PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON TERHADAP KINERJA BETON

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN PENDAHULUAN HUBUNGAN PENAMBAHAN SERAT POLYMERIC TERHADAP KARAKTERISTIK BETON NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU BETON BERKEKUATAN TINGGI YANG MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN POLYPROPYLENE FIBER-MESH

STUDI EKSPERIMENT EVALUASI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI SERAT PADA BALOK BETON MUTU TINGGI TERHADAP KEKUATAN GESER

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENGARUH POLYPROPYLENE FIBRES PADA KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS SILINDER BETON BERLUBANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, dan lebih tahan terhadap korosi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

PERILAKU LENTUR MORTAR DENGAN SABUT KELAPA. Istiqomah 1 dan Iswandi Imran 2

TINJAUAN KEKUATAN BETON PADA USIA MUDA DENGAN PENAMBAHAN POLYPROPYLENE FIBRE

KARAKTERISTIK BETON DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH SERAT NYLON DAN POLIMER CONCRETE

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON PADA BETON RINGAN DENGAN TEKNOLOGI FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai material

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH DOSIS DAN ASPEK RASIO SERAT BAJA TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON NORMAL DAN BETON MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN ARAH SERAT BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT DAN SERAT IJUK PADA BETON K-225 TERHADAP KUAT GESER

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB IV HASIL DAN ANALISA

The Influence of Steel Fiber Amount And L/D ratio to Mechanical Properties of Concrete

STUDI PERILAKU KUAT LENTUR DAN KUAT TARIK BELAH PADA BETON BERSERAT BAJA

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ANALISA KAJIAN TEGANGAN BETON DENGAN CAMPURAN SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) ABSTRAK

Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta Jl. Prof. Dr GA. Siwabessy Kampus UI, Depok *)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mudah dibuat, baik di pabrik (precast) maupun langsung di tempat proyek

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT TARIK LENTUR BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT ALAM TERHADAP KEKUATAN GESER BALOK BETON MUTU TINGGI

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

PENGARUH VARIASI DIAMETER MAKSIMUM AGREGAT DALAM CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN BETON

PENINGKATAN KUALITAS BETON DENGAN PENAMBAHAN VIBER BENDRAT

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE UNTUK MENINGKATKAN KUAT TARIK BELAH BETON

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

Pengaruh Penambahan Serat Bendrat dan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas

PENGARUH PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON DITINJAU TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN MODULUS ELASTISITAS

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

PENGARUH SUPERPLASTICIZER TERHADAP BETON PASIR SERAT KAWAT BENDRAT 60 MM

UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

Daftar Pustaka D.P-1 DAFTAR PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAJA TERHADAP KEKUATAN BETON MUTU 60 MPa

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

THE INFLUENCE OF INITIAL PRESSURE ON THE CONCRETE COMPRESSIVE STRENGTH. Lina Flaviana Tilik, Maulid M. Iqbal, Rosidawani Firdaus ABSTRACT

Keyword : steel fiber, fiber-reinforced concrete, compressive strength, splitting tensile strength, flexural strength

Transkripsi:

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON TERHADAP KINERJA BETON Yohanes L.D. Adianto 1 Tri Basuki 1 ABSTRACT Concrete is composite material composed by aggregate and covered by portland cement matrix filled the spaces among particles, which makes a solid material. One of the important properties of concrete is ductility. Low ductility of concrete is presented by stress-strain curve, which has fast decrease of compressive strength in post peak load area, so collapse happen in relatively immediate. Nylon fiber has lower modulus of elasticity than concrete. The using of fiber is expected able to produce concrete more ductile. The objective of this research is to explore the effect of one kind polymeric fiber, nylon, in normal concrete (fc = 30 MPa). The result show s that there is no significance difference in compressive and flexural strength in concrete with varied nylon fiber content, but there is significance difference in compressive strength among varied age of concrete. There is significance difference in modulus of elasticity of concrete. The modulus of elasticity will increase in line with the decrease of nylon fiber content. This research show that higher fibre content added to the concrete, the concrete will show higher strength in cyclic loading. Key words: nylon, fibre, normal concrete, compressive strength, flexural strength, modulus of elasticity. PENDAHULUAN Beton merupakan material komposit yang tersusun dari agregat dan terbungkus oleh matrik semen yang mengisi ruang di antara partikel-partikel sehingga membentuk satu kesatuan. Berdasarkan kekuatan tekannya beton dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu (Malier, 1992): 1. Beton normal dengan kekuatan tekan kurang dari 50 MPa. 2. Beton kinerja tinggi dengan kekuatan tekan antara 50 hingga 90 MPa. 3. Beton kinerja sangat tinggi dengan kekuatan tekan lebih dari 90 MPa. Klasifikasi tersebut didasarkan pada suatu pendekatan yang umum dipergunakan, yaitu berdasarkan karakteristik kuat tekan beton. Klasifikasi tersebut tidak dapat menjelaskan sifat-sifat sebenarnya dari beton. Beton berkinerja tinggi (beton mutu tinggi) memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan beton normal. Salah satu sifat penting dari beton adalah daktilitas. Daktilitas beton yang rendah dicerminkan oleh kurva teganganregangannya yang memiliki penurunan kekuatan tekan yang cepat pada daerah beban pasca puncak, sehingga menyebabkan secara relatif keruntuhan terjadi tiba-tiba. Penambahan serat yang mempunyai modulus elastisitas yang lebih rendah dari modulus elastisitas matrik beton diharapkan dapat membuat beton lebih daktail. Dengan sifat daktail tersebut, serat yang dicampurkan kedalam beton diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki karakteristik beton. 1 Staf Pengajar Tetap Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 1

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton Penggunaan serat untuk memperkuat material yang getas telah dikenal lama. Serat-serat yang telah umum dipergunakan antara lain adalah terbuat dari baja, polymer, atau fiber glass. Serat mempunyai karakteristik modulus elastisitas yang lebih rendah daripada beton. Salah satu jenis serat yang dapat dipakai adalah serat polymeric. Berdasarkan kepustakaan diketahui bahwa serat polymeric dapat memperbaiki kinerja beton. Pengertian beton serat adalah beton yang terbuat dari semen atau bahan pengikat hidrolis lainnya ditambah dengan agregat, air, serta suatu serat tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh serat polymeric terhadap kinerja beton. Serat polymeric yang akan dipergunakan dalam penelitian adalah serat nylon. Kinerja beton yang diamati adalah kekuatan tekan, kekuatan lentur, modulus elastisitas, ketahanan terhadap beban berulang dan perkembangan kekuatan tekan beton. Penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan penyiapan sampel beton berserat dengan berbagai kadar serat, pengujian kuat tekan, pengujian kuat lentur, pengukuran modulus elastisitas, dan pengujian beban berulang. Analisis kinerja beton akibat penambahan berbagai kadar serat nylon akan dilakukan dengan menggunakan analisis statistika. BETON SERAT Beton serta dapat didefinisikan sebagai beton yang terbuat dari semen portland atau bahan pengikat hidrolis lainnya yang ditambah dengan agregat halus dan kasar, air, dan diperkuat dengan serat ( Hannant, 1978). Interaksi antara serat dan matrik beton merupakan sifat dasar yang mempengaruhi kinerja dari material komposit beton serat. Pengetahuan tentang interaksi ini diperlukan untuk memperkirakan kontribusi serta dan meramalkan perilaku dari komposit. Interaksi antara serat dan matrik yang tak retak terjadi dalam hampir semua komposit selama tahap awal dari pembebanan. Pada umumnya matrik akan retak dalam masa pelayanan, walaupun retak terjadi dalam komposit. Bagian yang tidak terjadi retak dari strukturlah yang mempengaruhi sistem perilaku struktur. Sistem sederhana dari serat-matrik terdiri dari sebuah serat tunggal seperti nampak dalam Gambar 1. Dalam tahap tanpa pembebanan, tegangan dalam matrik dan serat diasumsikan nol. Ketika pembebanan diterima matrik, sebagian beban ditransfer sepanjang permukaan serat. Perbedaan kekakuaan antara serat dan matrik menyebabkan tegangan geser terjadi sepanjang permukaan serat. Jika kekakuan serat lebih besar dari matrik, maka deformasi di sekeliling akan lebih kecil. Semakin kecil modulus kekakuan serat dibandingkan dengan dari kekakuan matrik, misalnya serat polymeric dan serat alam, maka deformasi di sekeliling serat akan lebih besar. Gambar 1 Interaksi antara Serat dan Matrik yang Tidak Retak (Balaguru and Shah, 1992) 2 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 Jika komposit mengalami pembebanan tarik, maka pada tahap tertentu beton komposit akan mengalami retak seperti nampak pada Gambar 2. Jika matrik retak, maka serat yang menerima beban melewati retakan akan menyalurkan beban dari satu sisi matrik ke matrik yang lainnya. Dalam kenyataannya sejumlah serat akan menjembatani retakan dan menyalurkan beban melewati retakan. Jika serat masih mampu menyalurkan beban yang ada melewati retakan, maka retakan yang lebih besar akan terbentuk sepanjang spesimen. Tahap pembeban ini disebut tahap retak berganda ( multiple cracking stage) yang terjadi dalam pembebanan masa pelayanan. Gambar 2 Interaksi antara Serat dan Matrik yang Retak (Balaguru and Shah, 1992) Perilaku yang terjadi pada retakan matrik disajikan pada Gambar 3. Perilaku retakan matrik dapat dibedakan menjadi perilaku berikut ini: a. Pada komposit dengan kadar serat yang rendah, maka komposit akan runtuh segera setelah terjadi retakan matrik. b. Pada komposit dengan kadar serat yang sedang, maka setelah terjadi retakan matrik, kapasitas komposit menerima pembebanan akan turun tetapi komposit masih dapat menahan beban selama masih di bawah beban puncak. Ketika matrik retak, beban ditransfer dari komposit ke serat sepanjang permukaan retakan. Saat deformasi yang terjadi akan meningkat, maka serat tertarik keluar dari matrik dan mengakibatkan kapasitas komposit menerima pembebanan yang makin lama semakin menurun. Tipe komposit ini tidak mengakibatkan peningkatan kekuatan tetapi menghasilkan perilaku yang daktail. c. Pada komposit dengan kadar serat yang tinggi, setelah terjadi retakan matrik, serat akan mulai menahan peningkatan pembebanan. Jika terdapat cukup serat sepanjang retakan, maka komposit dapat menerima penambahan beban yang lebih tinggi dari beban retak ( cracking load). SERAT POLYMERIC Serat untuk campuran beton dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (Balaguru and Shah, 1992): 1. Serat metal, misalnya serat besi dan serat stainless steel. 2. Serat polymeric, misalnya serat polypropylene dan serat nylon. 3. Serat mineral, misalnya fiberglass. 4. Serat alam, misalnya serabut kelapa dan serabut nenas. Serat polypropylene merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 3 H 6 yang berupa filamen tunggal ataupun jaringan MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 3

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton serabut tipis yang berbentuk jala dengan ukuran panjang antara 6 mm sampai 50 mm dan memiliki diameter 90 mikron. Kadar serat polypropylene yang sering digunakan sebesar 900 gr/m 3 beton. Pada penelitian ini digunakan serat polypropylene dan serat nylon dengan merek dagang Fibermesh dan Nycon. Karakteristik umum dari serat polymeric yang dipakai dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Gambar 3 Perilaku Kurva Tegangan Regangan Beton Serat (Balaguru and Shah, 1992) Tabel 1 Karakteristik Serat Nylon (Stevens, 1995) Karakteristik Serat Nylon Bentuk serat tunggal Diameter Serat 23 mikron Panjang Serat 19 mm Berat Jenis 1,16 Kekuatan Tarik 9200 kg/cm 2 Modulus Elastisitas 52000 kg/cm 2 Penyerapan Air 4 % Titik Leleh 224 o C Ketahanan Asam dan Garam Baik Ketahanan Alkali Baik Permukaan Beton tidak berambut (polos) Keuntungan penggunaan serat polymeric dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Balaguru and Shah, 1992): 1. meningkatkan kekuatan beton (tekan, tarik, dan lentur), kekedapan beton, daya tahan terhadap beban kejut, daktilitas, kapasitas penyerapan energi, daya tahan beban berulang, dan daya tahan abrasi. 2. mengurangi retak-retak karena susut dan terjadinya korosi tulangan baja. 3. memungkinkan adanya kekuatan beton setelah terjadinya keretakan. Adapun kekurangan dari serat jenis ini adalah: 1. mudah terbakar; kebakaran akan menyebabkan bertambahnya porositas pada beton sesuai dengan persentase volume dari serat yang ada pada beton. 2. lemah terhadap sinar matahari dan oksigen, sehingga untuk melindungi serat terhadap radiasi ultraviolet dan oksidasi, biasanya pabrik menambahkan bahan peningkat stabilisasi dan pigmen. Serat polypropylene mengalami proses pelapukan akibat radiasi ultraviolet dari sinar matahari dan oksidasi oleh oksigen dari udara. 4 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 PENGUJIAN LABORATORIUM Perencanaan campuran beton (fc = 30 MPa) dilakukan dengan mengikuti metode ACI (ACI Committee 211; ACI, 1994). Material penyusun beton normal adalah semen, pasir, agregat, dan air. Kadar serat yang dipergunakan adalah 600, 900, dan 1200 gram per meter kubik beton. Adapun tahapan pelaksanaan pembuatan benda uji adalah sebagai berikut: a. Pengujian sifat material penyusun beton, meliputi penentuan berat isi agregat kasar, specific gravity agregat kasar dan halus, kadar air agregat kasar dan halus, analisis gradasi, dan analisis bahan organik agregat halus. b. Pengujian slump untuk mengetahui kekentalan adukan beton. c. Pembuatan benda uji Pengujian Kuat Tekan Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji silinder berukuran diameter 13 cm dan tinggi 30 cm. Waktu pelaksanaan uji tekan disesuaikan dengan waktu pengecoran benda uji. Laju pembebanan adalah 1,43 hingga 3,47 kg/cm 2 /detik sesuai dengan ASTM-C39. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Pada pengujian ini selain besarnya beban juga dicatat besarnya deformasi yang terjadi. Pengujian Kuat Lentur Untuk pengujian kekuatan lentur digunakan benda uji berbentuk balok berukuran 15x15x60cm. Prosedur pengujian dengan kecepatan pembebanan 8,6-12,1 kg/cm 2 per menit dilaksanakan sesuai ASTM- C78-84. Pengujian kuat lentur dilakukan pada umur beton 28 hari. Pengujian dilakukan dengan membebani benda uji hingga runtuh. Pengujian Modulus Elastisitas dan Pembebanan Berulang Pengujian modulus elastisitas dilakukan menurut standar ASTM C 469-83. Pengujian ini untuk mencari Chord modulus elastisity (Young s) dari silinder beton. Pada pengujian beban berulang, benda uji diberi beban berbentuk gelombang sinusoidal dengan frekuensi 3 Hz, minimum sebesar 10%, dan maksimum sebesar 90% dari hancurnya. Hasil pengujian beban berulang ini kemudian dicatat jumlah siklus yang terjadi hingga benda uji hancur. Pengujian ini dilakukan pada umur beton 28 hari. DATA DAN ANALISIS Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, maka dapat disajikan hasil-hasil pengujian, yaitu pengujian kuat tekan, kuat lentur, modulus elastisitas, dan pembebanan berulang beton dengan penambahan serat nylon. Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari akibat penambahan serat nylon disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 4. Pada Gambar 4 nampak bahwa tidak terdapat pola yang seragam antar sampel. Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nyata kuat tekan beton akibat variasi penambahan serat, maka dilakukan uji analisis varians satu arah ( One-way ANOVA). Model linier yang digunakan adalah: Yij...(1) j ij dengan: Y ij = nilai kuat tekan untuk benda uji ke-i dan kadar penambahan serat ke-j = pengaruh umum atau rata-rata seluruh eksperimen = pengaruh gradasi ke-j j MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 5

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton ij = kesalahan acak (random error) j = 1, 2, 3, 4 Analisis tersebut memiliki hipotesis sebagai berikut: H o : j = 0... (2) H a : bukan H o Jika hipotesis null tersebut benar, maka tidak terdapat pengaruh dari gradasi. Analisis varian tersebut dilakukan dengan menggunakan tingkat keterandalan ( ) = 0,05. Hasil analisis varians terhadap pengaruh penambahan serat nylon terhadap kuat tekan menghasilkan p-value 0,604. Jika digunakan nilai keterandalan sebesar 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penambahan serat yang signifikan terhadap kuat tekan beton. Tabel 2 Kuat Tekan Beton umur 28 hari dengan Penambahan Serat Nylon Kadar serat Kuat Tekan (MPa) (gram/m 3 ) S-1 S-2 S-3 Rata-rata 0 37,00 35,00 39,00 37,00 600 38,50 38,50 37,00 38,00 900 34,00 36,00 39,00 36,33 1200 38,00 36,00 33,50 35,83 Rata-rata Kuat Teka (MPa) 38,50 38,00 37,50 37,00 36,50 36,00 35,50 0 300 600 900 1200 1500 Kadar Serat (gram/m 3 ) Gambar 4 Hubungan Penambahan Kadar Serat dengan Kuat Tekan Beton Uji kuat tekan beton normal pada penelitian ini juga dilakukan pada berbagai umur beton, yaitu umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Nilai kuat tekan beton dengan penambahan serat nylon pada berbagai umur disajikan pada Tabel 5. Penyajian kuat tekan secara grafis untuk berbagai umur beton disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan hasil uji Anova dua arah seperti nampak pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa penambahan serat nylon dalam berbagai kadar tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada kuat tekan beton. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil analisis seperti yang dilakukan pada uji kuat tekan umur 28 hari. Namun, hasil uji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kuat tekan yang signifikan pada berbagai umur pengujian. Analisis Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Penggunaan serat nylon juga dipelajari dengan melakukan pengujian kuat lentur beton. Jumlah serat nylon yang dipergunakan adalah 0, 600, 900, dan 1200 gram/mm 3. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 3 dan penyajian secara grafis disajikan pada Gambar 5. 6 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 Tabel 3 Hasil Uji Kuat Lentur Beton dengan Penambahan Serat Nylon Kadar serat Kuat Lentur (MPa) (gram/m 3 ) S-1 S-2 S-3 Rata-rata 0 4,67 4,53 4,33 4,51 600 4,60 4,60 4,33 4,51 900 4,60 4,53 4,60 4,58 1200 4,67 4,67 4,73 4,69 Untuk dapat menyimpulkan perbedaan kuat lentur beton akibat penambahan serat nylon, maka dilakukan analisis secara statistika. Pada Gambar 5 nampak bahwa nilai rata-rata kuat lentur antara benda uji dengan penambahan serat nylon tidak memiliki selisih yang besar, yaitu antara 4,51 hingga 4,69 MPa. Dengan menggunakan analisis varians pada tingkat keterandalan 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kuat lentur benda uji dengan penambahan serat nylon. R a ta - r a ta K u a t L e n tu r ( 4,8 0 4,6 0 4,4 0 4,2 0 4,0 0 0 3 0 0 6 0 0 9 0 0 1 2 0 0 1 5 0 0 K a da r Se r a t ( gr a m /m 3 ) Gambar 5 Hubungan Penambahan Serat Nylon terhadap Kuat Lentur Beton Analisis Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton Salah satu parameter penting dari beton semen portland adalah modulus elastisitas. Penelitian ini juga meneliti modulus elastisitas beton dengan penambahan serat nylon, sehingga dapat diketahui secara lebih baik pengaruh penggunaan serat nylon terhadap karakteristik beton semen portland. Hasil pengujian modulus elastisitas disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Modulus Elastisitas Beton dengan Penambahan Serat Nylon Kadar serat Modulus Elastisitas (MPa) (gram/m 3 ) S-1 S-2 S-3 Rata-rata 0 19920 19140 21250 20103 600 18020 18340 18670 18343 900 12160 12130 11770 12020 1200 11240 11010 10700 10983 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 7

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton Penyajian nilai rata-rata modulus elastisitas secara grafis nampak pada Gambar 7. Pada Gambar 7 terlihat bahwa rentang nilai modulus elastisitas berada pada 20103 MPa untuk benda uji tanpa penambahan serat nylon hingga 10980 MPa untuk benda uji dengan 1200 gram/m 3 serat nylon. Analisis varians dipergunakan untuk menunjukkan apakah terdapat perbedaan nyata akibat penambahan serat nylon pada modulus elastisitas beton. Analisis varians pada tingkat keterandalan dapat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan besarnya modulus elastisitas secara nyata pada beton akibat penambahan serat nylon. Tabel 5 Hasil Uji Kuat Tekan Beton pada Berbagai Umur dengan Penambahan Serat Nylon Kadar serat (gram/m 3 ) Umur (hari) sampel 1 sampel 2 sampel 3 Rata-rata 0 3 16,50 18,10 17,30 17,30 7 22,60 23,50 23,80 23,30 14 27,90 28,20 30,30 28,80 21 37,00 34,00 31,00 34,00 28 37,00 35,00 39,00 37,00 600 3 16,00 18,50 17,60 17,37 7 24,10 22,80 23,40 23,43 14 26,00 30,30 28,70 28,33 21 30,00 35,70 35,00 33,57 28 38,50 38,50 37,00 38,00 900 3 19,00 18,20 18,30 18,50 7 23,00 24,20 24,20 23,80 14 27,00 27,00 28,60 27,53 21 31,50 33,40 32,10 32,33 28 34,00 36,00 39,00 36,33 1200 3 17,90 19,00 17,90 18,27 7 23,40 22,90 22,40 22,90 14 25,80 26,60 28,00 26,80 21 31,70 31,70 32,30 31,90 28 38,00 36,00 33,50 35,83 8 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 Rata-rata Kuat Tekan (MP 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 0 300 600 900 1200 1500 Kadar Serat (gram/m 3 ) Umur 3 hari Umur 7 hari Umur 14 hari Umur 21 hari Umur 28 hari Gambar 6 Hubungan Penambahan Kadar Serat Nylon dengan Kuat Tekan Beton pada Berbagai Umur Beton Tabel 6 Two-way ANOVA untuk Kuat Tekan Beton Source DF SS MS F F crit Kadar Serat 3 9.52 3.17 1.415 2,832 Umur 4 2711.23 677.81 302.59 2,602 Error 52 116.52 2.24 Total 59 2837.28 R a t a - r a t a M o d u l u s E l a s t i 2 5 0 0 0 2 0 0 0 0 1 5 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 3 0 0 6 0 0 9 0 0 1 2 0 0 1 5 0 0 K a d a r S e r a t ( g r a m / m 3 ) Gambar 7 Hubungan Penambahan Serat Nylon dengan Modulus Elastisitas Beton Analisis selanjutnya adalah melakukan analisis perbandingan secara simultan (simultaneous comparison). Metode analisis yang dipergunakan adalah metode Newman Keuls seperti nampak pada Tabel 7. Tingkat keterandalan yang dipergunakan adalah 5%. Apabila hasil uji tersebut digambarkan seperti nampak dalam Tabel 8, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata modulus elastisitas beton dengan penambahan serat nylon dapat akan semakin besar bila serat nylon yang diberikan semakin kecil. Urutan penambahan kadar serat untuk modulus elastisitas yang semakin besar adalah 1200, 900, 600, dan 0 gram per meter kubik beton. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penambahan serat nylon akan mengakibatkan modulus elastisitas beton semakin kecil. MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 9

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton Tabel 7 Hasil Uji Newman Keuls pada Modulus Elastisitas Beton akibat Penambahan Serat Nylon Perbandingan Selisih Rata-rata LSR Signifikansi 0 vs1200 9120 1322,845 signifikan 0 vs 900 8083 1179,756 signifikan 0 vs 600 1760 951,9814 signifikan 600 vs 1200 7360 1179,756 signifikan 600 vs 900 6323 951,9814 signifikan 900 vs 1200 1037 951,9814 signifikan Catatan: LSR = least significant ranges Kadar 1200 900 600 0 Rata-rata 10983 12020 18343 20103 Tabel 8 Hasil Uji Perbandingan Simultan nilai Rata-rata Modulus Elastisitas Analisis Hasil Pengujian Pembebanan Berulang Penelitian ini juga mempelajari pengaruh penggunaan serat terhadap karakteristik beton akibat pembebanan berulang. Hasil uji disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Penyajian Data Hasil Uji Pembebanan Berulang Kadar serat Pembebanan Berulang (MPa) (gram/m 3 ) S-1 S-2 S-3 Rata-rata 0 637 623 570 610 600 74642 75145 75813 75200 900 88117 88016 89912 88682 1200 119773 127165 124896 123945 Data hasil pengujian laboratorium tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis varians. Hasil analisis varians pengaruh penambahan serat nylon terhadap karakteristik beton pada pembebanan berulang menghasilkan p-value sebesar 7,1x10-12. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa terdapat perbedaan signifikan pada karakteristik beton akibat pembebanan berulang untuk berbagai kadar serat. Karena hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan, maka analisis selanjutnya adalah melakukan uji perbandingan serentak. Hasil uji perbandingan serentak dengan menggunakan metode Newman-Keuls disajikan pada Tabel 10. Pada Tabel 11 nampak bahwa terdapat perbedaan signifikan antar tiap kadar penambahan serat nylon. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata akibat pembebanan berulang akan semakin tinggi seiring dengan semakin banyaknya penambahan kadar serat nylon. 10 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

VOLUME 12, NO. 2, EDISI XXIX JULI 2004 Tabel 10 Hasil Uji Perbandingan Serentak dengan Metode Newman-Keuls Perbandingan Selisih Rata-rata LSR Signifikansi 1200 vs 0 123335 4504,925 signifikan 1200 vs 600 48745 4017,637 signifikan 1200 vs 900 35263 3241,955 signifikan 900 vs 0 88072 4017,637 signifikan 900 vs 600 13482 3241,955 signifikan 600 vs 0 74590 3241,955 signifikan Kadar 0 600 900 1200 Rata-rata 610 75200 88682 123945 Tabel 11 Hasil Perbandingan dengan Metode Newman-Keuls untuk Nilai Pembebanan Berulang KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan serat nylon dalam berbagai kadar tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada kuat tekan beton. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil analisis seperti yang dilakukan pada uji kuat tekan pada umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Namun, hasil uji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kuat tekan yang signifikan pada berbagai umur pengujian. 2. Nilai rata-rata kuat lentur antara benda uji dengan penambahan serat nylon berkisar antara 4,51 hingga 4,69 MPa. Dengan menggunakan analisis varians pada tingkat keterandalan 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kuat lentur benda uji dengan penambahan serat nylon. 3. Rentang nilai modulus elastisitas berada pada 20103 MPa untuk benda uji tanpa penambahan serat nylon hingga 10980 Mpa untuk benda uji dengan 1200 gram/m 3 serat nylon. Nilai rata-rata modulus elastisitas beton dengan penambahan serat nylon dapat akan semakin besar bila serat nylon yang diberikan semakin kecil. Urutan penambahan kadar serat untuk menghasilkan modulus elastisitas yang semakin besar adalah 1200, 900, 600, dan 0 gram per meter kubik beton. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penambahan serat nylon akan mengakibatkan modulus elastisitas beton semakin kecil. 4. Hasil analisis varians pengaruh penambahan serat nylon terhadap karakteristik beton pada pembebanan berulang menghasilkan p-value sebesar 7,1x10-12. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan pada karakteristik beton akibat pembebanan berulang untuk berbagai kadar serat. Hasil uji perbandingan serentak menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar penambahan serat nylon, maka semakin tinggi pula kekuatan akibat pembebanan berulang. MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 11

Pengaruh Penambahan Serat Nylon Terhadap Kinerja Beton DAFTAR PUSTAKA ACI Committee 211, Standard Practice for Selecting Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete (ACI 211.1-91) Adianto, Y.L.D., Studi Penggunaan Serat Polypropylene dan Nylon untuk Memperbaiki Kinerja Beton Normal dan Beton Kinerja Tinggi, Tesis Magister, Bidang Khusus Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, 1997. American Concrete Institute, ACI - Manual of Concrete Practise Part 1, Material and General Properties of Concrete, American Concrete Institute, Detroit - Michigan, 1994. Balaguru, P., and Shah, S.P., Fibre Reinforced Cement Composites, McGraw- Hill, Singapore, 1992. Fakultas Teknik Sipil, Pedoman Praktikum Beton, Laboratorium Struktur Institut Teknologi Bandung. Hannant, D.J., Fibre Cements and Fibre Concretes, John Wiley & Sons, New York, 1978. Malier, Yves. High Performance Concrete, From Material to Structure, E & FN Spon, London, 1992. Stevens, D., Testing of Fibre Reinforced Concrete, American Concrete Institute, Michigan, 1995. 12 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL