MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, agar tercipta kondisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aris Risyad Ardi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN LARI BOLAK BALIK MEMINDAHKAN BENDA PADA ANAK KELAS 1A SD NEGERI JARAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhandan perkembangannya.pada usia 0 tahun 8 tahaun merupakan. mengoptimalkan lima aspek perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Transkripsi:

MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh Eka Supriatna (Prodi Penjaskesrek, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pendidikan anak usia prasekolah bertujuan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani secara optimal ke arah perkembangan sikap, kecerdasan, keterampilan, dan kreativitas, agar anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat berkembang sesuai dengan pertambahan usianya. Perkembangan kecerdasan, sikap, dan keterampilan didapat melalui aktivitas bermain. Model bermain edukatif menjadi pilihan bagi orang tua, guru pendidikan jasmani untuk dapat memberikan pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah. Agar bermain dapat memberikan manfaat, perlu disusun model bermain yang memenuhi prinsip-prinsip: 1). mengembangkan aspek fisik, 2). keseimbangan antara bermain aktif dan pasif, 3). tidak berbahaya, 4) memiliki nilai-nilai kebaikan. 5.) memiliki aturan dan tujuan yang jelas. Dengan menggunakan bermain sebagai aktifitas pembelajaran pendidikan jasmani pada anak usia prasekolah, hal ini diharapkan akan dapat menunjang kemampuan motorik, sosial, emosional, dan kreatifitas anak. Kata kunci: Prasekolah, bermain, kecerdasan, motorik, sosial, emosional Pendahuluan Perkembangan fisik, mental, dan emosianal anak perlu menapat perhatian sejak dini. Kesalahan dalam mengarahkan setiap perilaku saat mereka di usia anak-anak akan mengakibatkan terganggunya proses perkembangan secara menyeluruh. Kehidupan remaja sekarang ini menghadapi tantangan yang sangat berat, terutama akibat perkembangan teknologi yang sangat pesat menjadikan arus informasi tidak dapat terbendung. Berbagai informasi dari perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan serta informasi lain begitu mudahnya dapat diperoleh. Kemudahan mencari informasi berdampak bagi perkembangan emosional dan pergaulan remaja yang akhirnya dapat memengaruhi perkembangan kejiwaan dan kehidupan remaja tersebut. Merosotnya nilai-nilai kehidupan pada remaja adalah dampak dari mudahnya mereka mencari informasi tanpa memfilter apakah informasi yang mereka dapatkan berguna atau tidak. Upaya mencegah merosotnya nilai-nilai pergaulan remaja yang pada akhirnya akan menciptakan karakter negatif remaja harus diantisipasi sejak dini. Melalui pendidikan, anak sudah seharusnya dikenalkan pada

nilai-nilai pergaulan. Pendidikan jasmani sebagai pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak agar dapat memiliki kekuatan jasmani dan rohani sebetulnya sudah dapat dimulai dari masa pra sekolah, melalui bermain dari yang paling sederhana sampai permainan yang kompleks Bagi seorang anak bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada dengan sendirinya dan sudah ada secara alamiah. Dapat dikatakan tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain seorang anak dapat melepas ketegangan yang dialaminya karena banyaknya larangan yang dihadapi dalam hidupnya sehari-hari. Di samping itu pula dengan bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan dalam dirinya yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupannya. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk menyalurkan perasaannya yang tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya. Bermain beragam bentuk dan caranya, setiap bentuk atau design bermain akan menentukan hasil yang akan didapat oleh si pelaku. Permainan fisik akan meningkatkan kemampuan motorik anak, sedangkan bermain dengan alat permainan edukatif akan merangsang kecerdasan anak. Permaianan yang menjurus pada agresivitas anak yang berlebihan perlu mendapat perhatian dari para orang tua maupun guru di sekolah. Makna Bermain Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif (Hurlock: 1978). Secara umum bermain aktif banyak dilakukan pada masa awal anak-anak (usia pra sekolah), sedangkan bermain pasif dilakukan pada akhir usia anak ( menjelang remaja), kedua kegiatan bermain tersebut akan selalu dimainkan oleh anak, tidak berarti kegiatan aktif akan hilang karena adanya bermain pasif. Tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok teman. Dengan demikian suasana hati dari orang yang sedang melakukan kegiatan menentukan apakah seseorang sedang bermain atau tidak. Menurut Smith dalam Johnson et all (1999) diungkapkan adanya beberapa ciri dari kegiatan bermain: 1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul keinginan pribadi serta untuk kepeningan sendiri. 2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. 3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. 4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibanding hasil akhir. 5. Bebas memilih permainan. 6. Mempunyai kualitas pura-pura. Ciri terakhir (6) menjadi indikasi paling kuat bahwa seorang anak pra sekolah sedang melakukan kegiatan bermain. Batasan mengenai bermain menjadi penting untuk dipahami karena berfungsi sebagai parameter kerja kita, antara lain menentukan apakah mereka sedang

bermain atau tidak. Karena itu harus hati-hati dalam memberikan kegiatan pada anak pra sekolah, karena bila kegiaannya lebih condong ke arah bekerja, berarti hak anak untuk bermain sudah tidak ada. Ciri tambahan yang lain adalah bahwa bermain itu bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan keterlibatan aktif dari si pemain (Rubin: 1983). Permainan dan olahraga adalah kegiatan yang ditandai dengan aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan. Olahraga selalu berupa kontes fisik sedangkan permaina bisa kontes fisik maupun kontes mental. Kalau pada mulanya anak lebih banyak melakukan permainan individual, lambat laun ia berusaha bermain lebih baik darianak anak lainnya. Secara bertahap anak mampu bekerjasama dengan pemain lain sehingga akan lebih memperoleh kepuasan dari kegiatan olehraga pada umumnya dicapai saat memasuki masa remaja. Sedangkan pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. 3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. 4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. 5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. 6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain adalah sebagai berikut 1. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh akan membuat tubuh anak menjadi sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Selain itu anggota tubuh bmendapat kesempatan untuk digerakan sehingga energi dapat disalurkan. 1. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik

Aspek motorik kasar dikembangkan melalui permainan dapat diamati melalui kegiatan permainan kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil untuk berlari, tapi dengan bermain maka ia dapat menjadi lebih terampil. 2. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial Melalui permainan anak belajar untuk dapat berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaaanya maupun memahami apa yang diucapkan temannya. Sehingga hubungan dapat terbina dan pada tahap selanjutnya ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaankebiasaan dan standar moral yang danut oleh masyarakat lingkungannya. 3. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian Dari kegiatan yang dilakukan bersama kelompoknya maka anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dirinya. Sehingga anak akan dapat menemukan pembentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga dirikarena ia merasa memiliki kompetensi tertentu. Dengan demikian ia dapat bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerjasama dengan teman-teman, jujur, satria, murah hati dan sebagainya. 4. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan Dengan melalui kegiatan bermain maka fungsi penginderaan dapat terlatih dengan baik. Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan. Kelima aspek penginderaan tersebut perlu diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap halhal yang terjadi di lingkungannya, menjadikan anak aktif dan kreatif bukan anak yang acuh dan tidak tangkap dengan kejadian sekitarnya. 5. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi Pada saat bermain anak memerlukan komunikasi. Pada mulanya melalui bahasa tubuh, tapi dengan meningkatnya usia dan perbendaharaan kata ia akan lebih banyak menggunakan bahasa lisan. Anak perlu memahami kata-kata yang diucapkan teman dan mampu mengemukakan pendapat dan keinginannya. Emikian terjadi proses pembelajaran penguasaan kosa kata baru untuk memperkaya perbendaharaan kata-kaanya. 6. Manfaat bermain untuk mengembangkan ketrampilan olahraga Bila anak tubuhnya sehat, kuat dan cekatan, maka ia memiliki potensi untuk dapat melakukan olahraga pada saat usianya bertambah. Kemampuan berlari, menggantung, meniti, melompat, menendang dan melempar

merupakan dasar dari gerakangerakan olah-raga. Bermain Edukatif Bermain tidak sekedar bermain-main. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui interkasinya dengan permainan., seorang anak belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat menimbulkan frustrasi. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau mengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalamai frustrasi. Dengan mendampingi anak pada saat bermain, pendidik dapat melatih anak untuk belajar bersabar, mengendalikan diri dan tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi anak mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari untuk tidak cepat frustrasi dalam menghadapi permasalahan kelak di kemudian hari. Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Permainan seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam bermain anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya. Misalnya dalam permainan perang-perangan seorang anak belajar menjadi pimpinan, kapten sedangkan lainnya menjalankan peran sebagai pendukung. Dalam hubungannya dengan jender, anak-anak melakukan permainan stereotype sesuai dengan budaya dan masyarakat setempat. Misalnya, anak-anak perempuan bermain masak-masakan, sementara anak laki-laki bermain perangperangan. Dalam hal ini anak-anak menjalani proses pembentukan identifikasi diri dengan bercermin pada hal-hal yang ada di tengah masyarakat. Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari (Monty:2001). Bermain merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Keberatan orang tua terhadap aktivitas bermain anak

justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri sendiri serta lingkungan hidupnya. Hanya saja, proses bermain anak perlu diarahkan sesuai dengan kebutuhannya. Anakanak yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarakan untuk terlalu sibuk dengan "solitary play". Sebaliknya mereka sebaiknya diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok (social game). Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan berbagai jenis permainan yang lebih terarah pada pemusatan perhatian seperti mengkonstruksi suatu benda tertentu. Anak-anak yang kurang mampu untuk mengekspressikan diri secara verbal dapat dibina untuk mengembangkan bakat kreatifnya melalui media misalnya menggambar. Namun pendidik juga selayaknya membimbing anak dalam mengekspressikan imajinasi serta fantasinya ke dalam bentuk gambaran yang konkrit dan tidak membiarkan anak-anak berfantasi tanpa arah yang jelas; karena hal ini dapat mengakibatkan konfabulasi dalam proses berpikir anak. Bermain dan alat-alat permainan memiliki fungsi terapeutik. Proses belajar anak justru sebaiknya dilakukan melalui metode bermain dan dengan alat-alat permainan. Namun hal ini hendaknya tidak disalah artikan dengan istilah "main-main". Proses belajar dapat merupakan proses yang sangat membosankan untuk dikerjakan oleh anak-anak, sedangkan anak-anak biasanya lebih tertarik dengan permainan. Karena, proses bermain dan alat-alat permainan merupakan perangkat komunikasi bagi anakanak. Melalui bermain anak-anak belajar berkomunikasi dengan lingkungan hidupnya, lingkungan sosialnya serta dengan dirinya sendiri. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami lingkungan alam dan sekitarnya. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami interaksi sosial dengan orang-orang di sekelilingnya. Melalui bermain anakanak mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya. Beberapa contoh bermain edukatif yang dapat dikebangkan dalam pendidikan jasmani anak usia pra sekolah diantaranya: 1. Permainan atau bermain tradsional (dolanan anak) 2. Permainan gelutan (bermaian gulat sederhana antara anak dan orang tua) 3. Permainan olahraga sederhana (lari, lempar bola, jalan-jalan) Alat Permainan Edukatif Menurut Mayke (2001) Alat permainan Edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan mempunyai beberapa ciri Yaitu: 1. Dapat digunakan dalam berbagai cara (multi guna). 2. Berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan dan kemampuan motorik anak. 3. Segi keamanan sangat diperhatikan, terutama dari cara permainan dilakukan dan dari bentuk dan bahan alat yang digunakan. 4. Merangsang anak untuk terlibat aktif. 5. Bersifat konstruktif

Setiap alat permainan edukatif dapat difungsikan secara multiguna, sekalipun memiliki kekhususan akan tetapi pengembangan seluruh aspek perkembangan pada anak menjadi dasar terciptanya permainan edukatif. Sebagian alat permainan edukatif dikenal sebagi alat manipulatif artinya, digunakan untuk ketrampilan dan dapat diperlakukan menurut kehendak dan pemikiran serta imajinasi anak. Alat permainan edukatif selalu danak dirancang dengan pemikiran yang dalam, karenan melalui proses permain tersebut anak diharapkan mampu mengembangkan penalarannya. Biasanya ukuran, bentuk dan warnanya dibuat dengan rancangan tertentu, sehingga bila anak salah mengerjakan maka ia akan cepat menyadari kesalahannya. Beberapa contoh alat bermain edukatif yang diperuntukan untuk anak pra sekolah adalah: 1. Alat edukatif kontsruktif (membangun) 2. Alat edukatif pengenalan warna dan bentuk 3. Alat edukatif pengenalan konsep (dari montazeri) Penutup Pendidikan anak usia prasekolah dilaksanakan melalui lingkungan keluarga dan sekolah (play grup atau TK). Model pembelajaran yang paling tepat dalam pendidikan jasmani anak usia prasekolah ini adalah melalui aktivitas bermain. Bermain selain berfungsi penting dalam perkembangan pribadi juga memiliki fungsi sosial dan emosional. Melalui bermain kemampuan motorik anak akan mengalami kemajuan. Melalui bermain ini pula anak akan merasakan pengalaman emosi, senang, sedih, marah, bahagia, kecewa. Dengan demikian, anak akan memahami kaitan drinya dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan jasmani pada anak usia prasekolah adalah aktivitas jasmani yang ditujukan untuk membentuk kemampuan dasar fisik motorik dan menciptakan kemampuan mental emosional anak dalam rangka penyesuaian tehadap nilai-nilai kehidupan bermasyarakat di kemudian hari. Melalui aktivitas bermain, anak diajak untuk aktif meyalurkan keativitas gerak dan kecerdasannya. Orang tua dan guru berperan sebagai teman bermain dan bertanggung jawab terhadap fungsi pengawasan agar dalam aktivitas bermain anak selalu dalam bingkai nilai-nilai yang positif. Daftar Pustaka Agus Mahendra. Pendidikan Jasmani Adaptif. Dit PLB. Or.id Hurlock, Elizabet B, 1978, Child development, Tokyo: Mc Graw Hill. Mayke, 2001, Bermain, mainan dan Permainan, Grasindo Monty P, 1999, Fungsi Teraupetik bermain