BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal diantaranya pendidikan keluarga, sementara pendidikan formal diantaranya adalah pendidikan disekolah. Melalui pendidikan tersebut diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu berfikir dengan kritis, logis, cermat, dan tepat. Bukti pentingnya mata pelajaran matematika, di Indonesia mata pelajaran matematika diterapkan pada semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan mata pelajaran matematika pada saat sekarang ini merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di ujikan pada Ujian Nasional (UN). Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi matematika merupakan dasar atau pondasi dalam membangun pengetahuan siswa terhadap matematika baik lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan 1
2 mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa dirasakan sangat penting karena dengan terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar maka siswa akan lebih mudah memahami terhadap apa yang dipelajari. Peran aktif dari pendidik dan siswa tetap dibutuhkan dalam melaksanakan kurikulum yang berlaku sekarang. Peran aktif ini dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan suasana yang lebih hidup antara pendidik dan siswa, atau dengan kata lain jika adanya komunikasi dua arah. Komunikasi matematika akan berdampak pada keaktifan siswa, karena didalam proses pembelajaran matematika akan terjadi suatu siklus komunikasi yang melibatkan siswa. Dalam proses belajar mengajar setiap siswa bebas mengemukakan dan mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan, sehingga apa yang dipelajari akan lebih tertanam dalam pikiran siswa. Pada dasarnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan tingkat keaktifan siswa berbeda-beda. Bervariasinya kemampuan berkomunikasi dan keaktifan siswa itu dapat dilihat dari hanya sebagian kecil dari keseluruhan siswa yang mampu mempresentasikan apa yang telah diketahui, menyajikan
3 pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, ataupun diagram serta siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi berkelompok. Bervariasinya kemampuan berkomunikasi dan keaktifan siswa tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka perlu dikaji kembali faktor penyebab bervariasinya kemampuan komunikasi matematika pada siswa tersebut. Faktor penyebab dari guru diantaranya kurang tepatnya metode yang digunakan dalam mengajar. Faktor dari siswa sendiri yang cenderung malu atau kurang percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya. Faktor lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung juga dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan keaktifan siswa. Bervariasinya kemampuan komunikasi dan keaktifan siswa cenderung disebabkan dari metode yang digunakan guru dalam mengajar. Masih banyak guru yang menerapkan metode konvensional yang kurang efektif. Guru seharusnya menggunakan metode yang tepat sehingga siswa berani untuk menyampaikan gagasannya dan mudah mengerti terhadap apa yang sedang dipelajari. Pada kondisi awal dari pembelajaran di kelas VII B SMP Negeri 3 Delanggu dapat dikatakan masih cenderung pasif dan kurang komunikatif. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya kemampuan komunikasi dan kekaktifan siswa berdasarkan indikator yang digunakan dalam penelitian. Observasi awal menunjukan bahwa kondisi awal siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Delanggu yang beranggotakan 36 siswa sebelum tindakan, kemampuan komunikasi siswa dalam menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
4 tertulis, gambar atau diagram adalah sebesar 36,11%, kemampuan komunikasi siswa dalam presentasi adalah sebesar 22,22 % serta kekaktifan siswa dalam diskusi adalah sebesar 33,33%. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan komunikasi dan keaktifan siswa masih rendah dengan ditunjukan pencapaian yang kurang dari 50 %. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan keaktifan siswa siswa maka perlu dikembangkan dan diterapkan metode yang dapat meningkatkan komunikasi dan keaktifan siswa. Salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan keaktifan siswa yaitu metode pembelajaran realistic mathematic education (RME). Metode pembelajaran realistic mathematic education (RME) secara singkat dapat diartikan sebagai metode pendekatan pembelajaran yang memberikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan dunia nyata dalam pembelajarannya. Sehingga siswa dapat bebas berimajinasi dan menyampaikan gagasannya secara luas dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Dengan penerapan pembelajaran tersebut maka akan terjadi suatu kegiatan komunikasi dalam penyelesaian masalah yang tentunya juga diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa didalam proses belajar mengajar.
5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan uraian masalah sebagai berikut: 1. Adakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan realistic mathematics education (RME)? 2. Adakah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum. a. Untuk memperoleh data penelitian sebagai syarat penyelesain tugas akhir peneliti. 2. Tujuan Khusus. a. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan realistic mathematics education (RME). b. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui pendekatan realistic mathematics education (RME). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya
6 pada peningkatan komunikasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran realistic mathematics education (RME) Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada metode pembelajaran disekolah serta mampu mengoptimalkan komunikasi dan keaktifan siswa. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa dan bagi guru. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajarnya juga meningkat. Bagi guru dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang lebih baik.