BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanti Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan yang tidak mungkin dicapai jika tidak ada kebiasaan dan usaha yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP YAS BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang harus diajarkan kepada siswa selain keterampilan berbahasa lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifatabstrak (Effendi,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berkomunikasi di antara anggota masyarakat tidak akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bermanfaat untuk mencapai keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakta yang peneliti temukan di lapangan mengenai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran berbicara masih kurang optimal. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih kurang bervariasi. Hal ini diperkuat dengan adanya pengamatan di SMP Negeri Terbuka 36 Bandung dan SMP YAS Bandung bahwa guru lebih sering menggunakan metode yang sama dalam setiap pembelajaran. Misalnya, menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu, guru cenderung mendikte dan kurang melibatkan siswa untuk berpraktik terutama dalam pembelajaran berbicara. Hal tersebut memberi dampak kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Kurangnya pelibatan siswa dalam pembelajaran menjadikan siswa kaku untuk berkomunikasi. Pernyataan di atas lebih memperjelas bahwa kemampuan berbicara siswa masih kurang baik. Kesulitan mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaan menjadi kendala dalam keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran guru lebih menekankan pada teori bukan praktik langsung yang dapat meningkatkan kompetensi siswa sehingga kemampuan berbicara siswa dapat terlatih dan lebih baik. Pemaparan di atas memberikan gambaran bahwa dalam penguasaan keterampilan berbicara membutuhkan kemampuan yang kuat dan latihan secara konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara seseorang tidak bersifat instan sehingga membutuhkan latihan dan bimbingan. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh seseorang, terutama siswa sebagai generasi penerus bangsa. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara

2 formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan secara intensif. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti meninjau pada kurikulum yang berlaku saat ini bahwa cakupan materi berbicara di SMP cukup banyak. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada materi menceritakan tokoh idola. Peneliti berasumsi bahwasannya dari sekian banyak materi berbicara, salah satunya menceritakan tokoh idola tidak disampaikan secara mendalam oleh guru dan tidak dipelajari secara matang oleh siswa sehingga kemampuan siswa dalam menceritakan tokoh idola belum maksimal. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri Terbuka 36 Bandung dan SMP YAS Bandung ternyata dalam pembelajaran di kelas siswa cenderung diam dan pasif. Hal ini disebabkan kurangnya pelibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung selama ini belum bisa mengarahkan siswa untuk mampu berbicara secara aktif. Berkenaan dengan hal di atas, munculnya permasalahan dalam pembelajaran berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru saja, tetapi ada faktor lain yang menghambat kemampuan berbicara siswa yakni faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya, kurang percaya diri, kesulitan menentukan topik pembicaraan, mengungkapkan, mengekspresikan, menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan, serta kebiasaan malas dalam berlatih. Pemaparan di atas ternyata merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa faktor penyebab kesulitan siswa dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri siswa, pembelajaran yang monoton dan tidak menarik, dan kurangnya pembelajaran yang menekankan pada praktik terutama dalam latihan berbicara. Pernyataan tersebut peneliti kemukakan berdasarkan kenyataan yang didapati di sekolah tempat melakukan kegiatan penelitian. Selain itu, peneliti berasumsi bahwa menceritakan tokoh idola merupakan salah satu cakupan keterampilan berbicara yang harus mendapatkan perhatian

3 lebih karena siswa dapat belajar berawal dari kegemaran atau kesukaan terhadap tokoh yang diidolakannya. Hal itu akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk terampil dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Tarigan (2008:1) yaitu semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran berbicara di kelas, seorang guru memerlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik dan latihan berbicara serta mengeluarkan gagasan-gagasan kreatif mereka dengan baik. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Dalam menumbuhkan gagasan-gagasan kreatif, Ruseffendi (1991:239) berpendapat sebagai berikut. Sifat kreatif akan tumbuh dalam diri anak bila ia dilatih, dibiasakan melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan, dan memecahkan masalah. Jadi, yang dapat menunjang pertumbuhan kreatif anak dengan menyelenggarakan banyak kegiatan yang menggunakan metode-metode mengajar dan menyediakan beragam materi pelajaran. Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti berusaha memperbaiki keadaan dengan menawarkan sebuah solusi yang kiranya dapat mengatasi masalah tersebut. Solusi yang ditawarkan yakni mengenai model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang dapat merangsang dan memotivasi siswa agar mau berbicara di depan umum, minimal di depan teman sebayanya. Namun, bukan hanya sekadar asal bicara saja, tetapi berbicara dengan memperhatikan sopan santun berbahasa. Pernyataan di atas didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Selain itu, ada penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran teknik tari bambu sebagai upaya pemecahan masalah di kelas. Santy Purnama Sari (2012), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran mendongeng dengan model bapa raden hatta. Hasil penelitiannya terdapat

4 perbedaan yang signifikan antara kemampuan mendongeng siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model bapa raden hatta terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Widaningsih (2010), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan menggunakan teknik REIS. Hasil penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkannya teknik REIS (read, explain, and imititation style) dalam menceritakan tokoh idola terhadap siswa kelas VII SMP Persada Bayongbong tahun ajaran 2009/2010. Umi Fatimah (2009), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik tari bambu. Hasil penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi yang diberi perlakuan dengan menggunakan teknik tari bambu dan teknik konvensional dengan nilai t hitung (6,358) > t tabel (2,042). Di samping menggunakan perbandingan t hitung dengan t tabel, digunakan pula perbandingan sig (2-tailed) dengan α (0,025) yang dapat digunakan untuk mengukur perbedaan kelas eksperimen dan kelas pembanding yaitu sig (2-tailed) (0,000) < α (0,025) dalam pembelajaran menulis puisi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, telah tergambar bahwa model yang tepat dapat memberikan dampak positif terhadap keterampilan berbahasa. Sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti, belum ada yang mengaitkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan pembelajaran berbicara. Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola dan menggunakan model pembelajaran yang peneliti anggap tepat untuk mengatasi permasalahan siswa dalam menceritakan tokoh idola. Sedikit gambaran terkait model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu bahwa pada dasarnya merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada interaksi dan kerja sama siswa dalam kelompok-kelopok kecil. Huda (2012:147-148) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan

5 meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Selain itu, dengan adanya struktur yang jelas siswa dapat berbagi informasi pada waktu yang bersamaan dengan singkat dan teratur. Dengan adanya prosedur-prosedur model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan pada pembelajaran berbicara dapat menjadi daya tarik bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan dan perasaannya terutama dalam menceritakan tokoh idola. Adanya kerja sama dan interaksi antarsiswa menjadikan siswa termotivasi untuk meningkatkan kemapuan berbicara dalam menceritakan tokoh idola. Oleh karena itulah, peneliti berencana untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). B. Masalah Penelitian Rincian masalah penelitian ini terdiri atas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut. 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, tergambar ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan sehingga timbullah sejumlah masalah. Adapun masalahnya adalah sebagai berikut. a. Siswa merasa kesulitan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan gagasangagasannya di depan umum. b. Guru kurang melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran sehingga siswa kaku dan tidak aktif dalam pembelajaran. c. Pada pembelajaran guru lebih menekankan teori bukan praktik sehingga kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola belum maksimal. d. Kemampuan guru mengajar masih kurang menarik sehingga siswa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar.

6 e. Teknik pembelajaran yang digunakan masih kurang variatif sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik. 2. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut. a. Kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola. b. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola di kelas VII semester dua SMP YAS Bandung adalah model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu? b. Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu? c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan hal-hal berikut ini:

7 a. kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu; b. kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu; c. perbedaan kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. 2. Manfaat Penelitian Ketercapaian manfaat yang positif dalam pembelajaran berbicara harus segera diraih siswa sejak dini, dan ketercapaian tersebut merupakan suatu keberhasilan belajar yang harus diraih pula sesegera mungkin. Keberhasilan tersebut bergantung pada upaya guru dalam mengelola pembelajaran yang menarik, kreatif, dan inovatif. Namun, keberadaan seorang guru hanyalah salah satu penunjang keberhasilan terlaksananya pembelajaran. Di samping itu, agar suatu pembelajaran berlangsung maksimal tentu dibutuhkan suatu model, metode, teknik, strategi, media pembelajaran, dan penilaian yang tepat. Berikut beberapa manfaat dari penelitian ini bagi siswa, guru, peneliti, dan lembaga. a. Siswa Penelitian ini dapat membantu siswa memperoleh pengalaman dan motivasi belajar yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola yang lebih maksimal. b. Guru Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam menentukan model yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran berbicara agar mampu menarik perhatian siswa dan siswa termotivasi untuk belajar

8 sehingga kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola menjadi lebih baik. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bahwasannya model pembelajaran yang dikemas secara menarik dapat memberikan dampak positif pada pembelajaran. Selain itu, sebagai calon pendidik muncul kesadaran diri bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia harus terpenuhi, baik itu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis. d. Lembaga Bagi SMP YAS Bandung, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berkenaan dengan pembelajaran berbicara. Selain itu, melalui penelitian ini pihak Universitas Pendidikan Indonesia mendapatkan hasil penelitian mengenai kelayakan suatu model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan dalam proses pembelajaran berbicara dan dapat mempublikasikannya guna kemajuan pendidikan. Berkenaan dengan hal itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi konkret dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terutama pembelajaran berbicara dan sebagai alternatif model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang dapat dijadikan bahan pijakan untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. D. Definisi Operasional Menghindari munculnya berbagai penafsiran, peneliti menjelaskan definisi operasional sebagai berikut.

9 1. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. 2. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 3. Teknik tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Teknik pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada kegiatan siswa untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur.