BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Di Indonesia, penelitian terakhir di Depok antara tahun 2001 dan 2005 mendapatkan prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7%. Demikian juga di Makasar, prevalensi diabetes tahun 2005 mencapai 12,5%. Menurut perkiraan WHO, Indonesia akan menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, menunjukkan kenaikan 2 tingkat dibanding tahun 1995. 1 Berbagai penelitian eksperimental dan observasional telah membuktikan bahwa hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi secara berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dan mengurangi aktivitas antikoagulasi dari sistem hemostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan penderita diabetes melitus berada dalam keadaan hiperkoagulasi. 2,3 Virchow (1845) menyatakan bahwa perubahan daya beku darah menjadi salah satu faktor utama yang berperan dalam patofisiologi terjadinya trombosis. Darah yang mengalami hiperkoagulasi cenderung
lebih mudah membeku bila mendapat stimulus koagulasi, dan bekuan yang terbentuk akan lebih sulit untuk dilarutkan. 4,5 Trombosis adalah suatu keadaan dimana terjadi pembentukan massa abnormal yang berasal dari komponen-komponen darah di dalam sistem peredaran darah. 6,7 Trombosis menjadi salah satu penyulit yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Sekitar 80% kematian pada penderita DM disebabkan trombosis, tiga perempatnya karena komplikasi kardiovaskular, berupa trombosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung, otak dan kaki yang bermanifestasi klinik sebagai infark miokard, stroke, ulkus dan gangren kaki diabetik. 8,9 Diabetes melitus akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu perubahan-perubahan proses trombosis dan fibrinolisis. Kelainan ini disebabkan adanya resistensi insulin terutama yang terjadi pada pasien DM Tipe 2. Peningkatan fibrinogen serta aktivitas faktor VII dan Plasminogen Activator Inhibitor (PAI 1) di dalam plasma akan menyebabkan penurunan urokinase dan meningkatkan agregasi trombosit. Over ekspresi PAI-1 diduga terjadi akibat pengaruh langsung dari insulin dan proinsulin. Berbagai penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus melaporkan peningkatan kadar dari berbagai faktor pembekuan darah yang berperan pada jalur intrinsik (kallikrein, vwf, F VIII, FIX, F.XII), maupun yang berperan pada jalur ekstrinsik (TF dan F.VII). 8,10
Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa pada penderita diabetes melitus terdapat keadaan hiperkoagulasi yang disebabkan oleh hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi pada penderita diabetes mellitus dapat memicu terjadinya perubahan pada komponen-komponen yang berperan dalam faal hemostasis sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas koagulasi dengan penurunan aktivitas fibrinolisis. Abnormalitas hemostasis yang muncul ini akan mempermudah terjadinya aktivasi proses hemostasis dan menyebabkan respon koagulasi yang terjadi berlangsung secara berlebihan. Adanya keadaan hiperkoagulasi ini akan menyebabkan penderita diabetes melitus memiliki kecenderungan yang meningkat untuk mengalami trombosis dibandingkan dengan penderita non diabetes melitus. 8,11,12 Acang dan Jalil (1993) melakukan penelitian tentang hiperkoagulasi pada DM dan mendapatkan adanya pemendekan nilai PT dan aptt pada pasien-pasien DM. Penelitian lain oleh Carmassi F dkk (1992) tentang koagulasi dan perburukan sistem fibrinolisis pada Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) juga mendapatkan keadaan hiperkoagulasi pada pasien dengan kontrol glikemik yang buruk. Hal yang berbeda didapatkan pada penelitian Collier dkk (1992) dimana nilai PT didapatkan normal pada pasien-pasien NIDDM. 13,14,15 Penanda aktifitas fibrinolisis dan kerjanya pada pasien DM menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Reverter dkk (1997) mendapatkan adanya peningkatan D Dimer pada DM.
Hasil yang berbeda dilaporkan pada studi oleh Garcia F dkk (1990) yang mendapatkan adanya penurunan nilai D Dimer pada DM. 16,17 Nilai fibrinogen plasma merupakan faktor pembekuan abnormal yang paling konsisten pada DM. Hal ini dibuktikan oleh Acang dan jalil (1993), Collier dkk (1992), Carmassi F dkk (1992), Rosove dkk (1984), Borsey dkk (1984), Adelstein dkk (1979) dimana seluruh studi mendapatkan hal yang sama, yaitu adanya peningkatan nilai fibrinogen pada DM. 13,14,15,18,19,20 Keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor resiko yang mempermudah dan memperberat trombosis dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium terhadap beberapa parameter fungsi hemostasis. 21 Sehubungan masih sedikitnya penelitian tentang status koagulasi pada penderita DM tipe 2 di Indonesia khususnya di Medan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini 1.2. Perumusan Masalah Apakah keterkendalian gula darah berhubungan dengan status hemostasis pada pasien DM tipe2. 1.3. Hipotesa Ada hubungan keterkendalian gula darah dengan status hemostasis pada pasien DM tipe2 1.4. Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan keterkendalian gula darah dengan status hemostasis pada pasien DM tipe 2
1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti dibidang Endokrinologi Metabolik dan Hematologi-Onkologi, khususnya mengenai hubungan keterkendalian gula darah dengan gangguan hemostasis pada pasien DM tipe 2. 1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada penderita DM yang mempunyai resiko terjadinya trombosis. 1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian : memberi data awal kepada Divisi Endokrinologi Metabolik dan Hematologi-Onkologi, tentang Hubungan keterkendalian gula darah dengan gangguan hemostasis pada pasien DM tipe 2.