Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam Sistem Tumpang Sari. Competition of Maize and Cassava in Intercropping System

dokumen-dokumen yang mirip
Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari dengan Jagung. Growth and Yield of Two Sweetpotato Clones in Intercropping with Maize

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

ANALISIS PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN JARAK TANAM TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG HIBRIDA P-21 (Zea mays L.)

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN PADA TUMPANGSARI SELADA DENGAN TOMAT DIAPLIKASI MULSA JERAMI

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK. Oleh Yuni Restuningsih H

KAJIAN WAKTU TANAM DAN KERAPATAN TANAMAN JAGUNG SISTEM TUMPANGSARI DENGAN KACANG TANAH TERHADAP NILAI LER DAN INDEKS KOMPETISI

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) PENDAHULUAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Perubahan Klorofil, Luas Daun Spesifik, dan Efisiensi Penggunaan Cahaya Ubi Kayu pada Sistem Tumpang Sari dengan Jagung

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

GROWTH AND YIELD OF BLACK SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr) SEED OF MALLIKA PLANTED BY INTERCROPPING WITH SWEET CORN (Zea mays Saccharata group)

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

PENGGUNAAN MULSA ALANG - ALANG PADA TUMPANGSARI CABAI DENGAN KUBIS BUNGA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN GULMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

STUDY OF BROCCOLI (Brassica oleracea L.) AND LEEK (Allium porrum L.) INTERCROPPING SYSTEM IN VARIOUS PLANT SPACING

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpang Sari Jarak Pagar dengan Tanaman Pangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

RESPONS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP BEBERAPA PENGATURAN TANAM JAGUNG PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI

APLIKASI PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CAISIM (BRASSICA JUNCEA L.) DI KECAMATAN TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

MENJADIKAN UBI KAYU SEBAGAI SUMBER KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI DI INDONESIA

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR PADA SISTEM TUMPANGSARI UBI JALAR-JAGUNG MANIS DI LAHAN BEKAS ALANG-ALANG

Inggit Sasmita *, Supriyono, Sri Nyoto Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH SISTEM PERTANAMAN SISIPAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Bunyamin Z dan M. Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia PENDAHULUAN

PENGARUH JENIS DAN SAAT TANAM TANAMAN PALAWIJA DALAM TUMPANGSARI TEBU LAHAN KERING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

PERTUMBUHAN DAN HASIL KUBIS (Brassica oleraceae L.) DALAM SISTEM TUMPANGSARI DENGAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

PELAKSANAAN PENELITIAN

KAJIAN JARAK ANTARBARIS TEBU DAN JENIS TANAMAN PALAWIJA DALAM PERTANAMAN TUMPANGSARI

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dikenal oleh

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

PENDUGAAN DERAJAT KOMPETISI GULMA Echinochloa crus-galli (L.) Beauv. MELALUI METODE REPLACEMENT SERIES ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

KAJIAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN DALAM SISTEM TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN EMPAT KULTIVAR KEDELAI PADA BERBAGAI WAKTU TANAM

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam Sistem Competition of Maize and Cassava in Intercropping System Suwarto 1*), Sudirman Yahya 1), Handoko 2), Muhammad hmad Chozin 1) Diterima 1 Maret 2005 / Disetujui 1 gustus 2005 STRCT Intercropping system of maize and cassava has been practiced widely by Indonesian farmer on dry land. Competition between the plant will happen in the system. Field experiment to understand about the competition has been conducted. Field experiment of growing maize (rjuna, Pioneer 4, and in various planting densities) and cassava (dira 1) was conducted for monoculture and intercropped plants. Intercropped cassava increased intraspesific competition of maize. Yield of maize variety of rjuna,, and decreased by about 9.7%, 6.7%, and 16.9% respectively. Maize also reduced growth and yield of cassava. When intercropped with rjuna, pioner 4, and at the highest density (80 000 plants ha- 1 ), yield of cassava tuber decreased by about 40.6%, 43% and 64.3%, respectively. However, the intercropping still gave a better land productivity, where land equivalent ratio (LER) was larger than 1.0. Key words: intercropping, competition, maize, cassava PENDHULUN Permintaan biji jagung di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan jumlah penduduk dan jenis produk berbahan baku jagung yang terus bertambah. PT Monsanto (2002) memproyeksikan permintaan jagung pada tahun 2005 sebesar 18.354 juta ton dan pada tahun 2010 sebesar 33.903 juta ton. Pada periode tahun 1990 2000 konsumsi jagung di Indonesia meningkat dengan laju rata-rata 7.21 persen per tahun, tetapi laju peningkatan produksi lebih rendah, rata-rata 4.0 persen per tahun. kibatnya, sampai dengan tahun 2000 Indonesia masih harus impor jagung lebih kurang 3.2 juta ton. Impor jagung diperkirakan masih akan terjadi pada tahun-tahun mendatang. Selain jumlah, kebutuhan jagung di Indonesia juga belum dapat dipenuhi dari segi waktu maupun mutu. Komoditas ubikayu juga prospektif untuk dikembangkan disamping jagung. groindustri berbasis ubikayu di Indonesia akhir-akhir ini cukup berkembang. iro Pusat Statistik (1999) mencatat ekspor tapioka yang meningkat pesat; 17 862 ton pada tahun 1997, 31 616 ton pada tahun 1998 (meningkat 77%), dan 48 272 ton pada tahun 1999 (meningkat 53%). Kesinambungan ketersediaan bahan baku juga menjadi faktor penting bagi agroindustri berbasis ubikayu ini. Kesinambungan produksi bahan baku kedua komoditas tersebut akan dapat dicapai antara lain dengan (1) mengatur pola tanam sesuai keadaan iklim di wilayah pengembangan dan (2) mengintensifkan penggunaan lahan melalui sistem bertanam ganda (multiple cropping); diantaranya dengan tumpang sari (intercropping). Indonesia memiliki wilayah dengan tipe iklim yang luas, mulai dari iklim tropik basah hingga kering sehingga memungkinkan penanaman jagung dan ubikayu yang berkesinambungan waktu. Di berbagai daerah baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa telah terdapat sekitar 1.03 juta hektar tanaman jagung di lahan kering diusahakan tumpang sari dengan tanaman lain (Subandi et al., 1994), yang masih memungkinkan diperluas. Tumpang sari adalah kegiatan penanaman dua jenis tanaman atau lebih di lahan dan waktu yang bersamaan dengan alasan utama adalah untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan (Francis, 1986 dan Sullivan, 2003). Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama (cooperation) dan meminimumkan kompetisi (competition). Oleh karena itu, dalam tumpang sari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan 1) Staf Pengajar Departemen udidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IP Jl. Meranti Kampus IP Darmaga, ogor 16680 Telp/Fax (0251) 629353 (*penulis untuk korespondensi) 2) Staf Pengajar Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIP IP Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam... 1

jarak tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiaptiap tanaman, dan (4) arsitektura tanaman (Sullivan, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kompetisi yang terjadi dalam sistem tumpang sari antara berbagai varietas jagung dengan ubikayu. HN DN METODE Percobaan lapang dilakukan September 2002 Juli 2003 di Kebun Pecobaan Sindang arang, IP ogor. Percobaan dilaksanakan dengan pendekatan additive series (Kropff dan Lotz, 1993). Dalam pendekatan ini, ubikayu ditanam dengan kerapatan tetap, sedangkan jagung yang ditumpangsarikan divariasikan menurut varietas dan populasi. Ubikayu klon dira 1 ditanam dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm (populasi 10 000 tanaman ha -1 ), mengikuti rekomendasi Wargiono et al. (1997). Tepat di tengah antara barisan ubikayu ditanam jagung dengan populasi 0, 32 000, 48 000, 64 000, dan 80 000 tanaman ha -1. Jagung yang ditanam berbeda umur panen yaitu varietas rjuna (90 95 hari), (96 100 hari) dan (> 100 hari). Jagung ditanam 1 butir per lubang tanam. Penanaman monokultur dari tiap kombinasi varietas dan kerapatan jagung juga dilakukan. Total perlakuan tumpang sari dan monokultur adalah 25 perlakuan; yang terdiri atas 12 perlakuan tumpang sari, 1 perlakuan monokultur ubikayu, dan 12 perlakuan jagung monokultur. Tiap perlakuan diulang 3 kali. Ukuran tiap petak percobaan adalah 7 m x 5 m = 35 m 2. Tanaman jagung dipupuk dengan dosis 135 kg N/ha, 72 kg P 2 O 5, dan 60 kg K 2 O per hektar. Sebanyak 2/3 dosis N dan seluruh dosis P 2 O 5 dan K 2 O diberikan pada saat tanam, sisanya 1/3 dosis N diberikan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST). Pupuk diberikan dengan cara alur di samping kiri atau kanan barisan tanaman berjarak + 7 cm. Tanaman ubikayu dipupuk dengan dosis 90 kg N, 54 kg P 2 O 5, dan 90 kg K 2 O per hektar; mengikuti Howeler (1996). Dosis pupuk ini diasumsikan dapat mencukupi kebutuhan ubikayu agar tidak berkompetisi dengan jagung dalam hal hara. Pupuk diberikan di alur pupuk mengelilingi setek dengan jarak 7 10 cm dari pangkal setek. Pemupukan nitrogen pada ubikayu diberikan 2 kali; 1/3 dosis N diberikan saat tanam dan sisanya diberikan pada umur 1 bulan setelah tanam (Indira, 1996). Seluruh dosis P 2 O 5 diberikan bersama N yang pertama (Howeler, 1996; Indira, 1996, dan Wargiono et al., 1997), sedangkan seluruh dosis K 2 O diberikan pada umur 2 bulan setelah tanam (Howeler, 1996), saat awal pertumbuhan umbi. nalisis regresi linear antara kebalikan bobot biji per tanaman jagung dan bobot umbi per tanaman ubikayu terhadap populasi jagung dan sistem bertanam dilakukan untuk menentukan tingkat kompetisi yang terjadi dalam tumpang sari. Persamaan 1/W c = N c /Y cm = b o + b c N c digunakan untuk menilai kompetisi intraspesies (Spitters et al. dalam Kropff dan Lotz, 1993). Y cm adalah hasil tanaman dalam monokultur (g m -2 ) dan N c adalah kerapatan tanaman (jumlah tanaman m -2 ). W c adalah bobot biji atau umbi per tanaman (g tanaman -1 ), intersep b o adalah kebalikan bobot kering per tanaman maksimum, dan parameter b c adalah kebalikan bobot tanaman maksimum per unit luas. Nilai b o diturunkan dari bobot biji riil tanaman yang terisolasi, jarak antar tanaman lebar. Pada tanaman yang terisolasi tidak terjadi kompetisi intraspesies, bobot biji tidak tergantung kerapatan tanam. Tingkat kompetisi antarspesies ditentukan melalui persamaan Y cw = N c /(a o + b cw N w ) atau 1/W cw = a o + b cw N w (Spitters et al. dalam Kropff dan Lotz, 1993). Y cw adalah hasil tanaman tumpang sari, N w masing-masing adalah jumlah tanaman jagung. Parameter b cw mengukur pengaruh kompetisi antarspesies. Kehilangan hasil dihitung dengan persamaan: YL = 1-(Y cw /Y cm ). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap produksi, persentase kehilangan hasil, dan nisbah kesetaraan lahan dilakukan analisis ragam. Pada perlakuan yang berbeda nyata, selanjutnya dilakukan dengan uji nilai tengah dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. HSIL DN PEMHSN Kompetisi ntarspesies Hasil umbi ubikayu monokultur dan tumpang sari dengan jagung disajikan pada Tabel 1. Ubikayu yang ditumpangsarikan dengan jagung menghasilkan umbi yang lebih rendah dibandingkan monokultur. Penurunan hasil umbi oleh tananan jagung yang ditumpangsarikan dapat dianalogikan dengan penurunan hasil tanaman oleh gulma (Kroppf dan Lotz, 1993), adalah karena ada persaingan antar kedua spesies atau antarspesies tanaman dalam mendapatkan faktor tumbuh. obot bahan kering umbi per tanaman pada umur 4 dan 8 bulan setelah tanam (ST) menurun dengan meningkatnya populasi jagung, baik dengan varietas rjuna,, maupun (Gambar 1 dan 2). Nilai kemiringan kurva regresi linear kebalikan bobot umbi terhadap populasi dan varietas jagung yang ditumpangsarikan (Gambar 1 dan 2) disajikan pada Tabel 2. Nilai kemiringan kurva regresi linear (b cw ), yang menggunakan persamaan dari Spitters et al. dalam Kroppf dan Lotz (1993), seluruhnya bernilai lebih besar dari 0. Hal ini menunjukkan bahwa jagung memberikan kompetisi pada pertumbuhan ubikayu, terjadi kompetisi antarspesies. 2 Suwarto, Sudirman Yahya, Handoko dan Muhammad hmad Chozin

Tabel 1. Pengaruh sistem penanaman terhadap hasil umbi ubikayu Umur (ST) Sistem Penanaman 1 2 3 4 5 6 7 8..g tan-1.. T. sari 0.0a 0.4a 29.7a 139.9a 525.8a 647.1a 973.1a 859.5a 0.0a 15.2b 127.9b 668.8b 689.6a 1049.5a 1251.5a 1702.1b Keterangan : angka dalam perlakuan pola tanam pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji DMRT. 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.10 rjuna y = 0.4783e -0.2711x R 2 = 0.755-0. 181x y = 0.4997e R 2 = 0.5451 y = 0.5294e -0.2546x R 2 = 0.7813 1/K Umbi 4 MST (tanaman/kg 20 18 16 14 12 10 8 6 4 rjuna y = 1.6313x + 2.0165 y = 1.5464x + 0.8084 y = 0.7702x + 2.0634 2 0 Populasi jagung (tanaman/m2) Gambar 1. = kurva respon hasil umbi ubikayu (y) dan = kurva regresi linear kebalikan bobot kering umbi (y) terhadap populasi jagung yang ditumpangsarikan (x) dengan varietas rjuna ( ), ( ) dan ( ) pada umur 4 bulan setelah tanam 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 rjuna y = 1.5018e -0.0786x R 2 = 0.6391 y = 1.5752e -0.1302x R 2 = 0.7959 y = 1.3878e -0.0784x R 2 = 0.461 1/K Umbi 8 ST (tanaman/kg) 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 rjuna y = 0.1375x + 0.6118 y = 0.0663x + 0.7754 y = 0.0649x + 0.6892 Populasi jagung (tanaman/m2) Gambar 2. = kurva respon hasil umbi ubikayu (y) dan = kurva regresi linear kebalikan bobot kering umbi (y) terhadap populasi jagung yang ditumpangsarikan (x) dengan varietas rjuna ( ), ( ) dan ( ) pada umur 8 bulan setelah tanam Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam... 3

Pada pengukuran di akhir pertumbuhan jagung, umur 4 ST; kompetisi antarspesies yang ditunjukkan oleh nilai b cw pada persamaan regresi di Tabel 2 dari varietas rjuna,, dan pada ubikayu; masing-masing adalah 0.77, 1.63, dan 1.55. Nilai kompetisi antarspesies (b cw ) jagung pada varietas Pioner 4 dan adalah dua kali lipat varietas rjuna. Nilai b wc untuk pada ketiga varietas jagung mengalami penurunan setelah ubikayu berumur 8 ST atau saat panen. Tingkat kompetisi, yang ditunjukkan oleh nilai b cw di Tabel 2, oleh ketiga varietas jagung pada ubikayu mengalami penurunan dengan bertambahnya umur tanaman. Nilai b cw pada umur 4 ST lebih tinggi dibandingkan 8 ST. Pada pengukuran bobot umbi umur 4 ST, ketiga varietas jagung baru beberapa hari dipanen sehingga pengaruh kompetisi selama pertumbuhan sebelumnya masih tampak lebih tinggi dibandingkan pada umur 8 ST. Pada umur 8 ST ubikayu telah berkesempatan melakukan pemulihan pertumbuhan dalam periode waktu yang cukup lama tanpa berkompetisi dengan jagung sehingga pengaruh kompetisi sebelumnya menjadi kecil. Jagung varietas dan adalah hibrida, sedangkan rjuna adalah varietas bersari bebas. Sebagai hibrida, varietas dan memiliki habitus tanaman yang tinggi dan bertajuk lebar, sedangkan varietas rjuna bertajuk rendah dan sempit. Selain itu, terdapat perbedaan umur panen antar ketiga varietas,,, dan rjuna; masingmasing dipanen pada umur 103, 110, dan 89 hari setelah tanam. Keadaan tajuk dan umur panen tersebut berkaitan dengan kompetisi antarspesies yang terjadi. Semakin tinggi dan lebar tajuk jagung akan memberikan penaungan yang semakin besar sehingga ubikayu yang sampai dengan umur 4 ST mengalami persaingan yang lebih berat dalam mendapatkan cahaya. Semakin lama umur jagung, semakin lama periode waktu ubikayu harus berkompetisi dengan jagung. Tabel 2. Persamaan regresi linear kebalikan bobot umbi per tanaman ubikayu (Y; tanaman kg -1 ) terhadap populasi (X; tanaman m -2 ) tiga varietas jagung yang ditumpangsarikan Umur Varietas Jagung (ST) 1) rjuna 4 Y = 0.77 X + 2.06; R 2 = 0.66 Y = 1.63 X + 2.02; R 2 = 0.80 Y = 1.55 X + 0.80; R 2 = 0.58 8 Y = 0.07 X + 0.77; Y = 0.06 X + 0.69; Y = 0.14 X + 0.61; R 2 = 0.80 R 2 = 0.74 R 2 = 0.82 1) ST = bulan setelah tanam Kompetisi Intraspesies Jagung Pola respon penurunan bobot bahan kering biji jagung per tanaman terhadap populasi menurut pola tanam untuk varietas rjuna,, dan disajikan pada Gambar 3, 4, dan 5. Nilai kemiringan kurva regresi linear (b c ) untuk ketiga varietas jagung pada monokultur dan tumpang sari lebih besar dari 0 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan ada kompetisi intraspesies jagung. Nilai kompetisi intraspesies pada pola tanam monokultur dan tumpang sari; masingmasing untuk varietas rjuna, dan secara berpasangan adalah 0.99 dan 1.05, 0.73 dan 0.55, serta 0.79 dan 1.22. obot kering biji per tanaman menurun (Gambar 3, 4, dan 5) dengan meningkatnya populasi baik pada monokultur maupun tumpang sari. Pada populasi jagung antara 2.0 dan 8.0 tanaman m -2, untuk memperoleh 1 kg biji jagung kering dibutuhkan jumlah tanaman lebih banyak apabila jagung ditanam tumpang sari dengan ubikayu (Gambar 3, 4, dan 5). Hal tersebut adalah karena jagung yang ditanam tumpang sari juga harus berkompetisi dengan ubikayu dalam mendapatkan faktor pertumbuhan terutama cahaya, khususnya terjadi pada daun-daun yang memiliki ketinggian sama dengan ubikayu. Tabel 3. Persamaan regresi linear kebalikan bobot biji per tanaman (Y, tanaman kg -1 ) terhadap populasi (X, tanaman m -2 ) tiga varietas jagung pada pola tanam monokultur dan tumpang sari Varietas Pola Tanam rjuna Y = 0.99 X + 5.78; R 2 = 0.64 Y = 1.05 X + 6.55; R 2 = 0.72 Y = 0.73 X + 3.59; R 2 = 0.81 Y = 0.55 X + 5.16; R 2 = 0.99 Y = 0.79 X + 2.73; R 2 = 0.85 Y = 1.22 X + 1.86; R 2 = 0.99 4 Suwarto, Sudirman Yahya, Handoko dan Muhammad hmad Chozin

18.0 K iji var. rjuna (kg/tan) 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 1/K iji var. rjuna (tan/kg) 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 y = 1.049x + 6.6636 R 2 = 0.7244 y = 0.9923x + 5.7837 R 2 = 0.6426 0.0 Gambar 3. Respon hasil biji () dan kurva regresi linear kebalikan bobot biji () jagung rjuna terhadap populasi pada pola tanam K iji var. (kg/tan) 0.26 0.24 0.22 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 1/K iji var. (tan/kg) 10.0 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 y = 0.545x + 5.1575 R 2 = 0.9897 y = 0.7296x + 3.596 R 2 = 0.8139 1.0 0.0 Gambar 4. Respon hasil biji () dan kurva regresi linear kebalikan bobot biji () jagung terhadap populasi dan pola tanam 0.36 14.0 K iji var (kg/tan) 0.32 0.28 0.24 0.16 0.12 0.08 0.04 1/K iji var. (tan/kg) 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 y = 1.2198x + 1.8558 R 2 = 0.9964 y = 0.7996x + 2.7338 R 2 = 0.8545 Gambar 5. Respon hasil biji () dan kurva regresi linear kebalikan bobot biji () jagung terhadap populasi dan pola tanam Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam... 5

Kehilangan Hasil dan Efisiensi Penggunaan Lahan Semakin tinggi populasi jagung yang ditumpangsarikan baik dengan varietas rjuna, Pioner 4, maupun Cargil 9 mengakibatkan penurunan hasil umbi ubikayu yang makin besar (Tabel 4). Pada tingkat populasi jagung tertinggi (8.0 tanaman m -2 ), penurunan hasil umbi ubikayu yang ditumpangsarikan dengan jagung rjuna,, dan ; masing-masing adalah 40.6, 43.0, dan 64.3 persen. Penurunan hasil umbi ubikayu dalam tumpang sari dengan varietas juga selalu lebih tinggi dibandingkan dengan varietas rjuna dan untuk tingkat populasi jagung yang lebih rendah. Jagung juga mengalami kehilangan hasil biji apabila ditanam tumpangsari. Rata-rata persentase kehilangan biji jagung adalah 9.7, 16.7, dan 16.9 persen; masing-masing untuk varietas rjuna,, dan. Walaupun terjadi penurunan hasil pada kedua jenis tanaman akibat kompetisi, pola tanam tumpang sari jagung dan ubikayu tetap memberikan keuntungan dalam peningkatan efisiensi penggunaan lahan (Tabel 5) dengan nisbah kesetaraan lahan > 1.0 (Kropff dan Lotz, 1993). Tabel 4. Persentase kehilangan umbi ubikayu per tanaman yang ditumpangsarikan dengan jagung Populasi Varietas Jagung Jagung (tan.m -2 ) rjuna... % 0 0.0 0.0 0.0 3.2 21.5a 23.2a 41.8b 4.8 29.1a 31.1a 51.9b 6.4 35.4ab 37.6ab 59.0bc 8 40.6b 43.0b 64.3c Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji DMRT. Tabel 5. Nisbah Keseteraan Lahan (NKL) pada pertanaman tumpang sari beberapa varietas dan tingkat populasi jagung dengan ubikayu Varietas Jagung menurut populasi (tan ha-1) 80000 64000 48000 32000 rjuna 1.42ab 2.06d 1.64b 1.47ab 1.72bc 1.87cd 1.52b 1.80c 1.34a 1.27a 1.72bc 1.62b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 dengan uji DMRT KESIMPULN Pada pertanaman tumpang sari terjadi kompetisi (1) antarsepesies tanaman jagung dan ubikayu dan (2) intraspesies pada tanaman jagung. kibat kompetisi antarspesies, pada populasi jagung paling tinggi (80 000 tan.ha -1 ); varietas rjuna,, dan masing-masing menurunkan hasil umbi ubikayu sebesar 40.6, 43.0, dan 64.3 persen. Tanaman ubikayu dalam tumpang sari meningkatkan kompetisi intraspesies tanaman jagung varietas rjuna,, dan sehingga bobot kering biji yang dihasilkan menurun, masing-masing menurun 9.7, 6.7, dan 16.9 persen dari pertanaman monokultur. Sistem tumpang sari tetap mampu meningkatkan produktivitas lahan walaupun terjadi penurunan hasil masing-masing komoditas akibat kompetisi. Tumpang sari ubikayu dengan jagung varietas rjuna,, dan dengan berbagai tingkat populasi; seluruhnya menghasilkan nisbah kesetaraan lahan lebih dari 1.0. DFTR PUSTK Francis, C.. 1986. Introduction: Distribution and importance of multiple cropping. In: Francis C.. (ed.). Multiple Cropping System. p. 82 95. Macmillan Publ. Co. New York. 6 Suwarto, Sudirman Yahya, Handoko dan Muhammad hmad Chozin

Howeler, R. H. 1996. Diagnosis of nutritional disorders and soil fertility management of cassava. p. 182 193. In: Kurup et al. (eds.). Topical Tuber Crops. Problem, Prospects and Future Strategies. Indira, P. 1996. Leaf area index and tuber yield in cassava as influenced by the time of application of nitrogen. In: Kurup et al. (eds.). Tropical Tuber Crops: Problems, Prospects and Strategies. p. 219 226. Science Publ. Inc. Kropff M.J. and L..P. Lotz. 1993. Empirical Model for Crop-Weed Competition. In: Kropff M.J and H.H. van Laar (eds.). Modelling Crop-Weed Interactions. C International. Wallingford. UK. PT Monsanto Internasional in cooperation with Usese Foundation. 2002. Socio-Economic Studies on RR-Corn Indonesia. aseline Study. ogor. Indonesia. 61p. Subandi, M. Dahlan, dan. Rifin. 1994. Hasil dan strategi penelitian jagung, sorgum dan terigu dalam pencapaian dan pelestrian swasembada pangan. Pros. Simp. Penel. Tanaman Pangan III: 286 306. Sullivan, P. 2003 Intercropping Principles and Production Practices: gronomy System Guide. http://attra.ncat.org/attra-pub/pdf/intercrop.pdf. tanggal 6 Januari 2005. Wargiono, J., E. Tuherkih, Zulhaida, N. Heryani, dan S. Effendi. 1997. Waktu tanam klon ubikayu dalam pola monokultur dan tumpangsari. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 15 (2) : 55 61. Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam... 7