BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUWI TINGKAT PWODUKSl DAM ANALISIS PENDAPWTAN USAHA TERNAK DOMBW Dl DAERAN PERSAWAHAN DAN TEGWLAN Dl KABUPATEN CIREBON Oleh S A N T O S O FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOOOR 1986
RINGKASAN SANTOSO. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tirlgkat Produksi dan Analisa Pendapatan Usaha Ternak Domba di Daerah Persa- wahan dan Tegalan di Kabupaten Cirebon (Di bawah bimbingan bapak ASIKIN NATASASMITA, sebagai Ketua, Bapak KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan Bapak FAISAL KASRYNO sebagai Anggota). Suatu survei telah dilalcukan terhadap usaha pemeliharaan ternak domba rakyat di daerah persawahan dan tegalan (non persawahan) di Kabupaten Cirebon untuk mempelajari pengaruh beberapa faktor (jumlah pemeliharaan, persentase induk yang dipelihara, luasan lahan pertanian yang dikuasai, jumlah penggunaan tenaga lcerja, rasio anak/induk domba dan tinglcat kematian) terhadap tingkat produksi bobot badan yang diha- silkan selama setahun dan mempelajari pendapatan usaba ter- nak domba. Dari 54 peternak contoh di daerah Kecamatan Astanajapura (daerah tegalan) dan 55 peternak contoh di daerah Kecamatan Susukan (daerah persawahan) masing-masing terbagi menja- di tiga kelompok peternak berdasarkan jumlah induk yang di- pelihara. flasil dari penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Para peternak domba sebagian besar (56.80 persen) ter- diri petani penggarap dan buruh tani (19.26 persen), sedangkan sebagian lainnya mernpunyai mata pencaharian di
luar pertanian, seperti berdagang dan buruh non perta- nian. Luas lahan pertanian yang mereka kuasai bervaria- si, kurang dari 300 meter persegi sampai mencapai lebih dari 40 000 meter persegi. Selain itu sekitar 24.77 per- sen di antara peternak domba ada yang tidak mengerjakan lahan pertanian. 2. Berbeda dengan Peternak Besar, maka golongan Peternak Kecil cenderung menitikberatkan usahanya kepada pertanian tanaman, sedangkan pemeliharaan domba lebih merupakan usaha pelenglkap. 3. Sistem pemeliharaan domba di daerah penelitian terdiri dari milik sendiri, maro hasil dan kombinasi keduanya. Sebagian besar Peternak Besar dan Menengah cenderung tergolong sebagai pemilik sendiri, sedangkan Peternak Kecil banyak yang memelihara dengan sistem maro hasil. 4. Penyediaan pakan hijauan dilakukan dengan menggembala dan menyabit. Untuk daerah Astanajapura (daerah tega- lan) penyediaan pakan hijauan banyak dilakukan menggembala, sedangkan di daerah Susukan (daerah wahan) cenderung dilakukan dengan cara menyabit, terbatasnya lahan penggembalaan pada saat musim Makanan konsentrat hampir tidak pernah diberikan, mengandalkan pakan hijauan berupa rumput lapangan. dengan persa- akibat tanam. hanya Sum- ber hijauan tidak selalu berasal dari lahan milik peter- nak sendiri, tetapi berasal dari lahan milik orang lain.
iii 5. Banyak di antara peternak, sekitar 66 persen yang hanya mengandalkan perkawinan domba mereka dengan pejantan mi- lik orang lain sewaktu digembala bersama. Sekitar 28.44 persen dari jumlah peternak di daerah penelitian tidak pernah menggembalakan ternaknya sama sekali, sedangkan sekitar 30.28 persen dari pa'ra peternak hanya menggem- bala pada musim kemarau saja. Keadaan demikian diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rafiio jum- lah anak/induk. 6. Rataan bobot badan ternak domba (domba induk, muda dan anak) pada tingkat umur yang sama, pada kedua daerah pe- nelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. 7. Data yang diperoleh di daerah Astanajapura menunjukkan bahwa faktor-faktor besar jumlah pemeliharaan (X ) per- 1 sentase jumlah induk yang dipelihara (X ) dan rasio jum- 2 lah anak/jumlah induk (X ) sangat mempengaruhi ting- 5 kat produksi yang dicapai/per peternak selama setahun, sedangkan faktor lainnya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat produksi. Data yang diperoleh dari daerah Susukan menunjukkan bahwa faktor-faktor jum- lah anak/jumlah induk (X ) dan angka mortalitas (X6) mem- 5 pengaruhi tingkat produksi yang dicapai selama setahun. Faktor-faktor lain tidak menunjukkan pengaruh terhadap produksi secara nyata. 8. Di antara komponen biaya produksi yang terbesar adalah nilai upah tenaga kerja yang mencapai 50 persen, yang
berarti bahwa pemeliharaan domba merupakan usaha yang padat tenaga (labour intensive). Total biaya produksi ternyata menurun dengan bertambahnya jumlah pemeliharaan. 9. Pendapatan bersih usaha (net income) dan tingkat pengembalian modal (return to capital) ternyata makin me- ningkat dengan bertambahnya jumlah pemeliharaan. Pen- dapatan bersih tertinggi dicapai Peternak Besar di dae- rah Astanajapura dengan jumlah sekitar Rp 101 300.00 per tahun, sedangkan Peternak Kecil di daerah yang sama menderita "rugit'. Pendapatan bersih untuk Peternak Be- sar, Menengah dan Kecil di daerah Susukan masing-masing adalah sekitar Rp 35 900.00, Rp 25 100.00 dan Rp 13 300.00 per tahun. Tingkat pengembalian modal un- tuk peternak di daerah Astanajapura dan Susukan masing- masing sekltar 15 persen sedangkan yang tertinggi ada- lah Peternak Besar di daerah Astanajapura yang mencapai sekitar 39 persen. Golongan Peternak Kecil pada kedua daerah hanya mencapai di bawah 15 persen. 10. Data yang diperoleh menunjukkan bahinia semakin besar penghasilan total yang diperoleh peternak domba yang berasal dari berbagai cabang usaha, jumlah penghasilan yang berasal dari pemeliharaan domba ternyata semakin kecil. domba Hal demikian dapat diartikan bahwa pemeliharaan mempunyai peranan yang makin besar pada golongan peternak dengan total penghasilan yang rendah.
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUliI TINGKAT PRODUKSI DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHA TIlRNAK DOMBA DI DAERAH PERSAWAHAN DAN TEGALAN DI KABUPATEN CIHEBON Oleh SANTOSO Tesis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor FAKULTAS PASCA SAHJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR