UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah. Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

1

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. dari usia neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007).

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang merupakan makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan (Tarigan, 2011). ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan, tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes (WHO, 2002). World Health Organization (WHO) menganjurkan bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI (MP-ASI) selama 2 tahun pertama. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan anjuran WHO sejak tahun 2004 melalui dengan dikeluarkannya Kepmenkes No.450/MENKES/IV/2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi, Undang-undang (UU) No. 36 pasal 128 tahun 1

2 2009 tentang kesehatan, serta Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2014 tentang pemberian ASI eksklusif. Meskipun keunggulan dan manfaat ASI dalam menunjang kelangsungan hidup bayi telah banyak diketahui, dalam kenyataannya belum diikuti pemanfaatan pemberian ASI secara optimal. Kecenderungan ibu dalam memberikan ASI masih rendah, sebaliknya penggunaan susu formula cenderung meningkat. Proporsi pemberian ASI eksklusif berdasarkan beberapa survey mengindikasikan masih jauh dari target yang diharapkan Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar 80%. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan jumlah bayi yang menyusu pada 1 jam pertama setelah lahir (inisiasi menyusu dini, IMD) baru mencapai 3,7% sementara pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia 4 bulan adalah 55,1% dan sampai dengan usia 6 bulan adalah 39,5%. Sedangkan data SDKI tahun 2007, angka IMD sebesar 43,9%, sementara pemberian ASI eksklusif sampai dengan 4 bulan sebesar 40,6%, dan sampai bayi berusia 6 bulan sebesar 32,4%. Sedangkan data SDKI tahun 2012, angka pemberian ASI eksklusif sampai dengan 4 bulan sebesar 48,9% dan sampai bayi berusia 6 bulan sebesar 27,1%. Sementara itu, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 serta menjadi 28,7% pada tahun 2012. Angka

3 keberhasilan program ASI eksklusif di Indonesia secara keseluruhan cenderung menurun. Dalam rangka meningkatkan proporsi pemberian ASI eksklusif, WHO bersama United Nations Children s Fund (UNICEF) mengusung Ten steps to succesful breastfeeding atau 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Dalam 10 langkah menuju keberhasilan menyusui tersebut, salah satu hal yang menjadi langkah peningkatan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan inisiasi menyusu dini (IMD). Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia dipengaruhi beberapa hal antara lain belum optimalnya penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui tersebut di rumah sakit dan sarana layanan kesehatan, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang ASI eksklusif, rendahnya pengetahuan ibu dan anggota keluarga lain mengenai manfaat ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dari petugas kesehatan, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan genjarnya pemasaran susu formula (Fahriani R, 2013). Selain itu penelitian di Peninsular Malaysia menemukan ibu yang berusia lebih tua ( 25 tahun) memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang berusia lebih muda (<25 tahun). Selain itu ditemukan juga kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan primipara. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan ASI eksklusif juga ditunjukkan pada

4 penelitian tersebut, yang menemukan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan keberhasilan ASI eksklusif selama 6 bulan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi angka pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang mengkaji pengaruh ibu bekerja terhadap ASI eksklusif, juga dilakukan dalam penelitian ini yang menemukan bahwa ibu bekerja memiliki resiko lebih besar untuk menghentikan memberikan ASI eksklusif, dibandingkan ibu yang tidak bekerja atau bekerja di rumah (Leong TK, 2011). Selain penelitian diatas, pengetahuan ibu berperan penting dalam kesuksesan pemberian ASI eksklusif. Penelitian di Surakarta tahun 2011 dan Jakarta tahun 2013 menemukan, ibu yang memiliki pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses memberikan ASI eksklusif (Juliastuti R, 2011). Sudah ada beberapa penelitian di Yogyakarta mengenai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, namun masih perlu dilakukan penelitian dalam rangka meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif yang masih rendah jumlahnya. Atas dasar masalah tersebut, penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan faktor-faktor pada ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Danurejan 1 & 2, Yogyakarta. 1.2 Masalah penelitian

5 ASI merupakan hak bayi. Namun dalam kenyataannya, tidak semua ibu memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan. Persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah yang ditargetkan oleh Depkes RI yaitu 80 %. Tidak terpenuhinya hak bayi akan ASI ekslusif akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan daya tahan tubuh bayi yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut, terdapat beberapa faktor yang hanya berasal dari ibu itu sendiri. 1.3 Pertanyaan penelitian 1. Apakah terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan: a. Tingkat pendidikan ibu b. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif c. Status pekerjaan ibu d. Umur ibu e. Jumlah paritas ibu f. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum

6 Meningkatkan pemberian ASI eksklusif melalui identifikasi hubungan faktor ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, pekerjaan, umur, dan jumlah paritas ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. 2. Mengetahui proporsi pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Danurejan 1 & 2 tahun 2015. 1.5 Manfaat penelitian Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mengembangkan ilmu pengetahuan serta meninjau kembali ilmu atau teori yang sudah ada mengenai pemberian ASI eksklusif. 2. Karya tulis ini dapat digunakan sebagai pengantar penelitian lebih lanjut, terutama dalam membuat strategi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan kepada bayi. 3. Membantu meningkatkan perhatian masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif 6 bulan. 1.6 Keaslian Penelitian

7 Berikut adalah penelitian lain yang berhubungan dengan judul penelitian mengenai Hubungan Faktor-Faktor Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Danurejan I & II, Yogyakarta : Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 2. 1. Peneliti, Judul Tahun Nurwulan, 1997 Reni, 2013 Pengaruh Status Pendidikan Terhadap Sikap dan Tindakan Dalam Pemberian ASI Eksklusif 4 Bulan di kelurahan Nagarawangi Kecamatan Cihideung, Kabupaten Tasikmalaya Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan IMD di salah satu rumah sakit sayang bayi di Jakarta Desain Penelitian Cross Sectional Cross sectional Kesimpulan Ada pengaruh status pendidikan terhadap sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif 4 bulan. Faktor yang terbukti mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah faktor psikis ibu, dukungan keluarga, pengetahuan ibu yang benar, dan konseling ASI dari petugas kesehatan.

8 Berbeda dengan penelitian dari Nurwulan, penelitian tersebut hanya meneliti satu variabel bebas yaitu pendidikan ibu, sedangkan pada penelitian ini mempunyai 5 variabel bebas lainnya yang merupakan faktor yang berasal dari ibu. Selain itu, tahun dan lokasi penelitian juga berbeda. Sedangkan dibandingkan dengan penelitian Reni, perbedaan terletak pada jumlah variabel bebas, kriteria inklusi, tahun, dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reni, variabel bebas yang digunakan adalah semua faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dan salah satu kriteria inklusi adalah bayi yang telah dilakukan IMD. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, variabel bebasnya adalah faktor yang hanya berasal dari ibu saja dan dalam kriteria inklusi tidak dibedakan bayi yang sudah atau belum dilakukan IMD.