tindakan pembedahan di Indonesia menempati urutan ke-11 dari 50 negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

Efektivitas Ambulasi Dini terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi di RSUD Kudus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

EFEKTIFITAS EDUKASI VIDEO ANIMASI MOBILISASI DINI DENGAN KECEPATAN PEMULIHAN KEMAMPUAN BERJALAN PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari kemajuan karya-karya animasi kartun dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia sekarang

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD JEND. A. YANI METRO

HARIO WIJAYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment dengan time series.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan bangsa, karena masa depan yang akan. datang ditentukan kondisi remaja saat ini. Kondisi perkembangan remaja

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

Lampiran 2

EFEKTIFITAS EDUKASI VIDEO ANIMASI MOBILISASI DINI PADA PEMULIHAN KEMAMPUAN BERJALAN PASIEN POST PEMBEDAHAN

1 BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan mulai dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga SMA

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan di akhiri dengan penutupan dan penjahitan (Sjamsuhidajat, 2010). Tindakan pembedahan akan mencederai jaringan dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh (Kiik, 2013). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Word Health Organization (WHO) dalam Sartika (2013), bahwa jumlah pasien pembedahan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 tercatat terdapat 140 juta pasien diseluruh rumah sakit di dunia, pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 148 juta pasien. Berdasarkan hasil Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan pembedahan di Indonesia menempati urutan ke-11 dari 50 negara di dunia. (DEPKES RI, 2009). Menurut Haryanti (2013), bahwa jumlah pasien dengan tindakan pembedahan semakin meningkat dari tahun ke tahun, maka akan mempengaruhi resiko peningkatan komplikasi post pembedahan seperti terjadinya infeksi luka operasi (ILO) dan infeksi nosokomial. Pasien post pembedahan yang tidak mendapatkan perawatan maksimal dapat memperlambat penyembuhan dan menimbulkan komplikasi (Depkes, 2010). Tirah baring yang terlalu lama pada pasien post pembedahan, dapat 1

2 menimbulkan terjadinya penegangan atau kekakuan otot-otot di tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernafasan, gangguan berkemih dan terjadinya dekubitus atau luka tekan (Nainggolan, 2013). Menurut Kristiantari (2009) masalah keperawatan yang terjadi pada pasien post pembedahan meliputi impairment, functional limitation dan disability. Impairment merupakan nyeri akut pada bagian lokasi pembedahan, takut dan keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS). Functional limitation merupakan ketidakmampuan berdiri, berjalan, serta ambulasi dan disability merupakan aktivitas yang terganggu karena keterbatasan gerak akibat nyeri dan prosedur medis. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi pada regio intraabdomen, sekitar 60% pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan (Nugroho, 2010). Menurut hasil penelitian Rustianawati (2013) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada pasien dari hari ke 1, 2 dan 3, pada pasien post pembedahan memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat pengembalian fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, hal tersebut dapat dikurangi dengan latihan napas, batuk efektif dan melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasien post pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

3 pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013). Manfaat mobilisasi dapat mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan fungsi pencernaan, mengurangi resiko komplikasi post pembedahan dan mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi (Keating, 2012). Tahapan mobiisasi dini dapat dilakukan pada 6 24 jam pertama post pembedahan, dilakukan dengan latihan gerak, meliputi latihan rentang gerak penuh dan batuk efektif, tarik nafas dalam, perubahan posisi dengan cara miring kiri dan miring kanan, pasien dilatih untuk duduk ditempat tidur dengan kaki terlentang kebawah sampai pasien dibantu untuk berdiri dengan didampingi perawat atau keluarga (Clark, Lowman, Griffin, Matthears, & Reiff, 2013). Pemberian edukasi kepada pasien post pembedahan perlu dipersiapkan dengan baik dan maksimal, sehingga pasien dapat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kesehatan dirinya (Notoatmojo, 2008). Pemberian edukasi tentang pentingnya mobilisasi sebaiknya diberikan kepada pasien pembedahan, guna untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien untuk melakukan mobilisasi (Kozier, 2011). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 7 dalam Sutrisno (2012) menyebutkan bahwa Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

4 Menurut hasil penelitian Ambarwati (2014) menyebutkan bahwa setelah diberikan edukasi pada anak SD kelompok leaflet didapatkan hasil nilai rata-rata pre test 8,46 dan post test 9,38, sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 0,92 point, sedangkan pada kelompok video didapatkan hasil nilai rata-rata pre test 7,58 dan post test 7,40, sehingga terjadi penurunan 0,18 point, namun dari segi ketertarikan didapatkan sebanyak (52,08%) peserta didik sangat tertarik menggunakan video dan sebanyak (41,67%) peserta didik sangat tertarik menggunakan leaflet, karena dalam video memuat banyak gambar dibanding leaflet. Menurut Eriayanto (2010) menyebutkan bahwa edukasi menggunakan video sangat efektif bagi peserta didik pada siswa SMA, didapatkan hasil rata-rata pre test sebanyak 25,79% dan post test sebanyak 30,19%. Dari 2 jurnal diatas terdapat perbedaan usia antara siswa SD dengan siswa SMA akan mempengaruhi pola pikir dan daya terima pesan, siswa SMA lebih mudah menyerap pesan yang tersirat dalam video dari pada siswa SD. Menurut hasil penelitian Balazinski & Przybylo (2005) dalam Sukiyasa (2013) menyebutkan bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran dapat mengurangi waktu proses pembelajaran serta hasil tes meningkat sebesar 15%. Aksoy (2012) menyatakan bahwa metode animasi lebih efektif daripada metode pengajaran secara tradisional dalam menaikkan hasil belajar siswa. Menurut hasil penelitian Sukiyasa (2013), mengatakan bahwa menggunakan animasi akan meningkatkan hasil belajar dan motivasi pada siswa SMK dari pada menggunakan powerpoint,

5 didapatkan hasil pre test 4,3%, post test 6,5% pada kelompok eksperimen dan pre test 4,5% post test 5,7% pada kelompok kontrol, serta didapatkan hasil motivasi dengan rata-rata 99,91% pada kelompok eksperimen dan 94,35% pada kelompok kontrol. Berdasarkan penelusuran peneliti di kalangan masyarakat atau di internet belum ada media animasi terkait edukasi mobilisasi dini. Hasil wawancara dengan seorang pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II mengatakan bahwa belum ada sarana edukasi menggunakan media berupa video atau animasi terkait mobilisasi dini. Hasil wawancara dengan seorang perawat di bangsal Zaitun RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II mengatakan bahwa belum ada media yang digunakan dalam memberikan edukasi kepada pasien baik menggunakan video, animasi ataupun leaflet dan di RS PKU tersebut belum ada Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) yang dapat dijadikan acuan untuk perawat dalam melakukan mobilisasi dini kepada pasien. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran yang sangat penting baik di perusahaan, institusi pendidikan, rumah sakit. Melalui perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat mencari, mengeksplorasi, menganalisis dan bertukar informasi secara efisien dan efektif (Shinta, 2012). Perkembangan yang pesat dibidang teknologi informasi berdampak terhadap dunia kesehatan, penggunaan

6 teknologi kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam mendukung pekembangan pelayanan kesehatan (Maulana, 2011). Teknologi komputer dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan, salah satunya dapat membantu proses pemvisualisasian cerita melalui animasi (Syafrudin, 2013). Melalui visualisasi, peserta didik mampu menyerap informasi sebanyak 80% (Grace, 2013). Pemanfaatan teknologi juga dapat untuk membuat teks, grafik, audio, gambar gerak (video dan animasi), sehingga pemakai dapat melakukan navigasi dan berkomunikasi (Suyami, 2012). Proses pembelajaran dalam pendidikan harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2005). Seorang educator, harus mampu menyalurkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran, salah satunya dengan memanfaatkan media untuk mempermudah penyampaian materi. Penggunaan media dengan animasi sangat membantu dalam proses pembelajaran (Sukiyasa, 2013). Animasi merupakan suatu bentuk presentasi bergambar yang berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan dan pergerakan suatu objek (Sukiyasa, 2013). Animasi bisa berupa gerakan sebuah objek dari tempat yang satu ke tempat yang lain (Nurhayati, 2010). Menurut Lee & Owens (2004) bahwa penggunaan animasi sangat efektif dan sangat bagus untuk menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Lembaga dan riset komputer yaitu Computer

7 Technology Research (CTR) dalam Suyami (2012) mengatakan bahwa dengan menggunakan media animasi peserta didik mampu mengingat 50% dari yang dilihat, didengar dan apa yang dilakukakan dalam animasi tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II pada hari Senin 23 Februari 2015, diperoleh jumlah pasien pembedahan dari bulan Januari 2014 - Januari 2015 dari 35 jenis tindakan pembedahan sebanyak 1369, perempuan sebanyak 639 dan laki-laki sebanyak 730, dengan rata-rata per bulannya 114 pasien, dari 1369 pembedahan, usia yang terbanyak dilakukan pembedahan adalah usia remaja akhir dan usia dewasa awal sebanyak (35,1%) dan yang paling terbanyak pada usia 19 tahun. Hasil wawancara dengan seorang perawat yang berada dibangsal Zaitun RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, mengatakan bahwa pasien yang telah dilakukan pembedahan, perawat akan selalu memonitoring tanda-tanda vital (TTV) pasien, melakukan miring kanan miring kiri kepada pasien pada 24 jam pertama, memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan mobilisasi dini. Bangsal tersebut belum ada media yang digunakan dalam memberikan edukasi kepada pasien terkait mobilisasi dini, namun perawat hanya menggunakan secara langsung saja. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi seperti kurangnya perhatian pasien terkait mobilisasi, kurangnnya kepatuhan pasien dalam melakukan mobilisasi dini, belum adanya Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) yang

8 dapat dijadikan acuan untuk perawat dalam melakukan mobilisasi dini kepada pasien, dan lama hari rawat Long of Stay (LOS) pasien pembedahan rata-rata- 3 hari. Hasil penelitian Rous (2015), didapatkan bahwa pada pasien post pembedahan di bangsal RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II perawat tidak melakukan tindakan mobilisasi dini sebesar 61,5%. Sedangkan perawat yang melakukan tindakan mobilisasi dini sebesar 38,5%. Tindakan mobilisasi dini yang paling sering dilakukan adalah posisi miring kanan dan kiri yaitu sebesar 60%. Hasil wawancara dengan beberapa pasien yang berada di bangsal Zaitun RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II mengatakan bahwa belum ada suatu media baik menggunakan video ataupun lefleat dalam memberikan edukasi kepada pasien. Dalam memberikan edukasi kepada pasien perawat hanya memberikan secara langsung tanpa menggunakan media. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana membuat rancangan video animasi mobilisasi dini sebagai sarana pembelajaran pasien post pembedahan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk membuat rancangan video animasi mobilisasi dini sebagai sarana pembelajaran pasien post pembedahan.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu keperawatan Menambah khazanah keilmuan keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam edukasi pasien menggunakan media video animasi. 2. Bagi instansi pelayanan kesehatan Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan edukasi menggunakan media video animasi. 3. Bagi masyarakat Mempermudah dalam mendapatkan edukasi dengan media video animasi sehingga mampu mencegah timbulnya komplikasi post pembedahan. 4. Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman secara langsung terkait penelitian. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti, belum ditemukan penelitian dengan judul video animasi mobilisasi dini sebagai sarana pembelajaran pasien post pembedahan. Namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan judul tersebut antara lain : 1. Munarni (2014) meneliti tentang Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Eliminasi Urine pada Pasien Post Operasi Hernia dengan Anestesi Spinal di RSUD Kabupaten Batang. Desain penelitian ini

10 menggunakan quasi experiment. Populasi yang dikenakan dalam penelitian ini adalah pasien post operasi hernia dengan anestesi spinal di RSUD Kabupaten Batang pada bulan September-Oktober 2013 sebanyak 20 orang menggunakan qouta sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Hasil uji independent T test diperoleh value sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti ada pengaruh mobilisasi dini terhadap eleminasi urine pada pasien post operasi hernia dengan anestesi spinal di RSUD Kabupaten Batang. Hasil penelitian ini merekomendasikan pada rumah sakit untuk memberikan mobilisasi pada pasien post operasi untuk mengatasi gangguan eliminasi urine pada pasien post operasi dan meminimalisasikan penggunaan kateter sebagai upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. 2. Rosyida (2013) meneliti tentang Pengembangan Multimedia Pembelajaran Kesehatan Reproduksi Remaja dengan menggunakan Adobe Flash. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah multimedia pembelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan sofware Adobe Flash CS5. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research & Development dan metode pengembangan multimedia melalui tahap konsep, desain, pengumpulan material, perakitan, dan pengujian. Multimedia ini diuji secara Whitebox testing, Blackbox testing, Alpha testing dan Beta Testing. Hasil penelitian ini adalah berupa

11 produk multimedia dengan kelayakan produk berkategori layak dan berkualitas tinggi. 3. Eriyanto (2010) meneliti tentang Efektivitas Media Film dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa tentang Aborsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan media " lm dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang aborsi di SMA Nasional Pati tahun ajaran 2008/2009. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan pendekatan satu kelompok sebelum dan sesudah intervensi, atau satu kelompok pra dan pasca desain uji. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA Nasional Pati tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 640 siswa. Sampel sebanyak 96 siswa dari seluruh siswa kelas X dan XI yang diperoleh dengan stratified random sampling. Data yang diperoleh diuji normalitas terlebih dahulu dengan uji kolmogorov-smirnov, kemudian dianalisis dengan uji anova secara berulang dengan derajat kemaknaan 0,05. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa media film efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang aborsi di SMA Nasional Pati tahun ajaran 2008/2009, dengan nilai p 0.0001 (< 0.05). 4. Theda (2009) meneliti tentang Pembuatan Media Pembelajaran Dasar-Dasar Animasi Grafis 3 Dimensi Berbasiskan Multimedia Interaktif Untuk Mata Pelajaran Animasi Grafis Tingkat X Di SMKN 5 Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

12 menghasilkan dan mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer program 3D Studio Max yang dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa pada pembelajaran Animasi 3D Kelas X Jurusan Animasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Malang. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket untuk ahli media dan ahli materi. Untuk mengetahui hasil belajar penelitian ini menggunakan perbandingan pre test dan post test. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih mewadahi dan membrikan wahana yang lebih luas kepada guru, instruktur dan mahasiswa Jurusan Seni dan Desain untuk menunjukan kinerja dan kapasitasnya dalam memanfaatkan dan menghasilkan produk media tayangan lainnya secara lebih bervariasi, kreatif dan inovatif.