III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
Materi 4 Ekonomi Mikro

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. TEORI PERILAKU PRODUSEN

Teori Biaya dan Estimasi Fungsi Biaya. Bahan Kuliah8:Ek_Manajerial

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN. 8 [15 Januari 2010]

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI. BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

ANALISIS USAHA PENGRAJIN TAHU SUMEDANG SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA KEDELAI (Studi Kasus: Kecamatan Tanjungsari, Sumedang)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

III KERANGKA PEMIKIRAN

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

KESEIMBANGAN BIAYA PRODUKSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

MODUL 2 OPTIMISASI OPTIMISASI EKONOMI EKONOMI. SRI SULASMIYATI, S.Sos, M.AP. Ari Darmawan, Dr., S.AB, M.AB

TEORI BIAYA PRODUKSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik

Pengantar Ekonomi Mikro

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

Telkom University Alamanda

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 06FEB. Teori perilaku produsen. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement s1

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

TEORI BIAYA PRODUKSI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

Kuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi

PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI

Teori Ekonomi Mikro BIAYA PRODUKSI

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

PERTANIAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi.

IV. METODE PENELITIAN

TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Elastisitas Permintaan

Teori Biaya. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen

Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun

BAB 6 TEORI BIAYA ISLAM

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1

MATEMATIKA EKONOMI Pertemuan 7 Elastisitas, Biaya Produksi dan Penerimaan, Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi I Komang Adi Aswantara UT Korea Fall 2013

IV. METODE PENELITIAN

1. Jangka Pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.

Konsep Biaya dan Penentuan Kurva Penawaran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TOTAL PRODUKSI DAN PRODUKSI MARGINAL DENGAN SATU VARIABEL BEBAS : TANAH TENAGA KERJA TOTAL PRODUKSI

Materi 8 Ekonomi Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 57-61

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biaya produksi jangka pendek vs biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek (satu input bersifat variabel)

D. OPTIMISASI EKONOMI DENGAN KENDALA - Optimisasi dengan metode substitusi - Optimisasi dengan metode pengali lagrange

Pengantar Ekonomi Mikro

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya.

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05

Fungsi biaya. Biaya tetap (fixed cost) Biaya variabel (variable cost) FC = k VC = f (Q) = vq C = g(q) = FC + VC = k + vq

BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN

IV. METODE PENELITIAN

9/26/2008 EKONOMI PRODUKSI. Kode PTE-4103 PERTEMUAN KEENAM: MAKSIMISASI 2 INPUT

1.Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar. 2.Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan pasar

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

Template Standar Powerpoint

Operations Management

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2017/18

Gambar 1. Kurva Permintaan

BIAYA PRODUKSI. Tim Teaching: DR. Ir. HARSUKO RINIWATI, MP ZAINAL ABIDIN, S.Pi, MP, M.BA

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

Materi 6 Ekonomi Mikro

Ekonomi Mikro. Struktur Pasar

III. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

Lecture 3: Graphical Sensitivity Analysis

Teori Biaya Produksi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Ekonomi Mikro

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition)

Template Standar Powerpoint

Materi 5 Ekonomi Mikro

Fungsi biaya. (teori biaya produksi ) Meet - 8. Hariyatno. Tabel 8.1Biaya total,biaya tetap,dan biaya variabel (Biaya produksi jangka pendek )

Penggunaan Turunan dalam Ekonomi Ir. Tito Adi Dewanto

Penggunaan Turunan dalam Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut. Teori yang digunakan yaitu teori produksi, teori harga khususnya pengaruh perubahan harga input terhadap penggunaan input, dan dilengkapi juga dengan teori biaya produksi. 3.1.1. Teori Produksi Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa barang dan atau jasa dengan menggunakan sejumlah sumber daya atau input tertentu, kegiatan menghasilkan produk inilah yang disebut dengan produksi (Syahruddin, 1990). Hubungan antara produk dengan input secara matematis yaitu: Y= f (X).(1) dimana Y adalah produk atau output perusahaan sebagai fungsi dari penggunaan input (X). Dalam berproduksi, perusahaan senantiasa memperhatikan komposisi penggunaan input dalam rangka memperoleh produksi yang maksimal atau biaya produksi yang serendah mungkin, sehingga pada akhirnya mendapatkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan besar maupun kecil memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimum (profit maximization). Pengertian keuntungan sendiri adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Total penerimaan adalah perkalian antara harga jual produk dengan jumlah hasil produksi (Y) yang dihasilkan, sedangkan total biaya adalah perkalian antara harga beli input produksi dengan jumlah input produksi yang digunakan. Secara matematis sederhana keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut:

Keuntungan = π = Total Penerimaan - Total Biaya = TR - TC = P Y.Y - TVC - TFC = P Y. Y - P X. X - TFC.(2) dimana: TR = Total Revenue ( Total penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya) PY = Harga jual produk PX = Harga beli input produksi TFC = Total Fixed Cost (Total biaya tetap) Y = Jumlah output ; X = Jumlah input Persamaan (2) menunjukkan bahwa keuntungan dipengaruhi oleh input produksi. Dalam praktiknya, produsen menggunakan lebih dari satu input, namun untuk penyederhanaan maka dalam penjelasan tersebut diasumsikan bahwa input yang digunakan hanya satu. Bila harga input meningkat, sesuai dengan teori permintaan, maka permintaan akan input menjadi menurun. Akibatnya produksi menjadi berkurang dan pada akhirnya keuntungan perusahaan akan menurun pula. 3.1.2. Pengaruh Perubahan Harga Input Terhadap Penggunaan Input Pengrajin tempe sebagai perusahaan tentu membutuhkan input dalam menjalankan kegiatan produksinya. Dengan demikian permintaan dari pengrajin tempe adalah input-input yang dibutuhkan untuk memproduksi tempe, seperti kedelai, bahan bakar, ragi, daun pisang, dan tenaga kerja. Permintaan akan inputinput tersebut dikenal sebagai derived demand (permintaan turunan). Hal ini disebabkan permintaan akan input timbul dari permintaan tempe sebagai output dari pengrajin tempe yang diminta oleh konsumen. Jumlah input yang diminta oleh pengrajin tempe, tergantung pada jumlah tempe yang akan diproduksinya. Jumlah tempe yang akan diproduksi tergantung pula pada tingkat keuntungan yang diharapkan pengrajin tempe. Sebagai produsen yang rasional, pengrajin tempe tentu akan menerapkan prinsip profit maximization dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan persamaan (2), untuk mendapatkan keuntungan yang 24

maksimum yaitu turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap biaya variabel harus dibuat sama dengan nol, secara matematis yaitu: dπ = P Y. dy - P X = 0 dx dx = dy dx = PX PY atau P Y. MPP - P X = 0 = MPP = Px Py = NPM = P X...(3) Persamaan (3) menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum atau kondisi yang optimal yaitu rasio harga input dengan output harus sama dengan turunan ouput terhadap input atau harga output dikalikan dengan produksi marginal (NPM) harus sama dengan harga input. Dengan kata lain hasil tambahan dari input yang terakhir harus sama dengan biaya input tambahan. Dapat juga dikatakan rasio harga input (P X ) terhadap harga output (P Y ) harus sama dengan hasil produksi fisik marginal dari input (MPP = dy dx ). Apabila P X meningkat, maka rasio P X dengan P Y menjadi semakin besar sehingga MPP menjadi lebih kecil dari rasio P X dengan P Y. Akibatnya produsen harus melakukan penyesuaian agar tetap mendapatkan keuntungan yang maksimum yaitu dengan mengubah MPP, bukan mengubah P X atau P Y karena diasumsikan produsen berada pada struktur Pasar Persaingan Sempurna (PPS). Adapun asumsi dalam PPS yaitu: (1) Produsen dianggap sebagai pembeli kecil di pasar input, sehingga produsen tidak dapat memengaruhi harga input di pasar; (2) Terdapat banyak produsen sejenis di pasar, sehingga tidak ada kekuatan produsen untuk memengaruhi harga output, dengan demikian produsen sebagai price taker sehingga relatif sulit bagi produsen untuk merubah harga outputnya dan sulit pula produsen memengaruhi perubahan harga input. Dengan demikian ketika P X meningkat, maka produsen melakukan penyesuaian dengan mengurangi jumlah input, dan sebagai akibatnya jumlah output yang dihasilkan menurun pula. Berdasarkan syarat untuk memaksimumkan keuntungan seperti yang ditunjukkan persamaan (3), dapat dilihat bahwa ada tiga faktor yang memengaruhinya yaitu harga hasil produksi atau output (P Y ), harga input (P X ), dan hubungan produksi fisik yang memengaruhi hasil produksi marginal ( dy dx ). 25

Penjelasan syarat keuntungan maksimum dapat pula didekati dari kurva produksi dan garis rasio harga input dengan output. Kurva produksi adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara penggunaan input dengan output yang diproduksi (persamaan 1). Dengan demikian kurva ini menjelaskan bahwa output yang diproduksi tergantung dari input yang digunakan. Di sisi lain, input yang digunakan dipengaruhi oleh harga input tersebut, hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3. Y (output) dy 0 dx 0 Y= f (X) dy 1 dx 1 PX1 PY > PX0 PY PX0 PY X (input) PX (Harga input) PX 1 PX 0 Demand X 1 X 0 X (input) Gambar 3. Pengaruh Perubahan Harga Input Terhadap Permintaan Input Sumber : Doll dan Orazem (1984) 26

Gambar 3 menjelaskan untuk mendapatkan jumlah penggunaan input yang dapat menghasilkan kondisi yang optimal ( dy = PX dx PY ) dicapai ketika garis rasio harga input dengan output bersinggungan dengan kurva produksi, sehingga didapatlah jumlah penggunaan input yang optimum di X 0. Ketika harga input meningkat menjadi PX 1, maka rasio harga input dengan output akan semakin besar, sehingga kemiringan garis rasio harga akan meningkat. Ketika garis rasio harga setelah adanya peningkatan harga input ini disinggungkan kembali dengan kurva produksi, akan menyebabkan penggunaan input menjadi menurun (X 1 ). Titik-titik yang optimal yaitu ketika garis rasio harga bersinggungan dengan kurva produksi diturunkan ke dalam kurva hubungan antara jumlah penggunaan input dengan harga input, maka akan didapat garis permintaan input yang memiliki slope negatif. Dengan demikian, input produksi merupakan fungsi dari harga input dengan harga output. dy = PX dx PY dy = dx f X = PX PY X = f (P X, P Y )..(4) Uraian di atas menunjukkan ada hubungan antara harga input dengan jumlah input yang diminta. Hubungan antara harga dengan input ini termasuk ke dalam fungsi produksi, salah satu cara untuk menggambarkan fungsi produksi adalah dengan melihat kurva isokuan. Kurva isokuan secara umum menggambarkan kombinasi alternatif antara dua input yang saling bersubstitusi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Namun kurva isokuan pada pengrajin tempe merupakan kurva isokuan khusus yang sifat antara masingmasing inputnya tidak saling bersubstitusi. Dengan kata lain sifat input pada produksi tempe adalah saling berkomplemen. Untuk lebih jelasnya, Gambar 4 menampilkan ilustrasi kurva isokuan pada pengrajin tempe. 27

Tenaga Kerja (Jam) Q tempe TK 1 TK 2 Kedelai (Kg) K 2 K 1 Gambar 4. Kurva Isokuan Pengrajin Tempe Gambar 4 menampilkan perubahan jumlah kedelai (K) yang digunakan pada sumbu X, dan perubahan jumlah jam tenaga kerja (TK) pada sumbu Y untuk menghasilkan tempe dengan jumlah tertentu (Q tempe). Adanya kenaikan harga kedelai membuat jumlah penggunaan kedelai menjadi menurun (dari K 1 menjadi K 2 ). Berdasarkan kurva isokuan, penurunan jumlah kedelai akan menurunkan pula penggunaan jumlah jam tenaga kerja. Hal ini disebabkan sifat kedua input dalam kurva isokuan adalah saling melengkapi atau berkomplemen dan sifat jumlah penggunaan inputnya adalah fixed proportion (proporsi yang tetap). Dengan demikian pada input yang sifatnya saling melengkapi, penurunan jumlah penggunaan suatu input tertentu akibat adanya kenaikan harga input tersebut akan menurunkan jumlah penggunaan input lainnya. Sifat penggunaan input yang saling melengkapi pada produksi tempe dengan jumlah proporsi yang tetap, membuat kegiatan produksi tempe kurang cocok jika dimodelkan dengan menggunakan fungsi produksi. Fungsi produksi cenderung menjelaskan hubungan input yang sifatnya saling bersubstitusi. Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi yang dihadapi pengrajin tempe. Salah satu model yang dapat digunakan untuk menerangkan hubungan input yang penggunaannya saling berkomplemen dan jumlah proporsinya tetap yaitu dengan menggunakan model Linear Programming. Secara umum model LP yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut: 28

Optimumkan: dengan batasan: n Z = Cjxj j =1 n j =1 aij. xj ; bi, untuk i = 1,2,3,, m xj 0, untuk j = 1,2,3,, n atau dapat dituliskan secara lengkap sebagai berikut: Optimumkan: dengan batasan: Z = c 1 x 1 + c 2 x 2 + + c n x n a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n b 2... a m1 x 1 + a m2 x 2 + + a mn x n b m dan x 1 0, x 2 0, dan x n 0 Keterangan: Z = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal atau minimal) C j = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu satuan unit n = macam kegiatan yang menggunakan sumberdaya yang tersedia m = macam batasan sumberdaya yang tersedia x j = tingkat kegiatan ke-j a ij = banyaknya sumberdaya i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j b i = kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan 29

Dari rumus matematis LP tersebut, dapat dikelompokkan tiga komponen yaitu fungsi tujuan, faktor pembatas atau kendala yang juga dinyatakan dengan fungsi linear, dan ada faktor non-negativity, yaitu nilai koefisien a ij pada x j tidak boleh negatif sebab bila nilainya negatif, maka solusi LP tidak akan tercapai. Hasil dari solusi optimum kemudian dapat diketahui pengaruh perubahan parameter terhadap solusi optimum. Analisa perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi LP dinamakan post optimality analysis yang menunjukkan bahwa analisa ini terjadi setelah diperoleh solusi optimum, dengan mengasumsikan seperangkat nilai parameter yang digunakan dalam model (Mulyono 1991). 3.1.3 Biaya Produksi Perubahan harga input X yang diterima produsen akan memengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan produsen. Biaya dalam bidang produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk mengadakan kegiatan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Proses produksi dalam kelangsungannya mengandung dimensi waktu, sehingga proses produksi ditandai dengan pembagian beberapa jenis waktu. Pembagian biaya menurut waktunya tergantung dari kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan biaya pada periode waktu tertentu. Produksi jangka pendek adalah jangka produksi di mana dijumpai biaya input variabel dan biaya tetap. Produksi jangka panjang adalah jangka produksi di mana semua biaya bersifat variabel (Sudarsono 1995). Fungsi biaya produksi dalam jangka pendek menggambarkan biaya total produksi, yaitu jumlah keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak berubah total dengan berubahnya produk, yang termasuk ke dalam biaya tetap misalnya gaji tenaga administratif; penyusutan mesin, gedung dan alat-alat lain. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang totalnya berubah-ubah dengan berubahnya produk. Biaya variabel diperlukan untuk membiayai input yang habis dipakai sekali dalam proses 30

produksi, dengan demikian biaya variabel merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan sebaliknya bertambah kecil dengan semakin menurunnya produksi. Biaya variabel misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lain. Perilaku kedua jenis biaya ini dapat digambarkan dalam kurva seperti pada Gambar 5. Rp (TC, TFC, TVC) TC b TVC a TFC O Q Keterangan: TC : Total Cost (Biaya Total) TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total) TVC : Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total) Gambar 5. Kurva Biaya Total, Biaya Tetap Total, dan Biaya Variabel Total Sumber : Syahruddin (1990) Kurva TFC sejajar dengan garis horizontal. Sedangkan jarak Oa adalah sama dengan ab, dan diasumsikan kurva biaya berbentuk linear. Kurva biaya total memiliki bentuk seperti pada Gambar 5, karena masing-masing unit tambahan input akan menimbulkan biaya, sehingga biaya total akan semakin bertambah pula. Saat biaya variabel total bebas, dalam artian produsen tidak perlu membayar input variabel, maka kurva biaya total akan berbentuk horizontal. Dengan demikian biaya tidak akan tergantung dengan jumlah output. 31

Secara matematis biaya produksi yang dikeluarkan produsen adalah sebagai berikut: TC = TVC + TFC..(5) = P X. X + TFC Berdasarkan persamaan (5), harga input variabel X (P X ) akan memengaruhi biaya total yang dikeluarkan produsen. Kenaikan harga input menyebabkan biaya variabel total meningkat. Bila biaya variabel total naik, pada akhirnya akan menyebabkan biaya total semakin meningkat. Pada uraian sebelumnya, salah satu prinsip produsen adalah memaksimumkan keuntungan. Adanya kenaikan biaya total akibat kenaikan harga input tentu akan memengaruhi keputusan produsen dalam menentukan jumlah input yang akan digunakannya. Hubungan ini dapat dilihat dari Gambar 3. Gambar 6 menunjukkan kenaikan harga input dari P X0 menjadi P X1 mengakibatkan TC dan kemiringannya meningkat pula (TC 0 menjadi TC 1 ). Syarat untuk mendapatkan profit yang maksimum berdasarkan kurva yaitu ketika kurva TVP dan TC berada pada posisi yang sejajar atau jarak antara TC dengan TVP maksimum. Perubahan kemiringan TC berarti terjadi penyesuaian baru untuk untuk mendapatkan profit yang maksimum dari penggunaan input berdasarkan syarat yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian kenaikan harga input menyebabkan penggunaan input untuk memaksimumkan profit menjadi menurun dari X 0 menjadi X 1. Akibatnya pula terjadi penurunan profit seperti yang tergambar pada Gambar 3 bagian B. Hal ini sesuai dengan persamaan (2) yang menunjukkan secara aljabar bahwa apabila P X naik dengan asumsi faktor lain dianggap tetap akan menyebabkan penurunan keuntungan atau profit. 32

TVP (Rp) TVP 1 TVP 0 TC 1 (A) TC 0 X 1 X 0 X (input) (Rp) 1 Profit ( ) 0 (B) X 1 X 0 X (input) VMP (Rp) P X1 P X0 (C) Gambar 6. X 1 X 0 X (input) Pengaruh Kenaikan Total Biaya Terhadap Penggunaan Input dan Keuntungan Sumber : Doll dan Orazem (1984) 33

3.1.4. Skala Usaha dan Biaya Produksi Analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah suatu perusahaan beroperasi pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale) atau tidak ekonomis (diseconomies of scale). Hal ini karena skala usaha menunjukkan hubungan antara biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran (size) usaha. Dengan demikian, bila perluasan usaha bertambah, tetap atau berkurang dapat pula mencerminkan bahwa perluasan usaha tersebut diikuti oleh biaya produksi rata-rata yang menurun, tetap atau bertambah. Di dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang. Kurva yang menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop (envelope curve). Kurva ini merupakan kurva biaya rata-rata jangka panjang atau long-run average cost (kurva LRAC), yang melingkupi semua kemungkinan kurva biaya rata-rata jangka pendek. Rp/Q LRAC AC 1 AC n Skala ekonomis AC 2 Skala tidakekonomis Q x Q Gambar 7. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang Sumber : Sukirno (1985) 34

Skala kegiatan produksi dikatakan bersifat skala ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi yang menyebabkan kegiatan produksi bertambah efisien. Pada Gambar 7 ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah. Skala kegiatan produksi bersifat tidakekonomis apabila penambahan kapasitas memproduksi menyebabkan biaya rata-rata menjadi semakin tinggi. Ditunjukkan pada bagian kurva LRAC yang semakin bertambah tinggi setelah produksi melebihi Q x. Telah menjadi prinsip dasar bagi seorang pelaku usaha untuk memaksimalkan keuntungan yang mereka terima (profit maximization). Prinsip ini juga berlaku pada pengrajin tempe dalam kegiatan produksinya. 3.2. Kerangka Operasional Kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe, sebagian besar masih dipenuhi dari kedelai impor. Ketergantungan pada kedelai impor yang relatif tinggi (lebih dari 60 persen), membuat harga kedelai cenderung tidak stabil, karena mengikuti pergejolakan ekonomi di negara asal kedelai tersebut. Tahun 2008 harga kedelai impor melonjak tajam lebih dari 100 persen. Hal ini tentu saja berdampak pada kegiatan produksi pengrajin tempe. Terlebih lagi kedelai menjadi bahan baku utama dalam produksi tempe, sehingga adanya kenaikan harga kedelai tentu akan sangat memengaruhi kegiatan produksi pengrajin tempe. Pengrajin tempe sebagai produsen yang rasional akan melakukan penyesuaian input akibat kenaikan harga kedelai, agar tetap mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sebenarnya pengrajin tempe selain melakukan penyesuaian input, juga dapat melakukan penyesuaian harga. Namun karena pengrajin tempe berada dalam struktur pasar persaingan sempurna, maka sulit bagi pengrajin untuk langsung menaikkan harga jual tempe ketika harga beli kedelai meningkat. Penyesuaian input yang dilakukan pengrajin yaitu dengan cara mengurangi pemakaian input yang memberikan biaya cukup besar bagi pengrajin. Salah satu 35

input tersebut bagi pengrajin tempe adalah kedelai. Namun karena kedelai merupakan input utama yang tidak dapat disubstitusi dengan komoditas lain, maka pengurangan input kedelai diduga akan diimbangi dengan pengurangan penggunaan input lainnya seperti tenaga kerja. Di sentra industri tempe Semanan, Jakarta Barat terdapat tiga skala produksi pengrajin tempe. Pengrajin skala kecil, menengah, dan besar. Akibat perbedaan skala tersebut diduga bahwa struktur biaya dan dampak kenaikan harga kedelai pada tiga skala produksi pengrajin tempe akan berbeda-beda. Struktur biaya pengrajin tempe akan dinalisis dengan memperbandingkan biaya total rata-rata produksi tempe pada tiga skala produksi tempe yang berbeda. Adapun dampak kenaikan harga kedelai dapat dianalisis dengan menggunakan program Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). Dari hasil analisis struktur biaya dan dampak kenaikan harga kedelai, dapat diketahui skala mana yang paling ekonomis dan berpengaruh terhadap perubahan harga kedelai. Kerangka pemikiran operasional ini dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. 36

Ketergantungan pada kedelai impor yang relatif tinggi (lebih dari 60 persen) Harga kedelai impor cenderung terus meningkat Dampak kenaikan harga kedelai sebagai input bagi pengrajin tempe Pengrajin tempe sebagai produsen yang rasional akan melakukan penyesuaian input akibat kenaikan harga kedelai, agar tetap mendapatkan profit yang maksimum Skala produksi pengrajin tempe yang berbeda-beda, tergantung jumlah penggunaan kedelai setiap harinya Membandingkan tiga skala produksi pengrajin tempe Analisis struktur biaya (kondisi optimal) Analisis Linear Programming Biaya tetap dan biaya variabel Perubahan harga kedelai sebagai kendala bahanbaku Skala produksi yang paling sensitif terhadap perubahan harga kedelai Penyesuaian skala produksi pengrajin tempe Gambar 8. Diagram Alur Pemikiran Operasional 37