BAB I PENDAHULUAN. Memprediksi kondisi financial distress perusahaan penting untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)

PENGARUH KONDISI KESEHATAN BANK DENGAN RASIO CAMELS TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar tahun 2008 terjadi krisis keuangan global di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dunia yang dibarengi dengan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ( BURSA EFEK INDONESIA )

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

BAB-I. mengalir ke dalam perbankan, juga melimpahnya jenis tabungan yang di. fungsi kebijakan moneter. Bank sebagai institusi yang bertujuan untuk

MANFAAT ANALISIS DU PONT UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN (Studi Kasus pada Indeks LQ-45) SKRIPSI. Oleh : IKA RATNAWATI /FE/EA

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan apabila

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat, cerdas dan semakin berisiko. Perluasan industri biasa dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. saja namun juga pihak eksternal. Pihak-pihak yang memanfaatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam perekonomian suatu negara sangatlah penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tuntutan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi baru, bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. stabil. Stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peluang masing-masing pelaku bisnis untuk meraih keuntungan dan. keuangan menjadi penting dan strategis (Imanzadeh et al. 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya ditandai dengan mengalami kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada

BAB II LANDASAN TEORI. oleh para pelaku bisnis. Akuntansi mempunyai peran untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB 1 PENDAHULUAN. sengit antara perusahaan. Banyak inovasi-inovasi baru yang ditemukan agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG GO PUBLIC

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dan berguna bagi semua pemakai laporan serta pihakpihak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam jangka panjang yang tidak terbatas. Hal ini berarti dapat

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis global telah menyebabkan kegiatan dunia usaha di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

MANFAAT INFORMASI RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin ketat antara pasar dalam negeri dan luar negeri dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang menerpa dunia telah berimbas pula pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berperan dalam sektor ekonomi. Sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

perbankan semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilakukan arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa yang akan datang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memprediksi kondisi financial distress perusahaan penting untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan sebagai bagian dari sistem peringatan dini (early warning system) bagi manajemen. Manajemen dapat melakukan antisipasi dan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham dan kreditor, prediksi ini sebagai dasar pengambilan keputusan menghadapi berbagai kemungkinan yang buruk terkait stabilitas keuangan perusahaan di masa depan. Financial distress merupakan salah satu tanda awal kebangkrutan. Suatu perusahaan yang mengalami financial distress secara temporer akan mengalami kesulitan likuiditas untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Jika hal ini terus berlanjut akan berujung kepada kebangkrutan perusahaan. Munculnya berbagai penelitian mengenai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan (Endri [2009]). Penelitian mengenai prediksi kebangkrutan secara modern dimulai oleh William H. Beaver (1967) dalam tulisannya Financial Ratios as Predictors of Failures. Beaver menggunakan metode univariate discriminant analysis dalam memprediksi kebangkrutan dengan menekankan pada rasio-rasio keuangan secara 1

2 univariate (terpisah-pisah). Penelitian ini kemudian diikuti oleh berbagai penelitian lain, baik aplikasi maupun pengembangan modelnya. Bellovary dkk. (2007) mencatat terdapat 165 studi sejak tahun 1930-an. Untuk menyempurnakan metode yang digunakan Beaver, pada tahun 1968 Edward I. Altman mengembangkan model dengan menggunakan metode multiple discriminant analysis (analisis diskriminan ganda). Altman menggunakan 22 rasio keuangan yang kemudian diringkas menjadi lima rasio keuangan. Pada penelitian yang pertama Altman menggunakan 66 sampel perusahaan manufaktur, terdiri dari 33 perusahaan merupakan perusahaan yang gagal dan 33 perusahaan sukses. Model Altman ini berhasil memprediksi dengan akurasi 95%. Model ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Altman untuk perusahaan yang tidak go public pada tahun 1983. Terakhir pada tahun 1995 dilakukan modifikasi agar dapat digunakan untuk memprediksi semua jenis perusahaan. Model lainnya dengan metode yang sama dikembangkan oleh Deakin (1972) menggunakan 32 sampel perusahaan yang bangkrut dan 32 perusahaan yang sehat, dengan akurasi 97% untuk satu tahun sebelum bangkrut dan 96,5% untuk dua tahun sebelum bangkrut. Blum (1974) menggunakan 115 perusahaan yang bangkrut dan 115 tidak bangkrut. Menggunakan 12 rasio keuangan dengan akurasi 93%-95% (satu tahun sebelum), 80% (dua tahun sebelum) dan 70% (3-5 tahun sebelum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio cash flow to total debt adalah rasio yang paling penting.

3 Springate (1978) menggunakan 19 rasio keuangan yang umum dan memilih empat rasio yang dapat membedakan sound business perusahaan yang gagal (failed). Model ini dapat memprediksi 40 sampel perusahaan dengan keakuratan 92,5%. Menurut Altman (2000), metode analisis diskriminan mempunyai kelebihan dalam mempertimbangkan karakteristik umum dari perusahaan-perusahaan yang relevan, termasuk interaksi antar perusahaan tersebut. Pendekatan analisis diskriminan dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z-score diketahui. Dalam studi terhadap 165 penelitian model kebangkrutan oleh Bellovary dkk. (2007) pada periode waktu 1930-2007 menunjukkan bahwa metode pembentukan model dengan multiple discriminant analysis dan metode neural network merupakan metode yang paling dapat diandalkan (most promising) dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada metode yang lain seperti Logit Analysis dan Probit Analysis (Tabel 1.1). Bellovary dkk. (2007) menyatakan bahwa berbagai model prediksi kebangkrutan yang telah dikembangkan, secara empiris menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk memprediksi. Bila demikian tentu model-model tersebut akan sangat berguna jika dipakai oleh para auditor, manajer, kreditor dan analis. Namun, ternyata berbagai model tersebut belum digunakan secara luas, karena

4 ketidaksesuaian karakteristik perusahaan dan industri di masing-masing negara atau area penelitian. Altman (2000) juga menegaskan bahwa model yang dikembangkan tidak dapat mutlak digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda jika menggunakan objek yang berbeda. Para peneliti pun terus mengembangkan model-model yang baru dan lebih baik. Tabel 1.1 Kemampuan Prediksi Model Lowest Accuracy Highest Accuracy Studies which obtained Highest Accuracy MDA 32% 100% Edminster [1972]; Santomero and Vinso [1977]; Marais [1980]; Betts and Belhoul [1982]; El Hennawy and Morris [1983]; Izan [1984]; Takahashi et al. [1984]; Frydman et al. [1985]; Patterson [2001]. Logit analysis 20% 98% Dambolena and Shulman [1988] Probit analysis 20% 84% Skogvik [1990] Neural networks 71% 100% Messier and Hansen [1988]; Guan [1993]; Tsukuda and Baba [1994]; El-Temtamy [1995] Sumber: Bellovary dkk. (2007) Sori dan Kharbari (2006) mengembangkan model dengan metode analisis diskriminan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan Malaysia. Sampel menggunakan 33 pasang untuk masing-masing perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak. Memilih lima rasio dari 64 rasio keuangan dengan tingkat akurasi sebesar 88%. Zu amah (2005) membuat dan membandingkan model kepailitan menggunakan rasio keuangan berbasis akrual dan berbasis aliran kas dengan metode analisis diskriminan dengan sampel perusahaan semua perusahaan non perbankan dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2001.

5 Nugroho (2012) mengembangkan model untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Penelitian ini mengembangkan suatu model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode analisis diskriminan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang sepengetahuan penulis, belum banyak studi kebangkrutan dengan objek penelitian perusahaan BUMN. Perusahaan BUMN dipilih sebagai objek penelitian karena perannya yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33, pemerintah mengharapkan peranan strategis BUMN sebagai pengelola sumber-sumber daya penting dan industri strategis yang profesional serta sebagai penggerak perekonomian bangsa. Dengan semakin baiknya kinerja BUMN diharapkan semakin mendorong kemajuan ekonomi bangsa. BUMN telah memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan nasional. Melalui kontribusi dividen yang disetorkan ke kas negara, pemerintah mendapatkan dana yang cukup besar untuk mendanai pembangunan. Selama periode tahun 2011 perusahaan-perusahaan BUMN memperoleh pendapatan sebesar Rp1.387,6 triliun dengan total perolehan laba sebesar Rp123,93 triliun dan menyetor dividen kepada negara mencapai Rp28,1 triliun. Kementerian BUMN menargetkan pada tahun 2012 laba bersih BUMN dapat mencapai Rp145 triliun dengan target dividen sebesar Rp30,7 triliun (Kementerian BUMN, 2012). Mengingat perannya yang strategis dalam kontribusi pendanaan pembangunan dan penggerak ekonomi bangsa, maka akan menjadi masalah

6 apabila perusahaan-perusahaan BUMN tersebut menunjukkan kinerja keuangan yang buruk. Pada tahun 2011, dari jumlah total 141 BUMN terdapat 22 perusahaan yang mengalami kerugian dengan total kerugian sebesar Rp3,2 triliun. Menteri BUMN Dahlan Iskan bahkan akan berencana menutup 31 BUMN yang disebutnya seperti mayat. Masih ada perusahaannya, tetapi sudah tidak beroperasi, tinggal dikubur saja katanya sebagaimana dikutip dari detik.com (2012). Untuk mengatasi BUMN yang mengalami kesulitan keuangan telah banyak dana dari APBN yang disuntikkan pemerintah agar perusahaan tersebut dapat berkinerja lebih baik. Selama tahun 2011, suntikan dana kepada BUMN sebesar Rp21,12 triliun dalam bentuk penanaman modal negara (PMN) sebesar Rp9,4 triliun dan dalam bentuk subsidiary loan agreement (SLA) sebesar Rp11,72 triliun (Jurnas.com, 2011). Belum lagi investasi awal yang telah dikeluarkan pemerintah untuk mendanai pendirian perusahaan-perusahaan ini yang nilainya jauh lebih besar. Jika perusahaan-perusahaan BUMN tersebut dapat berkinerja baik, maka dana yang besar ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang menyentuh langsung kesejahteraan rakyat. Pemerintah perlu memprediksi kondisi financial distress perusahaan sebagai salah satu instrumen untuk mengurangi risiko investasi pemerintah pada BUMN. Prediksi ini sebagai early warning system untuk memberikan sinyal kepada pemerintah agar segera mengambil langkah-langkah strategis penyelamatan perusahaan guna menghindari kerugian lebih besar yang akan membawa kepada kebangkrutan. Terkait hal itu, maka pada tulisan ini akan

7 dilakukan penelitian dengan judul Prediksi Financial Distress Perusahaan BUMN di Indonesia. 1.2 RUMUSAN MASALAH Penelitian Bellovary dkk. (2007) dan Altman (2000) memberikan informasi perlunya untuk mengembangkan suatu model prediksi kebangkrutan sesuai dengan karakteristik objek penelitian, yang pada penelitian ini adalah perusahaan BUMN. Model yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai representasi kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya digunakan untuk mengurangi ketidakpastian di masa depan dengan memprediksi kondisi financial distress perusahaan (Avianti [2000] dalam Zu amah [2005]). Apakah rasio-rasio keuangan yang digunakan mempunyai kemampuan untuk membedakan perusahaan yang mengalami financial distress atau tidak, dan apakah model yang dibangun mempunyai kemampuan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan BUMN adalah dua pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris kemampuan rasiorasio keuangan yang membentuk model dalam membedakan perusahaan yang mengalami financial distress atau tidak, dan menguji kemampuan model yang dibangun untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan BUMN.

8 1.4 MANFAAT PENELITIAN Dari penelitian ini nantinya diharapkan hasil yang diperoleh dapat berkontribusi baik pada teori maupun praktik: 1. Kontribusi Teori Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan teori dalam pengembangan model untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan milik pemerintah (BUMN) dan diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian di masa yang akan datang pada topik yang sejenis. 2. Kontribusi Praktik Bagi dunia praktik, yaitu pemegang saham, investor dan kreditor penelitian ini berguna sebagai pertimbangan untuk keputusan ekonomi dan sebagai salah satu sistem peringatan dini (early warning system) untuk memonitor atau mengawasi kinerja BUMN bagi instansi yang berwenang, yakni Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.

9 1.5 KERANGKA BERPIKIR Rasio-rasio Keuangan: - Net Income to Total Assets - Current Asset to Current Liabilities - Working Capital to Total Assets - Retained Earnings to Total Assets - EBIT to Total Assets Kondisi Perusahaan: -Mengalami financial distress -Tidak Mengalami financial distress Menguji kemampuan rasio-rasio keuangan dalam memprediksi Menguji keakuratan model dalam memprediksi Hasil/Kesimpulan Sebuah model yang dapat memprediksi kondisi financial distress perusahaan BUMN di Indonesia Gambar 1. 1 Kerangka Berpikir 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Guna memudahkan pembahasan, penelitian ini mengikuti sistematika penulisan yang dibagi menjadi lima bab sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Pada bab pertama ini diuraikan latar belakang penelitian yang kemudian diikuti dengan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

10 Bab II:Tinjauan Pustaka Teori dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan area penelitian ini akan dibahas dalam bab ini. Landasan teori ini diperoleh dari buku teks, literatur dan jurnal-jurnal terkait yang kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Bab III: Metodologi Penelitian Dalam bab ini dijelaskan teknik pengambilan sampel, prosedur pengambilan data, model penelitian, variabel penelitian serta pengukurannya dan langkah-langkah pengujian hipotesis. Bab IV: Analisis Data Bab ini berisi hasil statistik deskriptif, hasil pengolahan data dan hasil pengujian hipotesis. Bab V: Diskusi, simpulan dan saran Pada bab ini berisi diskusi pembahasan hasil penelitian, simpulan hasil penelitian, saran-saran bagi pihak terkait dan peluang perbaikan untuk penelitian selanjutnya.