BPSPROVINSI JAWATIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 47/07/35/Th.XIV, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,23 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan dibandingkan ember 2015 turun sebesar 0,23 poin persen, yaitu dari 12,28 persen pada ember 2015 menjadi 12,05 persen pada. Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester (ember 2015 s.d. et 2016) penduduk miskin di perkotaan turun 0,47 poin persen, sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan 0,17 poin persen. Pada periode ember 2015 -, garis kemiskinan meningkat sebesar 1,67 persen atau Rp. 5.297 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 316.464 per kapita per bulan pada ember 2015 menjadi Rp.321.761 per kapita per bulan pada. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan meningkat sebesar 1,70 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan meningkat 1,68 persen. Kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (1,68 persen untuk perkotaan dan 1,22 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (1,75 persen untuk perkotaan dan 3,11 persen untuk perdesaan). Berdasarkan komoditas makanan, ada 6 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok filter, gula pasir, telur ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan sebesar 0,141 poin, yaitu dari 2,126 pada ember 2015 menjadi 1,985 pada et 2016. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,182 poin) serta di perdesaan (0,071 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,139 poin atau menjadi 0,474 pada. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016 1

Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Selama periode ember 2015 -, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,23 poin persen, yaitu dari 12,28 persen ember 2015 menjadi 12,05 persen (Gambar 1). Penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan jumlah penduduk miskin pada ember 2015 sebanyak 4.775,97 ribu jiwa menjadi sebanyak 4.703,30 ribu jiwa pada atau turun sebesar 72,67 ribu jiwa. 25 Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di JawaTimur Tahun 2008 2016 *) 20 15 10 5 2008 2009 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2008-2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode ember 2015 - et 2016 penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan (turun 0,47 poin persen), sementara di perdesaan mengalami kenaikan persentase penduduk miskin (naik 0,17 poin persen). Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode ember 2015- antara lain adalah: a. Selama periode ember 2015- terjadi inflasi sebesar 1,31 persen b. Harga beras mengalami penurunan 0,10 persen, yaitu dari Rp. 9.702 per kg pada ember 2015 menjadi Rp. 9.690 per kg pada. c. Selama periode ember 2015-, selain beras harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras dan tempe, yaitu masing-masing turun sebesar 3,54 persen dan 0,17 persen. 2 Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016

Daerah/Tahun Perkotaan Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal, et 2009 s/d *) Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) et 2010 152.965 60.418 213.383 1.873,55 10,58-1,59 et 2011 169.242 65.303 234.546 1.774,63 9,87-0,71 2011 174.210 68.193 242.403 1.742,32 9,66-0,21 et 2012 175.806 69.499 245.305 1.639,65 9,06-0,60 2012 et 2013 2013 2014 2015 Perdesaan 182.073 187.350 200.620 206.858 210.198 216.139 222.168 225.900 71.874 77.853 78.033 80.723 83.193 88.779 92.152 93.762 253.947 265.203 278.653 287.582 293.391 304.918 314.320 319.662 1.616,40 1.561,45 1.631,10 1.535,81 1.531,89 1.524,62 1.571,15 1.518,79 8,90 8,57 8,90 8,35 8,30 8,19 8,41 7,94-0,16-0,33 0,33-0,55-0,05-0,11 0,22-0,47 et 2010 139.806 46.073 185.879 3.655,76 19,74-1,26 et 2011 155.457 50.818 206.275 3.614,34 18,26-1,48 2011 161.141 53.025 214.166 3.509,13 17,66-0,60 et 2012 167.352 54.864 222.216 3.459,35 17,35-0,31 2012 et 2013 2013 2014 2015 Perkotaan+ Perdesaan 176.674 189.172 202.651 209.263 215.641 230.565 240.911 243.840 57.882 61.358 66.643 69.166 71.157 74.839 77.532 79.939 234.556 250.530 269.294 278.429 286.798 305.404 318.443 323.779 3.376,35 3.243,56 3.261,91 3.250,98 3.216,53 3.264,50 3.204,82 3.184,51 16,88 16,15 16,23 16,13 15,92 16,18 15,84 16,01-0,47-0,73 0,08-0,10-0,22 0,26-0,34 0,17 et 2010 146.240 53.087 199.327 5.529,30 15,26-1,42 et 2011 162.017 57.711 219.727 5.388,97 14,27-0,99 2011 167.360 60.243 227.602 5.251,45 13,85-0,42 et 2012 171.375 61.827 233.202 5.099,01 13,40-0,45 2012 et 2013 2013 2014 2015 179.244 188.306 201.683 208.116 213.043 223.641 231.914 236.455 64.540 69.205 72.075 74.681 76.902 81.530 84.549 85.307 243.783 257.510 273.758 282.796 289.945 305.171 316.464 321.761 4.992,75 4,805,01 4.893,01 4.786,79 4.748,42 4.789,12 4.775,97 4.703,30 13,08 12,55 12,73 12,42 12,28 12,34 12,28 12,05 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Panel et 2010, Susenas et/ember 2011-2015, dan Susenas Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk -0,32-0,53 0,18-0,32-0,14 0,06-0,06-0,23 Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016 3

Perubahan Garis Kemiskinan ember 2015 - Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas, pada periode ember 2015 -, garis kemiskinan meningkat sebesar 1,67 persen atau Rp. 5.297 per kapita perbulan, yaitu dari Rp.316.464 perkapita perbulan pada ember 2015 menjadi Rp.321.761 per kapita perbulan pada. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,49 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 1,70 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 1,68 persen. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (1,68 persen untuk perkotaan dan 1,22 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (1,75 persen untuk perkotaan dan 3,11 persen untuk perdesaan). Pada, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 22,07 persen di perkotaan dan 25,25 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (8,89 persen di perkotaan dan 9,30 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah gula pasir, telur ayam ras, tempe, tahu, dan seterusnya. Tabel 2. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Komoditi Perkotaan (%) Komoditi Perdesaan (%) (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 22,07 Beras 25,25 Rokok kretek filter 8,89 Rokok kretek filter 9,30 Telur ayam ras 3,13 Gula pasir 3,25 Tempe 3,07 Telur ayam ras 3,20 Gula pasir 2,95 Tempe 2,84 Tahu 2,86 Tahu 2,79 Mie instan 2,45 Mie instan 2,58 Daging ayam ras 2,30 Bawang merah 2,35 Bawang merah 2,16 Kopi bubuk dan kopi instan 2,15 Kopi bubuk dan kopi instan 1,95 Cabe rawit 2,05 Bukan Makanan Perumahan 7,13 Perumahan 6,44 Bensin 4,06 Bensin 3,33 Listrik 2,76 Listrik 1,74 Pendidikan 2,64 Pendidikan 1,41 Perlengkapan mandi 1,62 Perlengkapan mandi 1,28 Pakaian jadi perempuan dewasa 0,98 Kayu bakar 1,27 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas 4 Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016

Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu pakaian jadi perempuan dewasa yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perkotaan dan kayu bakar yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Pemahaman kemiskinan secara holistik sangat dibutuhkan, agar dalam implementasi kebijakan yang diambil dapat terfokus dan efisien. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi yang juga perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 dalam satu semester ini menunjukkan penurunan 0,141 poin atau sebesar 2,126 pada ember 2015 menjadi 1,985 pada. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,182 poin), serta di perdesaan (0,071 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,139 poin atau menjadi 0,474 pada. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2 antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari nilai P1 dan P2, di mana nilai kedua indeks (P1 dan P2) di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016 5

Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tempat Tinggal, et 2010- *) Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) et 2010 1,533 3,183 2,377 et 2011 1,505 2,964 2,270 ember 2011 1,254 2,671 1,996 et 2012 1,249 2,315 1,808 ember 2012 1,285 2,524 1,935 et 2013 1,314 2,318 1,840 ember 2013 1,423 2,663 2,071 1,160 2,486 1,853 ember 2014 1,245 2,415 1,857 1,279 2,787 2,063 ember 2015 1,285 2,903 2,126 1,103 2,832 1,985 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) et 2010 0,374 0,790 0,587 et 2011 0,344 0,721 0.541 ember 2011 0,281 0,626 0,461 et 2012 0,270 0,477 0,379 ember 2012 0,296 0,568 0,439 et 2013 0,329 0,525 0,432 ember 2013 0,335 0,656 0,503 ember 2014 ember 2015 0,269 0,306 0,314 0,374 0,231 0,597 0,589 0,719 0,834 0,708 0,440 0,454 0,525 0,613 0,474 Sumber: BPS, diolah dari Susenas Panel et 2010, Susenas et/ember 2011-2015, Susenas Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk 6 Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016

Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (P0), yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkal per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan. Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016 7

BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: BIDANG DJAMAL, STATISTIK SE, M.Sc SOSIAL Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Telepon : 031-8439343 E-mail : bps3500@bps.go.id Telopon: 031-8438873 E-mail: bps3500@surabaya.wasantara.net.id 8 Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016