Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

INTEGRASI SISTEM HYBRID FUEL CELL-BATERAI KEJARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Click to edit Master text styles

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan

PENGATURAN DAYA AKTIF PADA UNIFIED POWER FLOW CONTROLLER (UPFC) BERBASIS DUA KONVERTER SHUNT DAN SEBUAH KAPASITOR SERI

Desain Sistem Photovoltaic (PV) Terhubung Dengan Grid Sebagai Filter Aktif

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

Sistem MPPT Untuk PV dan Inverter Tiga Fasa yang Terhubung Jala-Jala Menggunakan Voltage-Oriented Control

BAB III METODE PENELITIAN

Perancangan dan Simulasi Full Bridge Inverter Lima Tingkat dengan Dual Buck Converter Terhubung Jaringan Satu Fasa

Perancangan dan Simulasi Full Bridge Inverter Lima Tingkat dengan Dual Buck Converter Terhubung Jaringan Satu Fasa

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT

ANALISIS INVERTER SATU FASA PADA KONFIGURASI MASTER-SLAVE

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

BAB III METODE PENELITIAN

Perancangan dan Implementasi Multi-Input Konverter Buck Untuk Pengisian Baterai Menggunakan Panel Surya dan Turbin Angin

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

SISTEM PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PENYEARAH DIODE TIGA PHASA MENGGUNAKAN HYSTERESIS CURRENT CONTROL

PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS KONVERTER DAYA

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

Dwi Agustina Hery Indrawati

Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Sistem Panel Surya Terhubung Grid melalui Single Stage Inverter

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN DOUBLE SWITCH SEBAGAI PENYEARAH DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

Disain Konverter Charge Pump Rasio Tinggi Untuk Aplikasi Mobil Listrik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-91

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER

Perbaikan Performa Tegangan Motor Induksi Kapasitas Besar Berbasis Hybrid Converter System

H-Bridge Inverter dengan Boost-up Chopper sebagai Pengondisi Daya Photovoltaic

Penggunaan Filter Daya Aktif Paralel untuk Kompensasi Harmonisa Akibat Beban Non Linier Menggunakan Metode Cascaded Multilevel Inverter

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

Perbaikan Performa Tegangan Motor Induksi Kapasitas Besar Berbasis Hybrid Converter System.

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada

Desain dan Simulasi Boosting MPPT Tiga Level untuk Photovoltaic Distributed Generation Tiga Fasa

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik

Dimana ρ = kerapatan udara (biasanya 1.22 kg/m 3 ) λ = tip-speed ratio β = pitch angle (dalam derajat) Cp = koefisien daya dari wind turbine

TESIS PENGURANGAN HARMONISA PADA KONVERTER 12 PULSA TIGA FASA MENGGUNAKAN DIAGONAL RECURRENT NEURAL NETWORK (DRNN)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Desain dan Simulasi Konverter Boost Multilevel sebagai Catu Daya Kendaraan Listrik

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER

DUAL FEEDBACK CONTROL DC-DC BOOST CONVERTER MENGGUNAKAN PI CONTROLLER

Auto Charger System Berbasis Solar Cell pada Robot Management Sampah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Perbaikan Performa DC-Link Inverter Satu Fasa Menggunakan Interleaved DC-DC Boost Konverter pada Aplikasi Photovoltaics

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID

Simulasi Double Buck Boost Converter DC-DC Bidirectional Menggunakan PID Controller

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware)

BOOST-UP CHOPPER 24 V/320 V DENGAN KENDALI PROPORSIONAL- INTEGRAL (PI) BERBASIS MIKROKONTROLLER

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

Desain dan Implementasi Current-Controlled Voltage Source Inverter untuk Kontrol Tegangan dan Frekuensi Generator Induksi Tiga Fasa

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL OPERASI CCM DAN DCM PADA DC CHOPPER TIPE CUK

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

harmonisa, filter pasif, full bridge dc-dc converter 1. Pendahuluan

STUDI PENGGUNAAN PENYEARAH 18 PULSA DENGAN TRANSFORMATOR 3 FASA KE 9 FASA HUBUNGAN SEGIENAM

MONITORING KINERJA BATERAI BERBASIS TIMBAL UNTUK SISTEM PHOTOVOLTAIC

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

Desain dan Analisis MPPT Berbasis DC- Switched Capacitor untuk Sistem Grid- Connected Photovoltaic

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

Desain dan Implementasi Tapped Inductor Buck Converter dengan Metode Kontrol PI pada Rumah Mandiri

RANCANG BANGUN CHARGER DENGAN KASKADE FLYBACK DAN BUCK KONVERTER MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

SIMULASI TCSC DAN MERS UNTUK KOMPENSASI REAKTIF SALURAN 3 FASE

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

Konverter DC-DC Input Ganda Rasio Tinggi Sebagai Pencatu Motor DC Brushless Permanen Magnet Untuk Mobil Listrik

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

MEMAKSIMALKAN DAYA PHOTOVOLTAIC SEBAGAI CHARGER CONTROLLER

SUATU PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS TOPOLOGI KONVERTER DAYA TESIS MAGISTER ARWINDRA RIZQIAWAN SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar Mochammad Reza Zakaria, Dedet Candra Riawan, dan Mochamad Ashari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: dedet@ee.its.ac.id Abstrak Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan pembangkitan menggunakan energi alternatif kini menjadi topik utama sebagai sumber energi pada sistem pembangkitan tersebar. Salah satu jenis dari sumber energi yang digunakan pada sistem pembangkitan tersebar adalah Multiple Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). Sejalan dengan perkembangan teknologi tentang energi terbarukan dan pembangkitan tersebar diperlukan pengembangan teknologi pendukung berupa Power Conditioning System (PCS). Power Conditioning System berfungsi mengubah output dari PEMFC yang berupa tegangan DC menjadi AC sesuai yang diinginkan sebelum terhubung dengan grid. Pada tugas akhir ini, dibahas mengenai topologi single-stage boost-inverter sebagai interface antar fuel cell dengan sistem jaringan satu fasa. Single-stage boost inverter berfungsi mengubah tegangan output dari PEMFC yang berupa tegangan DC menjadi tegangan AC pada sistem grid-connected dengan tegangan 220 volt. Topologi dan kontrol pada single-stage boost inverter yang digunakan lebih sederhana dibandingkan dengan topologi inverter konvensional. Pada topologi single-stage boostinverter dikontrol dengan menggunakan sliding mode controller. Hasil simulasi pengujian inverter diperoleh tegangan rata-rata sebesar 219.58 volt dan error tegangan rata-ratanya adalah 0,27%. Untuk mengatur daya yang disuplai oleh inverter dapat dilakukan dengan mengubah nilai sudut δ. Dari hasil simulasi didapatkan daya nominal yang disuplai oleh inverter terhadap grid sebesar 1030 W dengan sudut δ sebesar 10 o. Kata Kunci Fuel cell, PCS, Single stage boost inverter, Connected to grid U I. PENDAHULUAN ntuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan diiringi dengan adanya isu tentang krisis energi fosil mengakibatkan manusia saling berlomba untuk menghasilkan energi alternatif. Energi alternatif tersebut nantinya akan digunakan sebagai sumber energi listrik yang diaplikasikan pada sistem pembangkit tersebar atau yang lebih dikenal dengan distributed generation system. Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan pembangkitan menggunakan energi alternatif kini menjadi topik pembahasan utama sebagai sumber energi yang digunakan pada sistem pembangkitan tersebar. Salah satu energi alternatif yang banyak dikembangkan adalah Fuel Cell (Sel Bahan Bakar). Fuel cell merupakan sebuah peralatan yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia. Fuel cell memiliki karakteristik output tegangan yang rendah dan arus yang tinggi, oleh karena itu untuk terhubung pada grid diperlukan Power Conditioning System untuk menghasilkan energi listrik sesuai seperti yang diinginkan. Power Conditioning System merupakan sebuah alat yang mampu mengubah arus DC yang dihasilkan oleh Fuel Cell menjadi arus AC dengan tegangan 220 volt agar dapat dihubungkan dalam suatu jaringan sistem tenaga listrik. Terdapat beberapa jenis PCS yang dapat digunakan untuk mengubah tegangan DC yang dihasilkan oleh fuel cell menjadi tegangan AC, diantaranya menggunakan two-stage inverter. Pada two-stage inverter terdapat dua tahap konversi listrik. Pada topologi ini digunakan DC-DC converter untuk meningkatkan tegangan DC dari fuel cell. Fungsi dari DC-DC converter adalah meningkatkan tegangan DC yang dihasilkan oleh fuel cell. Output dari DC-DC converter selanjutnya di ubah menjadi tegangan AC menggunakan full bridge inverter. Tegangan AC yang dihasilkan oleh full bridge inverter lebih rendah dibandingkan dengan tegangan inputnya. Inverter full bridge tidak dapat menghasilkan tegangan AC yang lebih besar dari tegangan inputnya. Selain two-stage inverter, terdapat jenis konverter yang dapat digunakan dalam sistem fuel cell adalah single-stage boost inverter. Topologi single-stage boost inverter lebih sederhana apabila dibandingkan dengan sistem inverter konvensional. Single-stage boost inverter berfungsi mengubah tegangan output dari PEMFC yang berupa tegangan DC dengan batas tegangan dari 39 hingga 69 volt menjadi tegangan AC pada sistem grid-connected dengan tegangan 220 volt. Dengan demikian pada topologi single-stage boost-inverter tidak dibutuhkan konverter DC-DC yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan dari fuel cell. II. DESAIN DAN PEMODELAN PEMBANGKIT TERSEBAR MENGGUNAKAN SEL BAHAN BAKAR Sistem pembangkit tersebar (Distributed Generation System) telah banyak dikembangkan dengan menggunakan berbagai macam sumber energi alternatif. Diantara energi alternatif yang telah mendapat perhatian khusus dalam pemenuhan energi adalah sel bahan bakar (fuel cell).fuel cell memiliki karakteristik output tegangan yang rendah dan arus yang tinggi, sehingga diperlukan sebuah Power Conditioning System (PCS) sebelum terhubung ke sebuah jaringan sistem tenaga listrik. Dalam tugas akhir ini, akan didesain dan disimulasikan PCS yang digunakan untuk menghubungkan fuel cell ke sistem tenaga listrik. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software. Konfigurasi PCS tersebut terdiri dari fuel cell, back-up capacitor, Single-stage Inverter dan terhubung dengan jaringan 1 fasa, seperti yang terlihat pada Gambar 1 [1,2]. Sebelum terhubung dengan jaringan satu fasa, Tegangan DC output fuel cell yang rendah perlu dinaikkan menjadi tegangan AC sesuai dengan tegangan yang diinginkan..

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 Gambar 1. Konfigurasi sistem. Gambar 3. Kurva karakateristik V-I rangkaian ekivalen fuel cell Gambar 2. Rangkaian ekivalen fuel cell A. Pemodelan Multiple Proton Exchange Membrane Fuelcell Dalam tugas akhir ini, diperlukan sebuah pemodelan rangkaian ekivalen yang memiliki karakteristik mendekati karakteristik fuel cell sebenarnya. Pemodelan fuel cell ini ditentukan berdasarkan karakteristrik V-I dari sebuah fuel cell. Terdapat beberapa referensi yang menggunakan jenis rangkaian ekivalen untuk memodelkan fuel cell [3]. Dalam tugas akhir ini, fuel cell dimodelkan menggunakan rangkaian ekivalen seperti gambar 2. Mengingat bahwa fuel cell memiliki karakteristik perubahan respon pada arus dan tegangan yang perlahan, oleh karena itu diperlukan kapasitor untuk memenuhi daya yang dibutuhkan oleh sistem sebelum fuel cell berada pada kondisi kerjanya. Kapasitas pada kapasitor yang digunakan sebesar 125 mf dengan tegangan inisial sebesar 55V. Untuk membuktikan bahwa rangkaian ekivalen dari fuel cell yang digunakan pada tugas akhir ini, maka diperlukan pengujian pada rangkaian fuel cell yang digunakan. Simulasi rangkaian ekivalen dari fuel cell dilakukan dengan mengubah nilai tahanan dari 0.4 hingga 50 Ω. Arus dan tegangan dari hasil simulasi rangkaian ekivalen fuel cell dapat dilihat dari tabel 4.1. Setelah didapatkan nilai dari tegangan, arus, dan daya dari masing-masing pembebanan yang berbeda, maka data tersebut diplot dalam sebuah kurva V-I dan P-I seperti yang terdapat pada gambar 3 dan 4. B. Desain dan Pemodelan Single Stage Boost Inverter Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang VSI menggunakan topologi baru yang menggunakan dc-dc boost converter. Fungsi dari inverter ini adalah mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC dengan tegangan yang lebih besar dari inputnya. Cara ini tidak didapatkan apabila menggunakan VSI konvensional. VSI konvensional dapat dikatakan sebagai buckinverter, ini berarti inverter konvensional hanya mampu membangkitkan tegangan AC pada sisi output yang lebih Gambar 4. Kurva karakateristik V-I rangkaian ekivalen fuel cell rendah dibandingkan dengan tegangan DC pada sisi inputnya.. Boost inverter yang diajukan pada tugas akhir ini mampu menghasilkan tegangan output AC yang lebih besar dari tegangan output DC dengan cara memasang beban secara seri yang terhubung dengan dua dc-dc boost converter seperti yang terdapat pada gambar 5. Persamaan tegangan output dengan perubahan duty cycle sesuai dengan persamaan berikut: V o = V 1 V 2 = Vin Vin 1 D D Vo Vin = 2D 1 D(1 D) Nilai dari output tegangan pada masing boost converter merupakan tegangan unipolar yang berbentuk sinus dengan dc bias. Tegangan pada masing-masing boost converter dapat dirumuskan sebagai berikut: V A = V dc + 1 2 A 1. sin θ (3) V B = V dc + 1 2 A 1. sin(θ π) (4) V o = V A V B = A 0. sin θ (5) V dc > + A 0 2 V A merupakan tegangan yang dihasilkan oleh dc-dc boost converter A, V B merupakan tegangan yang dihasilkan oleh dcdc boost converter B, V o merupakan tegangan yang terdapat pada beban, A 1 merupakan rentang tegangan peak to peak dari gelombang AC pada V A dan V B, dan V dc merupakan tegangan DC offset yang terdapat pada V A dan V B. Blok A dan blok B pada gambar 5 merepresentasikan dc-dc boost converter. Setiap dc-dc boost converter menghasilkan tegangan sinusoidal unipolar. Perbedaan sudut dari tegangan pada masing-masing converter sebesar 180 o dengan converter lainnya. Beban terhubung seri dengan kedua boost converter, sehingga tegangan yang terbangkitkan pada beban berupa tegangan AC murni. Untuk mempermudah memahami prinsip kerja dari konfigurasi sistem yang terdapat pada gambar 1, (1) (2) (6)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3 Gambar 5 Topologi dasar single stage boost inverter Gambar 7 Rangkaian sliding mode kontrol Gambar 6 Topologi single stage boost inverter [5] rangkaian dari single stage boost inverter yang digunakan pada tugas akhir ini dapat diubah seperti pada gambar 6. Untuk menghasilkan respon yang baik pada kondisi yang dinamis pada tegangan output, diperlukan adanya permukaan luncur pada sliding mode control. Rangkaian sliding mode control yang digunakan untuk mengatur tegangan kapasitor pada setiap boost konverter dapat dilihat pada gambar 7. Permukaan luncur terdiri dari variabel eror yang didefinisikan sebagai berikut: S(i L1, V 1 ) = K 1 ε 1 + K 2 ε 2 = 0 (7) Dimana K 1 dan K 2 merupakan faktor pengali, ε 1 merupakan respon eror dari arus, dan ε 2 merupakan respon eror dari tegangan. ε 1 dan ε 2 didefinisikan sebagai berikut: ε 1 = i L1 i Lref (8) ε 2 = V 1 V ref (9) Dengan menggabungkan persamaan 3.15 dan 3.16 kedalam persamaan 3.14 didapatkan S(i L1, V 1 ) = K 1 (i L1 i Lref ) + K 2 (V 1 V ref ) = 0 (10) Untuk mempertahankan nilai S(i L1, V 1 )mendekati nol pada permukaan luncur dapat menggunakan blok hysterisis. Selain itu, blok hysterisis juga digunakan untuk mengatur status penyalaan γ. Untuk mempertahankan sinyal S(x) pada sliding mode control yang ideal maka diperlukan frekuensi penyalaan tanpa batas. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan blok histerisis untuk mengatur penyalaan pada saklar untuk membatasi frekuensi maksimal dari sistem. Blok histerisis akan mempertahankan sinyal S(x) berada diantara +δ dan δ seperti yang terdapat pada gambar 8. Karakteristik dari blok histerisis menyebabkan sinyal kontrol S(x) tetap bernilai 0. Dengan demikian maka sinyal kontrol akan berada diantara +δ dan -δ. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa pada saat Δt 1 nilai S(x) akan terus meningkat dari Gambar 8 sinyal dari S(x) δ hingga +δ (Ṡ > 0). Dan pada saat Δt 2 nilai S(x) akan terus menurun dari +δ hingga δ (Ṡ < 0). Hubungan antara parameter kontrol dan besarnya nilai L dan C pada rangkaian single stage boost inverter dapat di tuliskan sebagai berikut: K 1 L 1 [ R a i Lref ] + K 2 C 1 R 1 [V 2 V ref ] > 0 (11) Dengan mengasumsikan bahwa tidak terdapat perubahan pada peridode penyalaan, maka frekuensi penyalaan dapat dituliskan sebagai berikut: f s = 1 Δt 1 +Δt 2 (12) Dimana nilai dari Δt 1 adalah waktu S 1 aktif, dam Δt 2 adalah waktu ketika S 2 aktif. Nilai dari Δt 1 dan Δt 2 dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut. Δt 1 = Δt 2 = 2δ K1 L1 [ R a i Lref ]+ K 2 C1R1 [V 2 V ref ] 2δ K1 L1 [ R a i Lref V ref ]+ K 2 C1R1 [V 2 V ref +R a i Lref ] (13) (14) Nilai maksimum dari frekuensi penyalaan dapat dituliskan sebagai berikut: f s (max) = K 1. (1 ) (15) 2δ.L 1 V reff(max) Duty cycle didefinisikan sebagai perbandingan antara Δt 1 dengan periode penyalaan (Δt 1 + Δt 2 ). Duty cycle dapat dirumuskan sebagai berikut: d(t) = Δt 1 Δt 1 +Δt 2 (16) Perbandingan tegangan output dan input pada sliding mode controller bervariasi mengikuti kondisi kerjanya, maka

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 perbandingan antara tegangan output dan input dapat didefinisikan sebagai berikut: V 1 (t) = 1 1 d(t) (17) Arus yang mengalir pada induktor terdiri dari dua kompunen, yaitu arus dengan frekuensi pada sistem dan riak arus dengan frekuensi tinggi. Arus maksuimum yang dapat melewati induktor dapat dirumuskan sebagai berikut: i L1 (max) = 2D max G m (1 D max ) (1 D max ) 2 (18) dimana, D max = 1 V dc + 1 2 A 1 (19) G m = 2(V dc ) (20) D max adalah duty cycle maksimal. Besarnya riak arus pada induktor dapat dituliskan dengan persamaan berikut: i L1 (t) = ( R a i L1 (t)) t 1 L 1 (21) Sliding mode controller mengatur penyalaan pada saklar sehingga nilai dari output tegangan pada kapasitor (V_1 (t)) mampu mengikuti tegangan referensi yang diberikan. Pada tegangan output V_1 (t) terdapat riak tegangan yang dapat didefinisikan dengan persamaan berikut: v c (t) = [ V 2(t) V 1 (t) C 1 R 1 ] t 1 (22) Pada simulasi single stage boost inverter dipilih nilai L = 250uH, C=70uF, K 1=0.3 K 2=0.19. C. Desain dan Pemodelan Sistem Pembangkit Fuel cell menggunakan single stage boost Inverter Setelah dilakukan pemodelan untuk masing-masing rangkaian diatas, langkah selanjutnya adalah mengintegrasikannya ke dalam satu kesatuan sistem pembangkit fuel cell dan single stage boost inverter. Rangkaian fuel cell dihubungkan ke dalam sistem tenaga listrik. Konfigurasi sistem tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. Tegangan DC dari fuel cell dengan tegangan 65 volt tersebut diubah oleh inverter menjadi tegangan AC 220 volt dengan frekuensi 50 Hz. Tegangan pada single stage boost inverter perlu diatur supaya konstan. Karena nilai tegangan pada inverter sangat berpengaruh terhadap daya yang disuplai ke jala-jala. Setelah tegangan DC diubah menjadi tegangan AC, dapat dilakukan analisis daya antara inverter dan jala-jala. Dalam sistem ini, tegangan dan frekuensi inverter diatur supaya konstan. Gambar 9 menunjukkan analisis aliran daya antara dua sumber tegangan dalam saluran transmisi AC. Sebuah sumber tegangan E 1 dengan sudut fasa δ 1, terhubung dengan sebuah sumber tegangan lain E 2 dengan sudut fasa δ 2. Jika kedua sumber tersebut terhubung melalui sebuah saluran transmisi yang terdapat induktansi X, maka akan mengalir arus (I) antar keduanya. Karena terdapat arus pada saluran tersebut, daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) juga akan mengalir diantara kedua sumber tersebut. Untuk mempermudah analisis aliran daya, dapat ditunjukkan pada Gambar 9. Jika E 1 adalah nilai tegangan pada sumber 1, E 2 adalah nilai tegangan pada sumber 2, δ merupakan beda fasa tegangan antara sumber 1 dan 2. Dalam pemodelan dan simulasi, parameter rangkaian yang digunakan sebagai berikut, E inverter =220 Volt, δ inverter=10 0, E grid=220 Volt, δ grid=0 0, X= 26.75 mh, dan Frekuensi = 50 Hz. Dari nilai parameter diatas nilai daya aktif dan reaktif dapat dihitung sebagai berikut P = E 1 E 2 sin δ X = 1000,096 W E 1 E 2 cos δ Q = E 1 = 87.497 VAR X Penentuan nilai δ berdasarkan pada [4]. Untuk mengatur daya yang disalurkan pada grid dapat dilakukan dengan mengatur nilai δ. III. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS A. Simulasi Performansi Single Stage Boost Inverter Pada sistem pembangkitan tersebar menggunakan fuel cell, kinerja dari single stage boost inverter sangat mempengaruhi sistem secara keseluruhan, maka performansi dari single stage boost inverter harus berada pada kondisi yang optimal. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui performansi dari single stage boost inverter yang digunakan untuk menghasilkan gelombang AC. Selain itu, pengujian ini juga Gambar 10 Bentuk tegangan kapasitor pada boost converter Gambar 9 Aliran daya antara dua sumber Gambar 11 Bentuk arus induktor pada boost converter

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5 Gambar 12. Respon daya output inverter terhadap perubahan beban Gambar 13 Respon arus fuel cell terhadap perubahan beban Gambar 14 Respon tegangan fuel cell terhadap perubahan beban bertujuan untuk menguji rangkaian performansi closed loop pada single stage boost inverter, yang berfungsi mengatur tegangan outputnya dalam kondisi konstan. Dalam pengujian, konverter diberi tegangan input DC sebesar 55 volt dan menghasilkan tegangan output AC 220 volt dengan frekuensi 50 Hz. Berdasarkan hasil simulasi pada gambar 10, dapat disimpulkan bahwa tegangan kapasitor pada DC-DC boost converter A dan B mampu mengikuti sinyal referensi yang telah diberikan. Gambar 11 menunjukkan arus yang terdapat pada induktor. Dapat dilihat bahwa arus yang dihasilkan pada sisi output dihasilkan oleh induktor L 1 pada polaritas positif dan dihasilkan oleh induktor L 2 pada polaritas negatif. Dengan demikian, output tegangan yang terdapat pada single stage boost inverter berupa gelombang sinus sesuai yang diinginkan. Selanjutnya, untuk mengetahui performansi dari kontrol loop tertutup yang digunakan dapat dilakukan pengujian dengan cara merubah beban yang terdapat pada inverter. Dengan memberikan nilai tahanan bervariasi antara 33.4 Ω hingga 63.4 Ω pada beban R. Tegangan rata-rata yang dihasilkan oleh single stage boost inverter adalah 219.58 volt pada saat dibebani antara 33.4-63.4 Ω. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem pengatur tegangan pada single stage boost inverter sudah dapat digunakan untuk mengatur tegangan output secara konstan. B. Simulasi Performansi Sistem B.1 Simulasi Sistem Pembangkit Fuel cell terhadap Perubahan Beban pada Sistem Stand Alone Pada simulasi pembangkit fuel cell terhadap perubahan beban pada sistem stand alone, sistem pembangkit fuel cell akan dihubungkan dengan beban AC tanpa terhubung ke jaringan distribusi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sistem dalam menyuplai daya dalam kondisi stand alone. Dalam pengujian ini sistem pembangkit fuel cell akan diberi beban secara bervariasi dan diamati perubahan daya yang mampu diberikan oleh sistem pembangkit tersebut. Hasil dari simulasi pengujian performansi sistem pembangkit fuel cell secara stand alone dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil simulasi pengujian performansi sistem pembangkit fuel cell secara stand alone dapat disimpulkan bahwa dengan berubahnya nilai beban yang diberikan pada inverter secara loop tertutup akan mengakibatkan semakin besarnya daya yang dihasilkan oleh fuel cell. Dari hasil simulasi didapatkan nilai rata-rata error tegangan pada sisi beban sebesar 0.69 %, dengan demikian dapat disimpulkan dengan berubahnya nilai beban, kontrol yang digunakan mampu mempertahankan tegangan output sebesar 220 volt. Dalam simulasi juga dapat diketahui saat inverter dibebani sebesar 48.4 Ω didapatkan nilai dari THD arus pada inverter sebesar 1.59%. Untuk mengetahui respon sistem terhadap perubahan beban dapat dilakukan dengan cara mengubah nilai tahanan sebesar 69.14 Ω, 48.4 Ω dan 37.23 Ω yang dipasang pada single stage boost inverter. Berdasarkan grafik pada gambar 12 dapat disimpulkan bahwa dengan berkurangnya nilai resistansi yang diberikan, maka daya yang dihasilkan oleh inverter semakin bertambah. Gambar 13 menunjukkan adanya pengaruh perubahan nilai arus pada fuel cell ketika diberi beban yang berbeda pada inverter. Semakin rendah nilai resistansi yang diberikan maka arus yang dihasilkan semakin bertambah besar. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari fuel cell. Semakin besar daya yang dihasilkan maka arus yang dihasilkan semakin meningkat. Gambar 14 menunjukkan adanya pengaruh perubahan nilai tegangan pada fuel cell ketika diberi beban yang berbeda pada inverter. Semakin rendah nilai resistansi yang diberikan maka tegangan yang dihasilkan semakin bertambah berkurang. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari fuel cell. Semakin besar daya yang dihasilkan maka tegangan yang dihasilkan semakin menurun. B.2 Simulasi Sistem Pembangkit Fuel cell terhadap Perubahan Sudut δ pada Sistem Terhubung Grid Simulasi performansi sistem yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan pengaturan dari nilai sudut δ yang terdapat pada inverter. Pemilihan sudut δ ini dilakukan berdasarkan kapasitas daya nominal dari inverter dan nilai induktor L grid yang telah didesain pada pembahasan sebelumnya untuk menghasilkan hasil yang optimal. Gambar 15 menggambarkan perbedaan tegangan antara tegangan yang dihasilkan oleh inverter dengan tegangan pada grid.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 Tabel 3 Hasil simulasi perubahan daya akibat perubahan sudut δ. Sudut δ (º) Aktif (watt) Reaktif (VAR) Total (VA) Faktor 6 788.62 67.539 791.5068 0.99 7 849.489 71.382 852.4828 0.99 8 920.228 82.35 923.9053 0.99 9 977.33 83.9 980.9246 0.99 10 1030.299 87.055 1033.97 0.99 Gambar 16 Respon daya output inverter terhadap perubahan sudut δ Gambar 17 Respon arus fuel cell terhadap perubahan sudut δ Gambar 15 Perbandingan tegangan jala-jala dengan tegangan pada inverter ketika nilai sudut δ sebesar 10º Dari hasil simulasi diperoleh bahwa semakin besar nilai sudut δ diberikan, maka akan dihasilkan daya aktif yang semakin besar juga. Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa besarnya daya yang akan disuplai pada grid dapat diatur dengan cara mengatur sudut δ antara tegangan inverter dengan tegangan pada grid. Dalam simulasi juga dapat diketahui saat sudut δ sebesar 10º nilai dari THD arus pada inverter sebesar 3.46%. Untuk mengetahui respon sistem terhadap perubahan sudut δ dapat dilakukan dengan cara mengubah nilai tahanan sebesar 7º dan 10º yang dipasang pada single stage boost inverter dalam satu gambar. Pada simulasi selanjutnya akan dilakukan perubahan nilai sudut δ. Untuk waktu 0-0.3 detik akan diberikan sudut δ sebesar 7º dan selanjutnya untuk waktu 0.3-0.6 detik akan diberikan nilai sudut δ sebesar 10º. Berdasarkan grafik pada gambar 16 dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya perbedaan sudut δ antara tegangan pada inverter dan tegangan pada grid, maka daya yang dihasilkan oleh inverter semakin bertambah. Gambar 17 menunjukkan adanya pengaruh perubahan nilai arus pada fuel cell ketika diberi beban yang berbeda pada inverter. Semakin rendah nilai resistansi yang diberikan maka arus yang dihasilkan semakin bertambah besar. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari fuel cell. Semakin besar daya yang dihasilkan maka arus yang dihasilkan semakin meningkat. Gambar 18 menunjukkan adanya pengaruh perubahan nilai tegangan pada fuel cell ketika diberi beban yang berbeda pada inverter. Semakin rendah nilai resistansi yang diberikan maka tegangan yang dihasilkan semakin bertambah berkurang. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari fuel cell. Semakin besar daya yang dihasilkan maka tegangan yang dihasilkan semakin menurun. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Dari analisis hasil simulasi serta pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Gambar 18 Respon tegangan fuel cell terhadap perubahan sudut δ 1. Hasil pemodelan fuel cell dengan menggunakan rangkaian ekivalen diperoleh karakteristik V-I dan P-I yang mendekati dengan karakteristik fuel cell sebenarnya. 2. Tegangan output inverter rata-rata dari hasil pengujian sebesar 219.58 volt dengan error tegangan rata-ratanya adalah 0.27 %. 3. aktif nominal yang dihasilkan sistem fuel cell saat sudut δ bernilai 10 pada inverter adalah 1030 watt dengan faktor daya sebesar 0,99 4. Pengaturan daya dari sistem pembangkit fuel cell dapat diatur dengan mengubah nilai sudut δ DAFTAR PUSTAKA [1] M. Jang, M. Ciobotaru, dan V. G. Agelidis, Grid- Connected Fuel Cell System Based on a Boost-Inverter with a Battery Back-Up Unit, 8 th International conference On Power Electronics, Korea, 2011 [2] Minsoo Jang, Mihai Ciobotaru, dan Vassilios G. Agelidis, A Single-Phase Grid-Connected Fuel Cell System Based on a Boost-Inverter, IEEE Transactions On Power Electronics Vol. 28, No. 1, Korea, 2013 [3] Jong-Hoon Kim, Min-Ho Jang, and Bo-Hyung Cho, An Experimental Analysis of the Ripple Current Applied Variable Frequency Characteristic in a Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell, Journal of Power Electronics, Vol. 11, No. 1, Korea, 2011 [4] Rashid M.H, Power Electronics Handbook, Academic Press, 2001. [5] R. O. Caceres and I. Barbi, A Boost DC AC Converter: Analysis, Design, and Experimentation, IEEE Transactions On Power Electronics Vol. 14, No 1, Brasil, 1999