MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Matematika dengan Konflik Kognitif. Oleh: Dasa Ismaimuza Pend. Matematika FKIP Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah.

KONFLIK KOGNITIF MAHASISWA CALON GURU DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA

TEORI BELAJAR PIAGET

BAB II KAJIAN TEORI. matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi,

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui cara siswa menyelesaikan masalah sesuai langkah-langkah penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan. Dari pendidikan anak usia dini hingga menengah atas,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORITIK

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

PERANGKAT SOAL BERBASIS KONFLIK KOGNITIF. Iskandar Zulkarnain

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini, maka semakin hari. mumpuni dan berkompeten adalah melalui sektor pendidikan.

TEORI BELAJAR KOGNITIF

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I KERANGKA DASAR BERPIKIR PSEUDO

(Mahasiswa Magister Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Tadulako) 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL BELAJAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DosenPengampuDr. Hj. Sri EndahIndriwati, M.Pd

BAB II KAJIAN TEORITIS

Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstrak

KESIAPAN INTELEKTUAL SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA (SUATU UPAYA PEMBENTUKAN DAYA NALAR SISWA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-issn: ; e-issn: X Volume 2, Nomor 1, Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

I. PENDAHULUAN. Tujuan utama dari kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas adalah agar siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 3 ISSN

Model Pembelajaran Computer Support Collaborative Learning (CSCL)

PROFIL KONFLIK KOGNITIF DALAM MEMECAHKAN MASALAH DENGAN INTEVENSI DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Pendekatan Pembelajaran Matematika

Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA PADA MATERI PELUANG DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) UNTUK SISWA SMK SKRIPSI

Joko Widodo 1. Kata kunci: pembelajaran konstruktif; struktur logis; proses berpikir; dan relevansi.

PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA BERDASARKAN KATEGORI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS SMA

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

MUSLIKA 49. Kata Kunci : REACT, Hasil Belajar. 49 Muslika, S.Pd adalah Guru di SMP Negeri 1 Mumbusari Jember

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Finda Dwi Permatahati et al., Analisis Proses Berpikir Siswa Tuna Grahita Ringan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB 1 PENDAH ULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 2 No 4, Oktober 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ennis (1996, xx) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

PEMBELAJARAN ANALITIK-SINTETIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Generatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

2 Namun pembelajaran matematika di sekolah memiliki banyak sekali permasalahan. Majid (2007:226) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

PENERAPAN MODEL PQ4R DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROCEDURAL FLUENCY SISWA. NANANG PBU MAN Tlogo Blitar

Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Wahyu Rahardjo

SKEMA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL LUAS GABUNGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

Penerapan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Listrik Dinamis. Supliyadi.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Transkripsi:

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP Nama : Sumbaji Putranto NIM : 16709251028 Kelas : Pend. Matematika B PPs UNY A. PENDAHULUAN Menjadi sebuah kewajaran dalam proses belajar mengajar muncul konflik kognitif pada diri siswa. Hal ini mungkin terjadi ketika tidak terjadi keseimbangan antara informasi atau pengetahuan yang telah dimilik oleh siswa dengan informasi yang dihadapi dalam suasana belajar. Siswa sering pula mengalami kebuntuan ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan untuk menyelesaiakan masalah. Menghadirkan konflik kognitif dalam pembelajaran dengan sengaja merupakan suatu upaya untuk membiasakan siswa dalam mengkonstruksi skema atau pengetahuan dan memberi pengalaman bagaimana menghadapi suatu situasi yang tidak dikehendaki, memberi tantangan dan kesempatan kepada siswa untuk memantapkan pengetahuan dan ketrampilan matematika yang dimilikinya. Tulisan ini membahas proses kognitif menurut Piaget, Konflik Kognitif, dan contoh pembelajaran pembelajaran matematika menggunakan prinsip yang dikembangkan berdasarkan konsep konflik kognitif Piaget. B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET Menurut Piaget (Sugihartono, 2007), pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata yang sering disebut sebagai struktur kognitif. Dengan menggunakan skemata ini seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skemata baru, yaitu melalui proses asimilasi 1 Sumbaji Putranto

dan akomodasi. Skemata yang terbentuk melalui asimilasi dan akomodasi itulah yang disebut pengetahuan. 1. Asimilasi Asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa. Suatu informasi [pengetahuan] baru dikenalkan kepada seseorang dan pengetahuan itu cocok dengan skema/skemata yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi sehingga terbentuklah pengetahuan baru. Proses ini merefleksikan perubahan kuantitatif pada skema disebut sebagai pertumbuhan. 2. Akomodasi Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi yang baru. Proses restrukturasi skemata yang sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat secara langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. Hal itu, dikarenakan informasi baru tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok dengan skemata yang telah ada. Jika informasi baru, betul-betul tidak cocok dengan skemata yang lama, maka akan dibentuk skemata baru yang cocok dengan informasi itu. Sebaliknya, apabila informasi baru itu hanya kurang sesuai dengan skemata yang telah ada, maka skemata yang lama itu akan direstrukturisasi sehingga cocok dengan informasi baru itu. Pada akomodasi terjadi proses belajar yang baru dan merefleksikan perubahan kualitatif pada skemata yang disebut perkembangan. 3. Disequilibrium dan Equilibrium Yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dimulai ketika pengetahuan baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada maka akan terjadi disequilibrium, kemudian struktur kognitif tersebut direstrukturisasi kembali agar dapat disesuaikan dengan pengetahuan baru atau disebut equilibrium, 2 Sumbaji Putranto

sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikan menjadi pengetahuan skemata baru. C. Berdasarkan terori perkembangan kognitif Piaget, suatu struktur kognitif atau (skema), selalu berintegrasi dengan lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jika asimilasi dan akomodasi terjadi dengan bebas dengan lingkungannya (bebas konflik), maka struktur kognitif dikatakan dalam keaadaan ekuilibrium dengan lingkungannya., namun jika hal ini tidak terjadi pada seseorang, maka seseorang tersebut dikatakan pada keadaan yang tidak seimbang (disekuilibrium). Apabila seseorang berada atau mengalami suatu disekuilibrium maka dia akan merespon terhadap keaadaan tersebut dan mencari keseimbangan (ekuilibrium) yang baru dengan lingkungannya. Gambar berikut menunjukkan proses perkembangan kognitif menurut Piaget (Kwon, 2001). 3 Sumbaji Putranto

Pada gambar di atas ditunjukkan bagaimana proses terjadinya konflik kognitif. Pada level rendah, keseimbangan kognitif terjadi, sehingga tidak terjadi konflik kognitif meskipun terjadi asimilasi dan akomodasi, pada level ini informasi baru di asimilasi dan diakomodasi dengan baik, dengan kata lain informasi yang didapat ditangkap dan dipahami sesuai dengan skemata atau prior knowledge yang telah dimiliki oleh anak. Pada level menengah terjadi ketidakseimbangan kognitif atau terjadi konflik kognitif karena terjadi kekurangan data sehingga informasi yang didapat tidak cocok dengan pengetahuan atau struktur kognitif (skemata) yang dimiliki, sehingga informasi yang ada tidak dapat diasimilasi, akibatnya proses akomodasipun tidak terjadi terhadap informasi tersebut. Pada level ini anak memerlukan bantuan pihak lain untuk dapat mengakhiri konflik kognitif. Pada level yang lebih tinggi, equilibrium kognitif ( re-equilibrium) terjadi akibat adanya rekonseptualisasi terhadap informasi sehingga terjadi keseimbangan baru dari apa yang sebelumnya bertentangan (konflik kognitif). Pada level ini keseimbangan kognitif terjadi karena adanya bantuan pihak lain sehingga proses asimilasi dan akomodasi berlangsung dengan lancar. Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa disequilibrium kognitif atau konflik kognitif perlu dikondisikan agar terjadi suatu equilibrium pada tingkat yang lebih tinggi daripada equilibrium yang sebelumnya. D. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KONFLIK KOGNITIF PIAGET Berikut disajikan bagaimana implikasi pembelajaran matematika dengan memperhatikan konflik kognitif piaget. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP kelas VII SMP semester dua. Kompetensi Dasarnya adalah menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 4 Sumbaji Putranto

Misalkan anak sudah diajarkan cara menentukan luas dari suatu segitiga. Bentuk segitiga yang digunakan oleh siswa sebagai latihan adalah seperti di bawah ini. A 12 cm B C 16 cm Kemudian guru memberikan bentuk segitiga yang berbeda untuk ditentukan luasnya,seperti dalam gambar berikut ini. C 15 cm A 12 cm B Ketika anak diminta untuk menentukan luas segitiga dimana gambar segitiganya berbeda dengan segitiga yang telah diketahui anak sebelumnya, kemudian anak mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan baik maka pada diri anak tidak terjadi konflik kognitif. Tetapi apabila dalam pikiran anak muncul keanehan dan keganjilan ketika melihat segitiga tersebut sehingga menyebabkan anak tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa pada anak telah terjadi konflik kognitif. Implikasi dari adanya konsep konflik kognitif ini adalah bahwa untuk dapat mengakhiri konflik kognitif maka anak memerlukan bantuan dari guru atau pihak lain yang telah menguasai materi pembelajaran. 5 Sumbaji Putranto

E. KESIMPULAN Menurut Piaget skemata (struktur kognitif) didalam otak manusia berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi, adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru. Jika asimilasi dan akomodasi terjadi tanpa konflik, maka dikatakan bahwa struktur kognitif barada dalam keadaan equilibrium dengan lingkungannya. Sebaliknya, jika hal ini tidak terjadi pada diri seseorang, maka dikatakan ia mengalami ketidakseimbangan kognitif atau mengalami konflik kognitif ( cognititive disequilibrium). Konflik kognitif terjadi karena adanya kekurangan data sehingga informasi yang didapat tidak cocok dengan prior konwledge atau struktur kognitif (skemata) yang dimiliki, sehingga informasi yang ada tidak dapat diasimilasi, akibatnya proses akomodasipun tidak terjadi terhadap informasi tersebut. Untuk mengakhiri konflik kognitif perlu adanya bantuan dari pihak lain yang lebih menguasai materi pembelajaran. 6 Sumbaji Putranto

REFERENSI Kwon J, Lee,G. 2001. What do we know about students cognitive conflict in science classroom: a theoreticial model of cognitive conlict process, diakses dari http:/www.ed.psu.edu/c1/journals/2001 Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 7 Sumbaji Putranto