BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM. Jual beli atau dalam bahasa Arab disebut bai> menurut kamus besar

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN KHIYAR A>IB. Jual beli atau dalam bahasa Arab disebut al-bay menurut bahasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON. Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Transkripsi:

BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Jual beli dalam bahasa arab disebut al bay menurut bahasa adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayyid Sabiq dalam Ahmad Wardi Muslich mengartikan jual beli secara bahasa adalah tukar-menukar secara mutlak. 26 Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli secara bahasa adalah tukar-menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang, atau uang dengan uang. Sedangkan menurut istilah jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, sesuai dengan perjanjian ketentuan yang telah dibenarkan syara> dan disepakati. 27 Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa jual beli secara umum adalah akad mu awwada}h (timbal balik), yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak yaitu penjual dan pembeli, yang obyeknya bukan manfaat. 28 Jual beli merupakan suatu bentuk akad penyerahan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Hanafiah pengertian jual beli secara definitif yaitu tukar-menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu 26 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, 173. 27 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 69. 28 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat..., 174. 19

20 yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. 29 Didalam kitab terjemahan Fath}ul Qari>b dijelaskan bahwa jual beli adalah memiliki sesuatu harta dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara> atau sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara> dengan melalui pembayaran yang berupa uang. 30 Menurut Ibrahim Muhammad al-jamal, jual beli ialah tukar menukar harta secara suka sama suka atau memindahkan milik dengan pertukaran menurut cara yang diizinkan agama. 31 Sedangkan Imam Taqi al-din mendefinisikan jual beli adalah saling tukar harta, saling menerima dapat dikelola (tasarruf) dengan i>jab> dan qabu>l),dengan cara yang sesuai dengan syara>. 32 Para ulama mujtahid sepakat bahwa jual beli dihalalkan, sedangkan riba diharamkan. Para imam madhhab sepakat bahwa jual beli itu dianggap sah apabila dilakukan oleh orang yang sudah baligh, berakal, kemauan sendiri, dan berhak membelanjakan hartanya. Oleh karena itu jual beli tidak sah jika dilakukan oleh orang gila. 33 Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima dan 29 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 101. 30 Achmad Sunarto, Terjemah Fathul Qorib (Surabaya: Al-Hidayah, 1991), 334. 31 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Al-Mar ah Al-Muslimah, Terj. Anshori Umar Sitanggal Fiqih Wanita (Semarang: CV Asy-Syifa, 1986), 490. 32 Imam Taqiyuddin Abu, Terjemah Kifayah Al-Akhya>r (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), Juz I, 239. 33 Syeikh al- allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab (Bandung: Hasyimi Press, 2010), 214.

21 yang benda-benda dan pihak lain sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara> dan disepakati yang dimaksud sesuai dengan ketetapan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal yang ada kaitannya dengan jual beli, maka bila syarat-syarat dan rukunya tidak dipenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara>. Yang dimaksud dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang. 34 Sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dapat dinilai yakni benda, benda yang berharga dan dapat dibenarkan penggunanya menurut syara> benda itu adakalanya bergerak (dipindahkan) dan adakalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), yang dapat dibagi-bagi, adakalanya tidak dapat dibagi-bagi, harga yang ada perumpamaannya (misli) dan tak ada yang menyerupainya dan yang lain-lainnya, penggunaan harta tersebut dibolehkan sepanjang tidak dilarang syara>. 35 B. Dasar Hukum Jual Beli Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan al-qur a>n, sunnah, dan ijma para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara> adapun dasar hukum dari al-qur a>n antara lain. 36 34 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...,69. 35 Ibid. 36 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat..., 177.

22 Padahal Allah telah mengh}alalkan jual beli dan mengharamkan riba. (al-baqarah ayat 275). 37 Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (al-baqarah : 282). 38 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (al-nisa> ayat 29). 39 Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. (al-yusuf ayat 20) 40 Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa ah Ibn Rafi tentang dasar hukum jual beli sebagai berikut: عن رفاعة بن رافع قال: س ئ ل الن ب ص ل ى الل ه ع ل ي ه م ب ر و ر و ع م ل الر ج ل ب ي د ه )رواه البزار واحلاكم( و س ل م ع ن أ ف ض ل ال ك س ب ف ق ال ب ي ع 37 Departemen Agama RI, Al-Qur a>n dan Terjemah, 69. 38 Ibid, 70. 39 Ibid, 122. 40 Ibid, 351.

23 Dari Rifa ah Ibn Rafi Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw. menjawab: Setiap jual beli yang diberkati dan usaha tangan manusia sendiri (HR. Al-Bazzar dan Al-Hakim). 41 kaidah fiqh: ا ل ص ل ف أل ع ق و د و ال م ع ا م ال ت الص ح ة ح ت ي ق و م د لي ل ع ل ى ال ب ط ال ن و الت ح ر ي Pada dasarnya semua akad dan muamalah itu hukumnya sah sampai ada dalil yang membatalkan dan mengharamkannya. 42 ح د ث ن ا أ ب و الن ع م ان ح د ث ن ا ح اد ب ن ز ي د ح د ث ن ا أ ي وب ع ن ن اف ع ع ن اب ن ع م ر ر ض ي الل ه ع ن ه م ا ق ال ق ال الن ب ص ل ى الل ه ع ل ي ه و س ل م ال ب ي ع ان ب ا ل ي ار م ا ل ي ت ف ر ق ا أ و ي ق ول أ ح د ه ا ل ص اح ب ه اخ ت ر و ر ب ا ق ال أ و ي ك ون ب ي ع خ ي ار Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan) dalam jual beli selama keduanya belum berpisah". Atau Beliau bersabda: "(Selama belum berpisah) seorang dari rekannya". Atau Beliau bersabda: "Jual beli menjadi khiyar (terjadi dengan pilihan). (H.R. Bukhari No. 1967) 43 Para ulama dan seluruh umat Islam sepakat tentang dibolehkannya jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua orang memiliki apa yang dibutuhkannya. Apa yang dibutuhkannya terkadang berada ditangan orang lain. Dengan jalan jual beli, maka manusia saling tolong menolong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, roda kehidupanm 41 Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulu@ghul Mara@m, (Bandung: Mizan, 2010), cet-i, 316. 42 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, 283. 43 Kitab Sembilan Imam hadist, Lidwa Pusaka i-software www.lidwapusaka.com.

24 ekonomi akan berjalan dengan positif karena apa yang mereka lakukan akan mengantungkan kedua belah pihak. 44 C. Rukun dan Syarat Jual Beli Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara>. Dalam menentukan rukun jual beli terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. 1. Rukun jual beli Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu i>jab> (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabu>l) (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk melakukan traksaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam i>jab> dan qabu>l), atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang. 45 Dalam hal ini rukun jual beli meliputi i>jab> dan qabu>l), a>qid atau orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), ma qud alaih (obyek akad). Rukun yang pertama adalah i>jab> 44 Ibid, 179. 45 Abdul, Rahmad Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat..., 71.

25 dan qabu>l), merupakan ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum i>jab> dan qabu>l dilakukan sebab i>jab> qabu>l menunjukkan kerelaan. Pada dasarnya i>jab> dan qabu>l dilakukan dengan lisan, tetapi jika tidak memungkinkan boleh dilakukan dengan surat-menyurat yang mengandung arti i>jab> qabu>l. 46 Rukun yang kedua adalah a>qid atau orang yang melakukan aqh, yaitu penjual dan pembeli. Dalam hal ini penjual dan pembeli harus orang yang memiliki ahliyah (kecakapan), dan Wila>yah (kekuasaan). 47 Rukun jual beli yang ketiga adalah benda-benda atau barang yang diperjual belikan (ma qu>d alaih), meliputi barang yang dijual (mab>i ) dan harga/uang. 48 Rukun jual beli yang keempat adalah tempat akad, syarat yang berkaitan dengan tempat adalah i>jab> dan qabu>l harus terjadi dalam satu majelis. Apabila i>jab> dan qabu>l berbeda majelisnya, maka akad jual beli tidak sah. 49 2. Syarat-syarat jual beli Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur ulama di atas sebagai berikut: a. Syarat-syarat orang yang berakad 46 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., 70. 47 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat..., 186. 48 Hendi Suhendi, Fiqh..., 71. 49 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat..., 189.

26 Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat: 1) Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. 2) Yang melakukan akad itu adalah orang-orang yang berbeda. Artinya, seseorang yang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli. 50 b. Syarat-syarat yang terkait dengan i>jab> qabu>l Para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat i>jab> dan qabu>l itu sebagai berikut: 1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal, menurut jumhur ulama, atau telah berakal menurut Ulama Hanafiyah, sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang melakukan akad yang disebutkan di atas. 2) Qabu>l sesuai dengan i>jab>. 3) I>jab> dan qabu>l dilakukan dalam satu majelis. Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. c. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang) Para ulama fiqh mengemukakan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. 50 Abdul, Rahmad Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat..., 71.

27 2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum seperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit. 3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-muqayadhah) maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara>. d. Syarat yang mengikatnya jual beli Secara rinci perbandingan tersebut adalah berbagai berikut: 1) Menurut Hanafiyah Menurut Hanafiyah, Ada 23 syarat jual beli yaitu sebagai berikut: a) A>qid (orang yang melakukan akad) harus berakal dan mumayyiz. b) A>qid harus berbilang. c) Para pihak yang melakukan akad jual beli harus mendengar pembicaraan pihak lain. d) I>jab> dan qabu>l harus sesuai (cocok). e) I>jab> dan qabu>l harus dinyatakan dalam satu majelis. f) Obyek akad jual beli (mab>i ) harus berupa harta (ma>l). g) Obyek akad (mab>i ) harus berupa ma>l mutaqawwim. h) Obyek akad harus dimiliki oleh si penjual. i) Obyek akad harus ada (maujud) pada waktu akad dilaksanakan.

28 j) Obyek akad harus bisa diserahkan pada waktu dilaksanakannya akad. k) Imbalan (harga) harus ma>l mutaqawwim. l) Obyek akad dan harga harus diketahui. m) Jual beli tidak boleh dibatasi dengan waktu. n) Jual beli harus ada manfaat dan faedahnya bagi kedua belah pihak. o) Jual beli harus terhindar dari syarat yang merusak. p) Dalam jual beli benda bergerak, benda harus diserahkan. q) Harga pertama harus diketahui. r) Harus saling menerima dan harus sama dalam jual beli benda ribawiyah. s) Terpenuhinya syarat salam dalam jual beli salam. t) Dalam jual beli utang kepada selain mudin (orang yang berpiutang), salah satu penukaran bukan utang. u) Barang yang dijual merupakan hak milik si penjual. v) Di dalam barang yang dijual tidak ada hak orang lain. w) Di dalam akad jual beli tidak ada syarat khiya>r. 51 2) Menurut Malikiyah Menurut Malikiyah, ada 11 syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) Penjual dan pembeli harus mumayyiz. 51 Ahmad Wardani Muslich, Fiqh Muamalat..., 195.

29 b) Penjual dan pembeli harus menjadi pemilik atas barang, atau wakil dari pemilik. c) Penjual dan pembeli harus orang yang memiliki kebebasan (mukhtar). d) Penjual harus cerdas dalam mengelolah hartanya. e) I>jab> dan qabu>l harus bersatu dalam satu majelis. f) I>jab> dan qabu>l tidak boleh terpisah. g) Mab>i dan tsaman (harga) harus benda yang tidak dilarang oleh shyara>. h) Benda yang dijual harus suci. i) Benda harus bermanfaat menurut shyara>. j) Benda yang menjual obyek akad harus diketahui, tidak majhul. k) Benda yang menjadi obyek akad harus bisa diserahkan. 52 3) Menurut Syafi iyah Menurut Syafi iyah, ada 22 syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) \A>qid harus memiliki sifat cerdas, yakni baligh dan berakal. b) Tidak ada paksaan tanpa hak. c) Islamnya pembeli dalam pembelian mushhaf dan sebagainya, seperti hadis, fiqh dan lain-lain. 52 Ibid, 196.

30 d) Pembeli bukan ka>fir h}arbi> dalam pembelian alat perlengkapan perang yang digunakan untuk memerangi kaum muslimin. e) Para pihak mengucapkan khita>bnya kepada temannya, bukan ditunjukan kepada orang lain. f) Khita>b menggunakan jumlah (kalimat) mukha>thab. g) Qabu>l harus diucapkan oleh orang yang langsung mendengarkan i>jab. h) Orang yang mulai pembicaraan hendaknya menyebutkan harga dan barang. i) Penjual dan pembeli menghendaki dengan sungguh-sungguh arti kata-kata yang diucapkan. Apabila hati tidak sesuai dengan ucapan, seperti akad main-main maka akadnya tidak sah. j) Kecakapan (ahliyah) penjual dan pembeli harus tetap ada sampai selesainya qabu>l. k) Antara i>jab> dan qabu>l tidak boleh terpisah dengan waktu yang lama. l) I>jab> dan qabu>l tidak boleh diselingi dengan pembicaraan dengan orang lain, walaupun sedikit, karena hal itu berarti berpaling dari qabu>l. m) Orang yang menyatakan i>jab> tidak boleh mengubah pembicaraannya sebelum pihak lain menyatakan qabu>l.

31 n) Para pihak yang melakukan akad jual beli harus mendengarkan ucapan pihak lainnya. o) I>jab> dan qabu>l harus betul-betul sesuai dan tidak boleh berbeda. p) Sighat i>jab> dan qabu>l tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh akad. q) Akad jual beli tidak boleh dibatasi dengan waktu. r) Ma qud alaih (obyek a>qid) harus suci. s) Obyek akad harus bermanfaat menurut shyara>. t) Obyek akad harus barang yang bisa diserahkan. u) Obyek akad harus dimiliki oleh a>qid, atau ia memperoleh kekuasaan (wilayah). Oleh karena itu, jual beli fud{uli menurut Syafi iyah hukumnya batal. v) Ma qu>d alaih harus diketahui oleh para pihak yang melakukan akad, baik bendanya, kadarnya, maupun sifatnya. 53 4) Menurut Hanabilah Menurut Hanabilah, ada 11 syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut. a) A>qid harus memiliki sifat cerdas dalam mengelola harta kekayaan kecuali dalam urusan kecil. 53 Ibid, 197.

32 b) Adanya persetujuan (kerelaan) dari para pihak yang melakukan akad, dan ikhtiya>r (kebebasan), atau tidak ada paksaan kecuali dengan hak. c) I>jab> dan qabu>l harus menyatu dalam satu majelis. d) I>jab> dan qabu>l tidak boleh terpisah. e) Akad tidak boleh dibatasi dengan waktu, dan tidak digantungkan dengan selain kehendak Allah SWT. f) Obyek akad harus berupa ma>l (harta). g) Obyek akad harus dimiliki oleh penjual dengan milik yang sempurna. h) Obyek akad harus bisa diserahkan pada waktu akad. i) Obyek akad harus diketahui baik oleh penjual maupun pembeli. j) Harga juga harus diketahui oleh para pihak yang melakukan akad, baik pada waktu akad, atau sebelumnya. k) Baik harga, barang, maupun orang yang melakukan akad harus terhindar dari hal-hal yang menghalangi keabsahan akad, seperti riba, atau syarat yang tidak selaras dengan tujuan akad dan sebagainya. 54 D. Jual Beli yang Dilarang 54 Ibid, 198.

33 Di antara keagungan Islam dan keindahannya bahwa mu amalah yang diharamkan tidaklah terlalu banyak, berbeda dengan mu amalah yang dibolehkan jumlahnya tidak terbatas, karena memang hukum asal mu amalah adalah mubah. Para ulama menjelaskan secara umum faktor penyebab mu amalah yang diharamkan ada 3 hal : 55 1. Kezaliman Manakala sebuah mu amalah mengandung kezaliman terhadap salah satu pihak atau pihak manapun juga niscaya diharamkan. 56 Berdasarkan firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu". (al-nisa>' : 29). 57 Kezaliman menafikan suka sama-suka dan termasuk juga memakan harta orang lain dengan jalan yang batil. Di antara bentukbentuk jual beli yang diharamkan karena mengandung kezaliman, yaitu : a. Ghisy, yaitu dengan cara menyembunyikan cacat barang atau dengan cara menampilkan barang yang bagus dan menyelipkan diselanya barang yang jelek. 55 Yusuf Al-Subaily, Fiqh Perbankan Syariah : Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya dalam Ekonomi Modern Aplikasinya dalam Ekonomi Modern, terj. Erwandi Tarmizi, (t.t. : t.p., t.t.) 19. 56 Ibid. 57 Departemen Agama RI, Al-Qur a>n dan Terjemahanya, 122.

34 b. Najsy, secara bahasa berarti membangkitkan. Secara istilah memiliki beberapa bentuk : 1) Seseorang menaikkan harga pada saat lelang sedangkan dia tidak berniat untuk membeli, baik ada kesepakatan sebelumnya antara dia dan pemilik barang atau perantara, maupun tidak. 2) Penjual menjelaskan kriteria barang yang tidak sesungguhnya. c. Menjual, membeli dan menawar barang yang terlebih dahulu dijual, dibeli, dan ditawar oleh orang lain. d. Ihtikar (menimbun barang) yaitu menahan barang yang merupakan kebutuhan orang banyak dengan tidak menjualnya agar permintaan bertambah dan harga menjadi naik, saat itulah kemudian ia menjualnya. e. Menjual barang yang digunakan untuk maksiat. Menjual barang yang mubah kepada pembeli yang diketahui akan menggunakannya untuk berbuat mungkar diharamkan, seperti menjual anggur kepada pabrik minuman keras dan menjual senjata kepada perampok. 58 2. Gharar (samar) Gharar menurut bahasa berarti resiko, tipuan dan menjatuhkan diri atau harta ke jurang kebinasaan. Menurut istilah gharar berarti jual beli yang tidak jelas kesudahannya. Jadi, asas gharar adalah 58 Yusuf Al-Subaily, Fiqh Perbankan Syariah : Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya dalam Ekonomi Modern Aplikasinya dalam Ekonomi Modern, 22.

35 ketidakjelasan atau samar. 59 Ketidakjelasan itu bisa terjadi pada barang atau harga. a. Ketidakjelasan pada barang disebabkan beberapa hal: 1) Fisik barang tidak jelas misalnya penjual berkata, aku menjual kepadamu barang yang ada di dalam kotak ini dengan harga Rp.100.000,- dan pembeli tidak tahu fisik barang yang berada di dalam kotak tersebut. 2) Sifat barang tidak jelas. Misalnya penjual berkata, aku jual sebuah mobil kepadamu dengan harga 50juta rupiah dan pembeli belum pernah melihat mobil tersebut dan tidak tahu sifatnya. 3) Ukurannya tidak jelas misalnya penjual berkata, aku jual kepadamu sebagian tanah ini dengan harga 10 juta rupiah. Sedangkan pembeli belum mengetahui berapa ukuran tanah tersebut. 4) Barang bukan milik penjual, seperti menjual rumah yang bukan miliknya. 5) Barang tidak dapat diserah terimakan, seperti menjual jam tangan yang hilang. b. Ketidakjelasan pada harga disebabkan beberapa hal: 59 Ibid., 22-23.

36 1) Penjual tidak menentukan harga misalnya penjual berkata, aku jual mobil ini kepadamu dengan harga sesukamu. Kemudian mereka berpisah dan harga belum ditetapkan oleh kedua belah pihak. 2) Penjual memberikan 2 pilihan dan pembeli tidak menentukan salah satunya misalnya penjual berkata, saya jual mobil ini kepadamu jika tunai dengan harga 50juta rupiah dan jika tidak tunai dengan harga 70juta rupiah. Kemudian mereka berpisah dan pembeli membawa mobil tanpa menentukan harga yang mana disetujuinya. 3) Tidak jelas jangka waktu pembayaran misalnya penjual berkata, saya jual motor ini dengan harga 5juta rupiah dibayar kapan anda mampu. 60 E. Obyek jual beli Obyek jual beli adalah barang-barang tertentu yang dapat ditentukan wujudnya dan jumlahnya serta tidak dilarang menurut hukum yang berlaku untuk diperjual belikan. Syarat obyek jual beli sebagai berikut: 1. Barang yang dijual harus maujud (ada). Oleh karena itu, tidak sah jual beli barang yang tidak ada (ma dum) atau yang dikhawatirkan tidak ada. 60 Ibid.

37 2. Barang yang dijual harus ma>l mutaqawwim. Pengertian ma>l mutaqawwim sebagai mana yang sudah dijelaskan dalam uraian yang lalu adalah setiap barang yang bisa dikuasai secara langsung dan boleh diambil manfaatnya dalam keadaan Ikhtiya>r. Dengan demikian tidak sah jual beli ma>l yang ghairu mutaqawwim, seperti babi, darah dan bangkai. 3. Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki. Dengan demikian tidak sah menjual barang yang belum dimiliki oleh seseorang, seperti rumput yang tumbuh ditanah milik perseorangan dan kayu bakar. 4. Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli. Obyek yang tidak bisa diserahkan, walaupun barang tersebut milik penjual, seperti kerbau yang hilang, burung diudara, dan ikan dilaut. 61 61 Ahmad Wardani Muslich, Fiqh Muamalat..., 189