BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN DAN PERSIAPAN UMROH DAN HAJI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PERTUNJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DI SENGGIGI LOMBOK BARAT

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Gambar 6.1. Sketsa aplikasi warna pada dinding dan lantai.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

KONSEP DESAIN MARKAS KOMANDO DAN PELATIHAN TIM SAR PANTAI PARANGTRITIS. 6.1 Konsep Transformasi Karakter SAR Pantai Pada Bangunan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

Bab V Konsep Perancangan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ART CENTRE FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

BAB V KONSEP PERANCANGAN

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI LANDASAN TEORI

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Bab IV Analisa Perancangan

GELANGGANG OLAHRAGA TIPE A, SEMARANG

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTRE

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep macam dan besaran ruang

BAB V KONSEP. KONSEP SITE Site berada di bagian jalan Pupuk Raya. Ketinggian site dengan jalan besar 0-2 m. BAB V

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA VI.1. KONSEP DASAR Permasalahan yang muncul dalam perencanaan dan perancangan Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta yaitu bagaimana wujud Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia di Yogyakarta yang mampu membantu pengunjung dalam penghayatan seni melalui tata ruang dan penampilan bangunan yang mancitrakan karakter seni kontemporer. Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta merupakan suatu tempat mempergelarkan kegiatan / aktifitas seni dari semua cabang seni kontemporer yang berkembang di Indonesia baik seni pamer maupun seni pentas, yaitu seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kriya, seni instalasi, seni musik, seni tari, dan seni teater. Dari dominasi karakter seni kontemporer yang diwadahinya tersebut, maka tersusunlah konsep ruang dan bangunan yang mampu membantu pengunjung dalam penghayatan seni melalui tata ruang dan penampilan bangunan yang mancitrakan karakter seni kontemporer. Berikut adalah konsep dari hasil teransformasi karakter seni kontemporer yang dikaitkan dengan elemen aritektural serta konsep perencanaan dan perancangan ruang utama berdasarkan prinsip-prinsip perancangan pusat pagelaran seni. A. KONSEP RUANG PADA PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA. Ruang-ruang pada terdiri dari ruang utama dan ruang pendukung. Ruang utama meliputi ruang display untuk cabang seni rupa kontemporer (seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kriya, seni instalasi) serta ruang pertunjukan seni kontemporer multi fungsi 174

untuk berbagai kegiatan pertunjukan seni (seni musik, seni tari, seni teater). Ruang pendukung terdiri dari ruang perkantoran dan ruang untuk fungsi penunjang. Konsep perencanaan dan perancangan ruang tersebut berdasarkan hasi transformasi dari karakter seni kontemporer yang diwadahinya. 1) Konsep ruang berdasarkan hasil teransformasi karakter seni kontemporer yang dikaitkan dengan elemen aritektural: Tabel VI. 1 Konsep Ruang Berdasarkan Hasil Transformasi Karakter Seni Kontemporer Elemen Arsitektural SIRKULASI PENCAPAIAN Karakter Konseptual : Lintasan yang berhubungan dengan konseptual adalah bertahap, maka lintasannya berupa garis diagonal, yang artinya proses bergerak. Sketsa desain WARNA BUKAAN Konseptual : Konseptual berarti menyangkut dengan gagasan. Warna merah memiliki sifat kaya dengan ide atau gagasan. Naturalitas & Modernitas : Warna biru, hijau dan coklat merupakan warna-warna natural yang dekat dengan alam Warna putih memiliki sifat netral, simpel, kepolosan, bersih, bersahaja, luas, membantu, berkonsentrasi. Warna abu-abu memiliki sifat tenang, hening, dan penetralistik suasana. (Mitchel) Naturalitas & Modernitas : Bukaan yang lebar akan memperlihatkan adanya kesan kaya cahaya. Bukaan yang banyak dapat juga menghilangkan kesan tertutup. Bukaan tersebut meimunculkan vegetasi di sekitamya, agar kesan alam dapat terasa. (Ching, 2000: 168) 175

SKALA DAN PROPORSI Konseptual : Skala ruang yang bertahap memberi kesan proses, bergerak. Daya Ungkap Budaya : Tradisi Jawa meniberikan suatu aturan kesopanan, yaitu pada saat akan masuk rumah, diharuskan menunduk. Hal ini mempengaruhi skala yang akan dirancang, yakni pemakaian skala intim, dengan tinggi ruang diperendah. MATERIAL DAN TEKSTUR Naturalitas & Modernitas : Tropis, berarti menggunakan bahan material alam lokal khas Indonesia, seperti batu bata ekspos, kayu, batu candi, bambu. Material kaca, baja, dan benton merupakan material yang modern dan merupakan kemajuan teknologi. Daya Ungkap Budaya : Material natural dan berbau alam dapat mengekspresikan kesan tradisi dan budaya, contoh materialnya yaitu kayu dan batu bata. (White, 1985) (Library textured Archicad) 2) Konsep ruang utama berdasarkan prinsip-prinsip perancangann pusat pagelaran seni. b. Ruang Display Pameran Tabel VI. 2 Konsep Ruang Display Pameran Elemen Desain Desain ruanglantai dan sirkulasi pengunjung. Tuntutan Ruang - membutuhkan fasilitas seperti panel (skesel), atau dinding pembatas bongkar pasang, agar tidak memunculkan ruang-ruang sisa. - Karya yang dipamerkan tidak Sketsa Desain 176

Materi Karya. diharuskan dapat dilihat semua melainkan memberikan pilihan-pilihan pada pengunjung dikarenakan seni yang dipamerkan memiliki kemungkinan dalam sebuah pameran menampung lebih dari satu karya seniman. Namun alur yang direncanakan adalah zig-zag. Jarak antara karya dan jarak antara karya dan penikmat merupaka tugas yang berat. Masalah jarak tersebut, dipastikan jumlah karya yang akan sipamerkan mencukupi, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Pemasangan karya juga tergantung pada pengelompokan karya yang disajikan, yakni dapat digolongkan berdasar gaya, aliran tema, warna, objek, atau apapun yang dapat siberi nuansa berbeda. Sumber : Susanto, 2004 : 283 Sumber : Susanto, 2004 : 294 Labelisasi - Label urusan seragam - Dalam pameran ada yang setuju dengan penulisan harga karya diletakan pada label atau ada pula yang tidak melakukannya karena telah tersedia di daftar harga (price list) yang dipasang oleh penyelenggara pameran. - Lengkapi tabel dengan segala Sumber : Susanto, 2004 : 295 Sumber : Susanto, 2004 : 284 177

sesuatu yang bersangkutan dengan karya, seprti : nama perupa, judul, medium, tahun, harga (bila perlu), dan kolektor memliki (jika tidak dijual). - Letakan tabel pada tempat atau sisi yang sama antara satu karya lainnya. Tata Cahaya - Lampu harus difokuskan pada objek - Lampu tidak boleh difokuskan pada lantai dan dinding yang kosong, kecuali pada kasus tertentu. - Pilih sudut sekitar 30-45 arah vertical. Sudut ini biasanya akan menciptakan tekanan yang efektif dengan penonjolan dan pola bayangan yang alami. - Jika memunkinkan gunakan lighting yang saling bersilangan dari arah kiri dan kanan atau alternatif dari arah depan. Hal ini akan menciptakan penonjolan dan bayangan dan meninggikan bentuk tiga dimensi dari objek. - Penanganan lighting jangan sampai menyilaukan mata penonton yang berada disana. - Spotlight harus segera difokuskan kembali apabila lokasi dan display diubah Sumber : Susanto, 2004 : 184 Sumber : Susanto, 2004 : 298 Sumber : Susanto, 2004 : 298 178

b. Ruang Pertunjukan Indoor Tabel VI. 3 Konsep Ruang Pertunjukan Indoor Elemen Desain Bentuk Lantai - Tuntutan Ruang Elemen dinding samping yang bentuknya tidak sejajar memungkinkan adanya pemantulan suara/ akustik yang menguntungkan Sketsa Desain - Penonton dapat di tempatkan dekat dengan sumber bunyi Sumber: Izenour, GC, 1977, Theater Design dan Prasetyo Lea, 1985, Akustik Lingkungan Bentuk Langit- Langit langit-langit tidak teratur, lantai penonton miring Bentuk langit-langit tidak teratur menimbulkan pemantulan bunyi difus yang menguntungkan dan menimbulkan waktu tunda yang pendek serta terhindar dari pemusatan bunyi Lantai miring yang menyesuaikan garis pandang dan pemantulan bunyi dari langit-langit menimbulkan distribusi bunyi yang merata Sumber: Izenour, GC, 1977, Theater Design dan Prasetyo Lea, 1985, Akustik Lingkungan Panggung - Bentuk Panggung Extended - Plafon Panggung Plafon panggung dibuat cukup tinggi dan membuka ke arah penonton. Plafon ruang panggung diselesaikan dengan bahan yang memantulkan, agar pada keadaan tanpa bantuan peralatan elektronik (sound systems) suara dari penyaji dapat disebarkan ke arah penonton. - Lantai Panggung Lantai panggung dibuat lebih Bentuk Panggung Extended Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKAA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. 179

tinggi daripada lantai penonton yang paling bawah. - Dinding panggung Pada bentuk panggung proscenium, terbuka, dan extended, panggung memiliki dinding pembatas, yaitu di bagian belakang serta samping kiri dan kanan. Dinding bagian belakang panggung didesai relatif datar dan diselesaikan dengan bahan yang menyerap suara, agar tidak memantulkan suara kembali kepada penyaji, yang dapat menimbulkan suara bias. Kemudian dinding samping dibuat dalam model sirip membuka guna menyebarkan suara dari sumber kepada penonton. Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Area penonton - Akibat terbatasnya kemampuan mata manusia untuk melihat objek secara langsung, desain area penonton yang terlalu panjang ke arah belakang tidak dianjurkan. - Lantai Area Penonton. Desain dengan sistem trap atau berundak. Lantai bertrap memungkinkan penonton bagianbelakang memiliki sudut pandang (view) yang baik ke arah panggung. Jumlah ideal kursi penonton untuk ditata beriajar adalah 12 sampai 15 buah, dengan asumsi bahwa penonton yang duduk di tengah-tengah tidak menempuh perjalanan terlalu jauh ke arah selasar utama. Pembatasan ideal jumlah kursi yang dijajar ini menyebabkan terbentuknya selasar atau lorong-lorong sirkulasi pada area penonton. - Plafon Area Penonton Pemakaian plafon bertrap akan memberikan kemungkinan pantulan suara penonton tengah di baris paling belakang Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Jenis penataan lantai penonton: bertrap (inclined). Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. 180

yang secara terafur mengarah pada penonton. Langit-langit lengkung menghasilkan iluminasi yang seragam pada auditorium - Dinding Area Penonton Agar pemantulan yang dikehendaki berada pada batas-batas bunyi dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi. Adapun bagian yang umumnya tidak memantulkan bunyi adalah dinding yang berada di dekat area penonton bagian belakang dan dinding bagian belakang penonton. Hal-hal yang harus dihindari antaralain permukaan yang cekung dimana pemantulan suara akan terfokus. Gedung dengan dinding belakang lengkang akan memantulkan kembali suara pemain. - Lantai Balkon Untuk dapat menarnpung lebih banyak penonton dapat ditambahkan lantai balkon, dengan tetap memperhatikan kenyamanan visual, yakni tinggi maksimum balkon hanya boleh pada ketinggian 30 dari lantai panggung, agar penonton tidak perlu menundukkan kepala. Contoh gambar potongan terinci panggung untuk orkestra Sumber: Ernst Neufert, DATA ARSITEK Edisi Kedua, 1989 Deretan tempat duduk di antara gang Sumber: Ernst Neufert, DATA ARSITEK Edisi Kedua, 1989 Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKAA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Sumber: Mayer & Good Friend, 1957, Acoustic for The Architect. Sumber: Christina E, Mediastika, Ph.D, AKUSTIKAA BANGUNAN Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. B. KONSEP PENAMPILAN BANGUNAN PADA PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA. Sebagai sebuah bangunan yang menampung berbagai kegiatan seni kontemporer, maka penampilan bangunan harus mencitrakan karakter seni kontemporer. 181

Konsep perancangann ruang tersebut berdasarkan hasi transformasi dari karakter seni kontemporer yang diwadahinya. Tabel VI. 4 Konsep Penampilan Bangunan Berdasarkan Hasil Transformasi Karakter Seni Kontemporer Elemen Arsitektural SIRKULASI PENCAPAIAN BENTUK Karakter Konseptual : Lintasan yang berhubungan dengan konseptual adalah bertahap, maka lintasannya berupa garis diagonal, yang artinya proses bergerak. Serta lengkung yang memberi kesan dinamis, riang, lembut, dan memberi pengaruh gembira Konseptual : Bentuk lengkung, bulat atau bola memberi kesan tuntas, labil, bergerak, dan dinamis. Modernitas : Bentuk kubus memiliki kesan kaku, simpel dan fungsional. Bentuk melengkung memiliki kesan tidak kaku, menarik, berteknologi tinggi dan bergaya ekspresionis modern. Sketsa desain (Ching, 2000: 43) WARNA SKALA DAN PROPORSI Konseptual : Konseptual berarti menyangkut dengan gagasan. Warna merah memiliki sifat kaya dengan ide atau gagasan. Naturalitas & Modernitas : Warna biru, hijau dan coklat merupakan warna-warna natural yang dekat dengan alam Warna putih memiliki sifat netral, simpel, kepolosan, bersih, bersahaja, luas, membantu, berkonsentrasi. Warna abu-abu memiliki sifat tenang, hening, dan penetralistik suasana. (Mitchel) Konseptual : Skala ruang yang bertahap memberi kesan proses, bergerak. Daya Ungkap Budaya : Tradisi Jawa meniberikan suatu aturan kesopanan, yaitu pada saat 182

akan masuk rumah, diharuskan menunduk. Hal ini mempengaruhi skala yang akan dirancang, yakni pemakaian skala intim, dengan tinggi ruang diperendah. (White, 1985) MATERIAL DAN TEKSTUR Naturalitas & Modernitas : Tropis, berarti menggunakan bahan material alam lokal khas Indonesia, seperti batu bata ekspos, kayu, batu candi, bambu. Tropis, berarti menggunakan bahan material alam lokal khas Indonesia, seperti batu bata ekspos, kayu, batu candi, bambu. Daya Ungkap Budaya : Material natural dan berbau alam dapat mengekspresikan kesan tradisi dan budaya, contoh materialnya yaitu kayu dan batu bata. (Library textured Archicad) Skala dan proporsi bangunan yang bertahap Roof garden Bentuk melengkung Skala intim pada ruang penerima Bukaan yang lebar pada sekeliling bangunan penggunaan material kaca Diagram VI. 1 Sketsa Bentuk Bangunan VI.2. PROGRAM RUANG PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA 183

Tabel VI. 5 Karakter dan Tuntutan Ruang Tiap Unit Unit Kegiatan Karakter / Tuntutan Ruang Sifat Kegiatan Unit Kegiatan Pameran Santai, menarik, komunikatif, keleluasaan bergerak dan pengamatan Kebebasan dan keleluasaan bergerak, control, dinamis Semi public Unit Kegiatan pertunjukan indoor Unit Kegiatan pertunjukan outdoor Unit Kegiatan Penerima Unit Kegiatan Pengelola Unit Kegiatan Pembinaan dan Humas Unit Kegiatan Penunjang Santai, menarik, komunikatif, keleluasaan pengamatan, auditif kenyamanan visual, pendenganran serta fisik Santai, menarik, komunikatif, keleluasaan pengamatan, kenyamanan visual, pendenganran serta fisik Informatif, akrab, komunikatif, santai Formal, disiplin, privasi, teratur, keleluasaan kerja Disipilin, komunikatif, keleluasaan gerak dan pengamatan Santai, komunikatif keleluasaan gerak Semi public Semi public Publik Privat Semi Publik Publik Semi Publik Tabel VI. 6 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Unit Luas Area (m2) Unit Kegiatan Pameran 5262.33 Unit Kegiatan Pertunjukan Indoor 4440.50 Unit Kegiatan Pertunjukan Outdoor 3120.50 Unit Kegiatan Penerima 9989.88 Unit Kegiatan Pengelola 810.52 Unit Kegiatan Pembinaan dan Humas 445.10 Unit Kegiatan Penunjang 237.44 Total 25426.27 184

TUGAS AKHIR Diagram VI. 2 Organisasi Ruang Makro 185

: Lantai 2 Diagram VI. 3 Organisasi Ruang Unit Penerima dan Unit Penunjang Diagram VI. 4 Organisasi Ruang Unit Pengelola 186

: Lantai 2 Diagram VI. 5 Hubungan Ruang Unit Pembinaan dan Humas Diagram VI. 6 Organisasi Ruang Unit Pameran 187

: Lantai 2 Diagram VI. 7 Hubungan Ruang Unit Pertunjukan Indoor Diagram VI. 8 Hubungan Ruang Unit Pertunjukan Outdoor 188

VI.3. KONSEP TAPAK PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA 11 7 3 4 2 5 8 1 6 10 10 9 1. 2 lantai (Lobi; rg pengelola) 2. 2 lantai (rg workshop, rg seminar; perpustakaan) 3. 2 lantai (art shop; kafetaria) 4. 3 lantai (rg pameran seni rupa) 5. 3 lantai (rg pertunjukan indoor) 6. 1 lantai (rg pertunjukan outdoor) 7. Parkir pengunjung 8. Parkir pengunjung 9. Parkir pengelola 10. Parkir khusus 11. Parkir khusus 12. Taman Diagram VI. 9 Tata Masa Bangunan Bentuk penataan lansekap di atas memperhatikan jalur sirkulasi berbentuk lengkung dan diagonal. Tata masa yang terbentuk adalah cluster dan linier. VI.4. KONSEP STRUKTUR BANGUNAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA Konsep struktur yang dipakai pada bangunan Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta adalah dengan struktur modern yaitu struktur beton bertulang, serta penggunaan struktur cangkang untuk struktur bentang lebamya. Pondasi yang digunakan adalah pondasi setempat berupa pondasi tiang pancang dan pondasi foot plat. Sedang pondasi menerus menggunakan pondasi batu kali dan beton bertulang. 189

VI.5. KONSEP UTILITAS PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA A. SISTEM PENGUDARAAN Sistem pengudaraan pada bangunan Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta menggunakan pengudaraan alami dan pengudaraan buatan. Sistem pengudaraan alami merupakan pengudaraan yang baik bagi bangunan daerah tropis. Pengudaraan alami ini dapat dirancang dengan mengatur lubang masuk dan keluar, serta dengan ventilasi silang. Untuk pengudaraan buatan atau non-alami menggunakan sistem AC. Pemakaian AC tersebut adalah dengan AC central yang pengudaraannya didistribusikan ke berbagai ruang. Khususnya pada ruang pameran, gudang penyimpanan, ruang pertunjukan indoor dan ruang perkantoran, sistem pengudaraannya memakai AC. Hal ini dikarenakan ruang tersebut membutuhkan suhu dan kelembapan yang stabil untuk menjaga kenyamanan termal dan kualitas karya seni. B. SISTEM PENCAHAYAAN Sistem pencahayaan digunakan sebagai penerangan ruang, penciptaan kenyamanan pada fungsi kegiatan ruang, dan suasana pada ruang-ruang pamer an ruang pertunjukan, dan membantu di dalam kelancaran aktivitas. Berdasarkan sumbernya, sistem pencahayaan dapat dibedakan menjadi : natural lighting yaitu sistem penerangan secara alami dengan memanfaatkan cahaya matahari dan artifisial lighting yaitu sistem penerangan buatan dengan lampu. Sistem pencahayaan pada Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta meliputi sistem alami dan buatan. Sistem pencahayaan alami adalah sistem pencahayaan dengan memanfaatkan sinar matahari, dapat digunakan sebagai faktor pembentuk suasana ruang. Pada ruang pamer, karya seni tidak sepenuhnya mendapatkan penyinaran alami secara langsung dikarenakan sinar ultraviolet dan tingkat kepanasan tertentu dapat mempengaruhi warna, pigmen, mnyak, kanvas, atau kertas karya. Sistem pencahayaan buatan adalah sistem pencahayaan yang menggunakan alat buatan, lampu. Penggunaan sistem pencahayaan buatan 190

memiliki beberapa tujuan, selain untuk menerangi secara umum, sistem pencahayaan buatan dapat menimbulkan efek visual tertentu seperti mengarahkan pergrakan, memberi efek dramatis dan lain-lain. C. SISTEM JARINGAN LISTRIK Sumber tenaga listrik yang dipakai pada Pusat Pagelaran Seni Kontemporer Indonesia Di Yogyakarta berasal dari suplai PLN dan generator. Berikut adalah skematik distribusi listrik pada Institut Sinematografi Yogyakarta di Yogyakarta. Diag gram VI. 10 Analisis Sistem Jaringan Listrik Sumber: Data Primer D. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN Pasif Aplikasi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif pada dengan penggunaan pintu keluar darurat terutama pada ruang pertunjukan indoor. Aktif Khusus pada ruang display pameran dan gudang penyimpanan barang seni, pemadaman api menggunakan sprinkler busa, zat kimia kering atau karbon dioksida (CO2) agar tidak merusak benda seni. Sedangkan pada ruang lainya karena ketinggian bangunan kurang dari 25 meter cukup menggunakann Pemadaman Api Ringan (PAR) dan hidran halaman yang 191

diletakan pada lokasi yang aman dari api dan mudak diakses oleh mobil pemadam kebakaran. E. SISTEM SANITASI DAN DRAINASE Untuk air bersih mengunakan sistem down feed. Diagram VI. 11 Sistem Distribusi Air Bersih Sedangkan untuk sistem pembuangan air kotornya adalah mengunakan sistem pembuangan langsung bagi limbah yang tidak membahayakan makluk hidup, atau masih dalam kategori limbah tidak berbahaya. Diagram VI. 12 Pembuangan Air Kotor 192

DAFTAR PUSTAKA De Chiara, Joseph, John Hancock Callender, Time Saver Standards for Building Types, Mcgraw Hill Inc., Singapore, 1991. DK. Ching, Francis, diterjemahkan oleh Ir. Paulus Hanoto Ajie, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, Erlangga, 1996. Neufert, Ernst diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi, Data Arsitek Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta, 1996. Neufert, Ernst diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi, Data Arsitek Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 2002. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001. White, Erdward, T, Tata Atur, pengantar merancang arsitektur, ITB, Bandung, 1986. White, Erdward, T, Analisa Tapak, ITB, Bandung.. Team pelaksana & penyusun RIK dan RBWK, Rencana Induk Kota, Pemda Dati II Yogyakarta. Encyclopedia Americana, Canada, 1977. W.J.S. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988. Soedarso SP, Bengkel Seni Rupa Kontemporer, BP ISI, Yogyakarta, 1990. Chistos G. Athanasopulos, Contemporery theater, 1983. 193

Izenour, GC, Theater Design, 1977. Prasetyo Lea, Akustika Lingkungan, 1985. Christina E, Mediastika, Ph.D, Akustika Bangunan Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Suka Hardjana, Musik Antara Kritik Dan Apresiasi, hal. 64: Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Juli 2004. www.wikipedia.com www.pemda-diy.go.id http://id.wikipedia.org/wiki/daerah_istimewa_yogyakarta http://www.googlearth.com/ www.fortunecity.com 194

LAMPIRAN 195

PERSPEKTIF BANGUNAN 196

PERSPEKTIF INTERIOR RG. PAMERAN SENI RUPA RG. PERTUNJUKAN INDOOR RG. PERTUNJUKAN OUTDOOR 197

PERSPEKTIF INTERIOR KAFETARIA KAFETARIA TERBUKA KORIDOR 198

PERSPEKTIF EKSTERIOR 199