2.4) n = Putaran poros (rpm) T = Torsi (N.m) P = Daya (watt) 4

5 2.2 Sistem Transmisi Sistem transmisi adalah sistem yang berfungsi untuk mengkonversi torsi dan kecepatan putar mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah dan bertenaga atau sebaliknya. Dalam ilmu perancangan sebuah mesin, sistem transmisi secara garis besar dibagi menjadi beberapa macam diantaranya: a) Transmisi sabuk dan puli. b) Transmisi rantai. c) Transmisi sprocket. d) Transmisi Reducer. 2.3 Transmisi Sabuk. Sabuk-V atau V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang berbentuk trapesium. Dalam penggunaannya sabuk-v dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-v sangat mudah dalam penanganannya dan murah harganya. Selain itu sabuk-v juga memiliki keunggulan lain yaitu akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-v bekerja lebih halus dan tak bersuara. Selain memiliki keunggulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang lain, sabuk-v juga memiliki kelemahan berupa terjadinya sebuah slip. Sabuk - V adalah Sabuk yang terbuat dari karet dan mempunyai bentuk penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan pada alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Berikut ini adalah kelebihan yang dimiliki oleh Sabuk-V: Sabuk-V dapat digunakan untuk mentransmisikan daya yang jaraknya relatif jauh.

6 Memiliki faktor slip yang kecil. Mampu digunakan untuk putaran tinggi. Dari segi harga Sabuk-V relatif lebih murah dibanding dengan elemen transmisi yang lain. Pengoperasian mesin menggunakan Sabuk-V tidak membuat berisik. Sabuk-V terdiri dari beberapa tipe yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Tipe yang tesedia A,B,C,D dan E bisa di lihat pada Gambar 2.1. Berikut ini adalah tipe Sabuk-V berdasarkan bentuk dan kegunaaannya: Tipe standar yang ditandai huruf A, B, C, D, & E Tipe sempit yang ditandai simbol 3V, 5V, & 8V Tipe beban ringan yang ditandai dengan 3L, 4L, & 5L Gambar 2.1 Konstruksi dan ukuran penampang Sabuk-V (Sularso, 2000) Dalam perhitungan sabuk yang harus dihitung antara lain: sudut kontak sabuk (θ), panjang sabuk (L), luas penampang sabuk sesuai dengan tipe yang akan digunakan (A), kecepatan linier sabuk (v), gaya sentrifugal (Tc), gaya maksimum sabuk (Tmax), gaya sisi kencang sabuk (T 1 ), gaya sisi kendor sabuk (T 2 ). Gambar 2.2 merupakan tegangan yang terjadi pada sabuk dan puli, dan gambar tersebut mewakili penjelasan rumus perhitungannya. Gambar 2.2 Tegangan pada sabuk dan pulley ( Sularso, 2000)

7 a. Sudut kontak untuk sabuk terbuka dapat dihitung dengan rumus. ) (2.5) ) (2.6) r 1 =Jari-jari pulley besar (mm) r 2 = Jari-jari pulley kecil (mm) x = Jarak antar poros (mm) θ = Sudut kontak sabuk dan puli b. Menentukan panjang sabuk. )+ ) (2.7) L = Panjang sabuk (mm) x = Jarak sumbu poros (mm) r 1 = Jari-jari poros kecil (mm) r 2 = Jari-jari poros besar (mm) c. Kecepatan linier sabuk (v) dapat ditentukan oleh rumus. (2.8) v = Kecepatan sabuk (m/s) Dp = Diameter puli penggerak (mm) N = Putaran puli penggerak (rpm) d. Gaya sentrifugal (Tc) dapat ditentukan menggunakan rumus: Tc = m. v 2 (2.9) Tc = Gaya sentrifugal (N) m = Massa (kg) v = Kecepatn linier sabuk (m/s 2 ) e. Gaya maksimum sabuk (Tmax): Untuk gaya maksimum sabuk σ = 1,7 karena untuk menghitung gaya masksimum, maka menggunakan nilai tertinggi dari kekuatan tarik sabuk.

8 Tmax = σ.a (2.10) Tmax = Gaya maksimum sabuk (N) σ = Kekuatan tarik sabuk (N/mm 2 ) A = Luas penampang sabuk (mm 2 ) f. Gaya tarik sisi kencang pada sabuk (T 1 ) dapat ditentukan dengan rumus: T 1 = Tmax Tc (2.11) T 1 = Gaya sisi kencang sabuk (N) Tmax = Gaya maksimum sabuk (N) Tc = Gaya sentrifugal sabuk (N) g. Gaya tarik sisi kendor pada sabuk (T 2 ) dapat ditentukan dengan rumus: = (2.12) T 1 = Tarikan sisi kencang (N) T 2 = Tarikan sisi kendor (N) = Koefisien gesek untuk puli dengan sabuk = Sudut kontak (rad) β = Sudut alur puli ( º) Sudut alur puli (β) dapat diketahui dengan melihat pada Tabel 2.1 yang menunjukkan spesifikasi dan dimensi v-belt. Tabel 2.1 Dimensi spesifikasi v-belt. (R.S. Khurmi & J.K. Gupta, 2005)

9 2.4 Transmisi Puli Sebuah mesin sering menggunakan sepasang puli untuk mereduksi kecepatan dari motor listrik, dengan berkurangnya kecepatan motor listrik maka tenaga dari mesinpun ikut bertambah. Puli dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang lain melalui sistem transmisi penggerak berupa flat belt, V-belt atau circular belt. Cara kerja puli sering digunakan untuk mengubah arah gaya yang diberikan, mengirim gerak dan mengubah arah rotasi. Gambar 2.3 Puli Perbandingan kecepatan (velocity ratio) pada puli berbanding terbalik dengan perbandingan diameter puli, dimana secara matematis ditunjukan dengan pesamaan berikut: N 1 x D 1 = N 2 x D 2 (2.13) N 1 = Putaran puli penggerak (rpm) N 2 = Putaran puli yang di gerakkan (rpm) D 1 = Diameter puli yang menggerakkan. (mm) D 2 = Diameter puli yang di gerakkan (mm) 2.5 Transmisi Rantai Rantai sebagian besar digunakan untuk meneruskan putaran dan daya dari satu poros ke poros yang lain. Jarak antar poros transmisi rantai lebih besar dari transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari transmisi sabuk. Rantai mengait pada roda gigi (sprocket) dan meneruskan daya tanpa slip, jadi menjamin putaran tetap sama. Bagian rantai dan sprocket digambarkan pada Gambar 2.4.

10 Gambar 2.4 Rantai dan sprocket (R.S Khurmi & J.K. Gupta, 2005) Keuntungan transmisi rantai dibandingkan dengan transmisi sabuk adalah: 1. Memberi beban yang lebih kecil pada poros. 2. Dapat digunakan pada jarak jauh maupun pendek. 3. Tingkat keausan pada bantalan kecil. 4. Tidak memerlukan tegangan awal. 5. Mampu meneruskan daya yang besar tanpa slip. 6. Memberikan efisiensi transmisi yang tinggi (sampai 98%). 7. Rasio kecepatan yang sempurna dapat dicapai. 8. Dapat dioperasikan pada kondisi atmosfir dan temperatur yang lebih besar. 9. Mentransmisikan daya yang lebih besar dibanding belt. Kerugian transmisi rantai dibandingkan dengan transmisi sabuk atau transmisi tali: 1. Biaya produksi yang relatif tinggi. 2. Sprocket dan rantai perlu perawatan dan pemasangan yang akurat dan hatihati, terutama pelumasan dan penyetelan mulur. 3. Terjadi suara dan getaran karena gesekan antara rantai dan sprocket. 4. Memiliki fluktuansi kecepatan terutama bila terlalu melar. 2.5.1 Istilah pada Transmisi Rantai Berikut ini adalah istilah-istilah yang sering digunakan pada transmisi rantai. a) Pitch of the chain. Ini adalah jarak antar pusat engsel link (hinge center) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 dinotasikan dengan p.

11 b) Pitch circle diameter sprocket rantai. Gambar 2.5 Skema pitch (R.S Khurmi & J.K. Gupta, 2005) Pitch circle diameter adalah diameter lingkaran ketika rantai membungkus sprocket dari engsel satu ke pusat engsel yang lain ditarik garis lurus melalui pusat sprocket, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 dinotasikan dengan D. 2.5.2 Velocity Ratio Rasio kecepatan dari sebuah penggerak rantai dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: = (2.14) N1 = Kecepatan rotasi dari sprocket kecil N2 = Kecepatan rotasi dari sprocket besar T1 = Jumlah gigi pada sprocket kecil T2 = Jumlah gigi pada sprocket besar (rpm) (rpm) Rata-rata kecepatan dari rantai dapat dinyatakan dengan: V = Kecepatan p = Pitch T = Jumlah gigi N = Kecepatan rotasi (2.15)

12 2.5.3 Panjang Rantai dan Center Distance Penggerak rantai sistem terbuka dapat menghubungkan dua buah sprocket pada jarak tertentu. Gambar 2.6 menunjukkan beberapa keterangan mengenai rantai yang menghubungkan 2 buah sprocket. Gambar 2.6 Panjang rantai (R.S Khurmi & J.K. Gupta, 2005) Untuk memperoleh panjang rantai dapat dihitung dari hasil perkalian antara number of chain link (K) dengan pitch rantai. L = K. p L =Panjang rantai K = Jumlah rantai p = Pitch rantai (2.16) Jumlah sambungan rantai (number of chain link) K = + ]. (2.17) T 1 T 2 p x = Jumlah gigi pada sprocket kecil = Jumlah gigi pada sprocket besar = Pitch = Center distance Ada beberapa karakteristik yang dapat dijelaskan dengan Tabel 2.2 mengenai rantai roller. Angka tersebut menunjukkan spesifikasi karakteristik berupa dimensi dan kekuatan rantai tersebut sesuai IS 2403-1991.

13 Tabel 2.2 Karakteristik rantai rol menurut IS 2403-1991 (R.S Khurmi & J.K. Gupta, 2005) 2.5.4 Factor Of Safety Factor of safety adalah factor yang menentukan keamanan dari rancangan rantai. Pada transmisi rantai dapat didefinisikan rasio dari kekuatan putus dari rantai (W B ) dibagi dengan beban total rantai saat bergerak. FOS = (2.18) W B = 106 x p 2 (newton) untuk rantai rol. W B = 106 x p (newton) untuk chain silent. 2.5.5 Daya yang di Transmisikan oleh Rantai Daya yang ditransmisikan oleh rantai berdasarkan kekuatan putus rantai (W B ) dapat dihitung dengan rumus: WB = Breaking load (N) v = Kecepatan rata-rata rantai (m/s) n = Factor of safety (2.19) Ks = Service factor = K 1 xk 2 xk 3

14 Service factor (Ks) adalah hasil kali dari beberapa faktor antara lain faktor beban, faktor pelumasan dan faktor lama pemakaian. Nilai dari faktor tersebut dapat diambil sebagai berikut: a) Beban (k 1 ) = 1 untuk beban konstan. = 1,25 beban variable guncangan ringan. = 1.5 untuk beban guncangan berat. b) Pelumasan (k 2 ) = 0,8 untuk pelumasan terus menerus. = 1 untuk pelumasan menurun. = 1.5 untuk pelumasan berkala. c) Pemakaian (k 3 ) = 1 untuk pemakaian selama 8 jam per hari. 2.6 Reducer Reducer adalah komponen yang disebut sebagai sistem pemindah tenaga. Reducer mampu mereduksi kecepatan input dari sebuah motor listrik, tujuan dari komponen ini adalah berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga dari motor yang berputar, yang digunakan untuk memutar komponen mesin selanjutnya seperti poros yang tersambung dengan rantai dan sprocket. Reducer juga berfungsi untuk mengatur kecepatan gerak dan torsi serta berbalik putaran. Fungsi lain yang dimilikinya antara lain: 1. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin. 2. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip. 3. Mengurangi kecepatan (Speed Reducer ). Prinsip kerja komponen ini adalah putaran yang berasal dari sumber tenaga motor listrik akan direduksi sesuai perbandingan, dimana kecepatan putar pada poros input akan lebih lambat dari poros output. Sesuai perbandingan yang digunakan. Reducer pada Rancang Bangun Mesin Press Serbuk Kayu yaitu 1 : 40 maka berarti putaran yang berasal dari motor listrik sebesar 1450 rpm yang telah tereduksi oleh puli 1:2 sebesar 725 rpm kemudian melewati reducer akan menjadi 18,125rpm. 2.7 Poros Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran. Poros dapat

15 diklasifikasikan sebagai berikut: a. Poros transmisi/shaft Poros semacam ini mendapat beban puntir murni. Daya yang ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk, atau sprocket rantai. b. Spindel Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama pada mesin bubut, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. c. Line shaft Poros ini berhubungan langsung dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke mekanisme tersebut. Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah poros yaitu: 1. Kekuatan poros Poros transmisi mengalami beban puntir atau lentur maka kekuatannya harus direncanakan sebelumnya agar cukup kuat dan mampu menahan beban. 2. Kekakuan poros Lenturan yang dialami poros terlalu besar maka akan menyebabkan ketidaktelitian atau getaran dan suara. Oleh karena itu kekakuan poros juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin. 3. Putaran kritis Putaran kerja poros haruslah lebih rendah dari putaran kritisnya demi keamanan karena getarannya sangat besar akan terjadi apabila putaran poros dinaikkan pada harga putaran kritisnya. 4. Korosi Terjadi pada poros-poros yang sering berhenti lama. Untuk poros yang memiliki kasus seperti ini maka perlu dilakukannya perlindungan terhadap korosi secara berkala. Jadi pemilihan bahan poros yang terbuat dari bahan

16 anti korosi sangat diperlukan ketika melakukan perancangan sebuah poros mesin produksi. 5. Bahan poros Poros yang biasa digunakan pada mesin adalah baja dengan kadar karbon yang bervariasi. Dalam perhitungan poros dapat diketahui dengan melihat dari pembebanan: a. Torsi yang terjadi pada poros. (2.20) T= Torsi pada poros (N.m) P= Daya (watt) N= Putaran poros (rpm) b. Momen yang terjadi pada poros. M = Momen (Nm) F = Gaya yang terjadi (N) L = Jarak terhadap gaya (m) c. Torsi ekuivalen. Te = Torsi ekuivalen (N.m) M = Momen bending atau (N.m) T = Torsi (N.m) d. Diameter Poros. (2.21) (2.22) (2.23). d = Diameter poros (mm) = Tegangan geser maksimum (N/mm 2 )