BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam praktek umum insiden depresi dapat mencapai 20%. Di Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai 17,1%. Dari studi epidemiologi WHO tahun 1991-1992, dari 15 negara pada penderita yang berobat dipelayanan kesehatan primer dengan keluhan fisik, ternyata 10% menderita depresi. Laporan prevalensi tersebut umumnya merupakan depresi berat atau mayor. Bila diakumulasikan dengan depresi ringan, minor, depresi terselubung, depresi karena penyakit kronik ataupun yang tidak terdiagnosis tentu prevalensinya akan lebih tinggi (Siswanto dan Sofia, 2012). Dari beberapa laporan penelitian prevalensi depresi pada kondisi medis kronis, rata-rata sekitar 15%. Sedangkan pada kondisi tertentu prevalensinya lebih tinggi seperti pada pasien diabetes mellitus 20%, stroke 20%-50%, gagal ginjal kronis yang memerlukan dialisis 10%-40%. Pada penyalahgunaan obat 25% dan pada orang yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, prevalensi depresi sekitar 40% (Siswanto dan Sofia, 2012). Studi WHO di 15 negara, didapatkan penderita depresi yang berobat dipusat pelayanan kesehatan primer, 60%-90% datang dengan keluhan fisik. Di Negara berkembang seperti Indonesia, keluhan fisik tentu lebih tinggi dari negara maju.
Kebanyakan pasien mengedepankan keluhan fisiknya dari pada keluhan psikisnya. Laporan dari catatan klinik psikosomatis RSCM Jakarta didapatkan insiden depresi sekitar 30% (Siswanto dan Sofia, 2012). Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi pada pasien diabetes melitus (DM) dan tergolong luka kronik yang sulit sembuh. Kerusakan jaringan yang terjadi pada ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai. Gangguan tersebut tidak secara langsung menyebabkan ulkus kaki diabetik, namun diawali dengan mekanisme penurunan sensasi terhadap nyeri, perubahan bentuk kaki, atrofi otot kaki, pembentukan kalus, penurunan ketajaman penglihatan dan penurunan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi dalam jangka waktu kira-kira 15 tahun bila kondisi hiperglikemia tidak terkontrol (Brunner dan Suddarth, 2002). Pasien DM diperkirakan 15%-20% akan mengalami ulkus kaki diabetik dan insidennya akan terus meningkat dengan rentang kenaikan 1,9%-2,6% setiap tahunnya. Pada pasien DM tipe 2 usia tua yang memiliki satu atau lebih faktor risiko, insiden ulkus kaki diabetik dapat mencapai 50% (Boulton et al., 2008). Setiap tahun sekitar 7%-20% pasien ulkus kaki diabetik memerlukan tindakan amputasi dan sekitar 85% mengalami amputasi ekstremitas bawah dan 40% tindakan amputasi dapat dicegah melalui pendekatan tim dalam perawatan ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik bila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi berupa infeksi, gangren, amputasi dan kematian (Frykberg et al., 2006).
Depresi dikatakan memiliki korelasi dengan terjadinya ulkus kaki diabetik, komplikasi dan pemberatannya serta proses penyembuhan. Depresi menyebabkan kontrol glukosa darah dan keadaan metabolik yang buruk, sebaliknya pasien DM dan komplikasinya menyebabkan terjadinya kondisi depresi, termasuk pasien-pasien DM dengan ulkus kaki diabetik dan pada keadaan depresi mayor terjadi peningkatan risiko insidensi ulkus kaki diabetik 2 kali lipat diantara pasien-pasien DM selama 4 tahun (Williams et al., 2011). Faktor risiko utama neuropati perifer (60%) dan penyakit arterial perifer (50%) merupakan mediator antara depresi dan ulkus kaki diabetik. Penelitian crosssectional memperlihatkan bahwa depresi berkaitan dengan neuropati perifer dan penyakit arterial perifer. Dalam studi besar prospektif population-based yang umumnya bukan pasien DM; berdasarkan gejala depresi memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian penyakit arterial perifer (Williams et al., 2011). Depresi berperan terhadap DM, kontrol glukosa darah dan metabolik yang buruk serta kejadian komplikasi DM termasuk ulkus kaki diabetik dan pemberatannya, maka penanganan terhadap ulkus kaki diabetik memerlukan pendekatan yang komprehensif, berupa pendekatan biopsikososial. Sejauh ini pendekatan penanganan ulkus kaki diabetik masih dititikberatkan pada pendekatan biologik. Sementara aspek psikologi belum mendapat perhatian yang maksimal. Pendekatan psikologis memiliki peran yang penting terhadap proses penyembuhan ulkus diabetik (Williams et al., 2011 dan Papelbaum et al., 2011).
Prevalensi depresi bervariasi 11%-60% pada pasien dengan DM. Pasien DM dengan ulkus kaki diabetik, 64% memiliki depresi sedang, 10% memiliki depresi berat. Infeksi pada ulkus kaki diabetik pada 80 pasien usia tua 65 tahun dengan geriatric depression scale (GDS) > 10 (41 pasien) dan GDS < 10 (39 pasien), dideteksi 75% mengalami infeksi (Geraldo et al., 2011). Skrining dan terapi depresi pada pasien DM sangat bermanfaat pada pencegahan insidensi ulkus kaki diabetik, pencegahan komplikasi dan pemberatan ulkus kaki diabetik serta proses penyembuhannya. Oleh sebab itu penelitian tentang hubungan dan efektifitas skrining depresi pada pasien DM sangat diperlukan (Williams et al., 2011). Studi ini untuk melihat pengaruh depresi terhadap derajat ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS dengan membandingkan proporsi pasien depresi dan tidak depresi dengan derajat ulkus. Studi ini pertama kali dilakukan di RSUP Dr.Sardjito, sebagai pusat rujukan di Daerah Istimewah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang telah menyediakan polik khusus kaki diabetik. B. Perumusan Masalah Penderita DM dengan ulkus sebagai suatu keadaan kronis yang merupakan stressor kronis yang dapat menimbulkan keadaan depresi dan keadaan depresi yang terjadi dapat memperberat kondisi ulkus dan mempengaruhi proses penyembuhan ulkus. Depresi memiliki peranan yang penting dalam kejadian ulkus, komplikasi ulkus dan pemberatannya serta proses penyembuhan ulkus.
C. Tujuan Penelitian Untuk melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik dengan membandingkan perbedaan proporsi pasien depresi dan tidak depresi terhadap derajat pemberatan ulkus. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian secara akademik adalah dapat memberikan gambaran pengaruh depresi terhadap derajat ulkus kaki diabetik. 2. Manfaat penelitian terhadap pasien adalah pasien diedukasi bahwa kondisi psikologis memiliki pengaruh terhadap DM dan komplikasinya, termasuk kejadian ulkus kaki diabetik dan pemberatannya sehingga pasien harus menjaga kestabilan kondisi psikologisnya. 3. Manfaat penelitian secara praktek klinik adalah dengan mengetahui adanya pengaruh depresi pada pasien DM dengan derajat pemberatan ulkus kaki diabetik, maka manajemen tata laksana depresi haruslah mendapat perhatian dalam penanganan ulkus kaki diabetik. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini untuk pertama kali dilakukan dan belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan depresi dengan DM dan komplikasi ulkus kaki diabetik;
1. De Groot et al, 2001. Melakukan penelitian meta-analysis di Washington dengan 27 penelitian dari tahun 1983-1999, hasilnya terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dan komplikasi DM. Persamaan dengan penelitian ini adalah menemukan gejala depresi dan melihat pengaruh depresi terhadap komplikasi DM. Perbedaannya, penelitian ini melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS, sampel kecil, penelitian bersifat cross-sectional. 2. King & Harding (2001). Melakukan penelitian hubungan depresi dan proses penyembuhan luka terhadap 53 responden (31 wanita dan 22 pria) menunjukkan ansietas dan depresi berhubungan dengan delayed healing (p=0,0476 dan p=0,0311). Persamaan dengan penelitian ini adalah mengukur gejala depresi pada pasien ulkus kaki diabetik dan pengaruhnya terhadap ulkus. Perbedaannya pada variabel yang diukur. 3. Monami et al, 2008. Melakukan penelitian kohort prospektif di Italy dengan subyek penelitian 80 pasien DM tipe 2, usia 60 tahun dengan ulkus kaki diabetik kronik yang dievaluasi selama 6 bulan. Hasilnya 44 (55%) pasien memiliki skor geriatric depression scale 10 lukanya tidak sembuh dalam 6 bulan. Pasien yang lukanya sembuh adalah pasien dengan skor geriatric depression scale rendah. Persamaan dengan penelitian ini adalah melihat gejala depresi pada pasien DM dengan ulkus kaki diabetik dan pengaruhnya terhadap pemberatan ulkus. Perbedaannya, subyek penelitian ini pasien DM tipe 1 dan 2, usia 18 tahun, penelitian bersifat
cross sectional dan Penelitian ini melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS. 4. James et al., 2010. Melakukan penelitian cross sectional di Nigeria dengan 200 pasien DM. Hasilnya terdapat 30 pasien DM dengan depresi. Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti gejala depresi pada pasien DM, penelitian bersifat cross-sectional. Perbedaannya, subyek penelitian ini adalah pasien DM dengan komplikasi ulkus kaki diabetik dan melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS. 5. Williams et al, 2011. Melakukan penelitian kohort prospektif di Washington dengan 3474 pasien DM tipe 2. Hasilnya 401 subyek depresi mayor, 290 subyek depresi minor dan 2783 subyek tidak depresi dan subyek dengan depresi mayor memiliki risiko insidensi kejadian ulkus kaki diabetik 2 kali lipat selama 4 tahun. Persamaan dengan penelitian ini adalah subyek penelitiannya termasuk pasien DM tipe 2, melihat gejala depresi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini bersifat cross-sectional, subyek penelitian semua pasien DM tipe 1 maupun tipe 2, penelitian ini melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS. 6. Papelbaum et al, 2011. Melakukan penelitian cross-sectional di Brazil dengan subyek penelitian 70 pasien DM tipe 2. Hasilnya, terjadi peningkatan kadar hemoglobin glikasi pada pasien DM tipe 2 dengan
depresi. Persamaan dengan penelitian ini adalah penelitian bersifat crosssectional pada pasien DM tipe 2 dan melihat gejala depresi. Perbedaannya, subyek penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 1 maupun tipe 2, penelitian ini melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS. 7. Geraldo et al, 2011. Melakukan penelitian deskriptif, analitik dan crosssectional di Brazil dengan subyek penelitian 50 pasien DM tipe1 dan 2, usia 18 tahun. Hasilnya 41 pasien memiliki derajat gejala depresi. 32 pasien (64%) mengalami depresi moderat, 5 pasien (10%) mengalami depresi berat. Persamannya dengan penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, analitik dan cross-sectional. Subyek penelitiannya pasien DM tipe 1 dan 2, usia 18 tahun, melihat gejala depresi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini untuk melihat pengaruh depresi terhadap derajat pemberatan ulkus kaki diabetik menurut klasifikasi PEDIS.