PROFIL DAN PERKEMBANGAN HUKUM BALAI HARTA PENINGGALAN
Sejarah Singkat Balai Harta Peninggalan (wesboedel khamer) dibentuk pertama kali oleh pemerintah Hindia Belandatepatnyapadatanggal1Oktober1624. Tujuan pembentukan Balai Harta Peninggalan dilakukan dalam rangka untuk dapat memenuhi kebutuhan bagi anggota VOC khususnya dalam hal mengurus harta-harta yang ditingggalkan oleh anggota VOC, bagikepentingan para ahli warisnya yangberadadinederland(belanda).
WILAYAH KERJA BHP Berdasarkan Pasal 40 Instruksi Balai-balai Harta Peninggalan di Indonesia Stbl. 1872 No. 166 terdapat 5 BHPdenganwilayahKerjanyayangmeliputi: Balai Harta Peninggalan Jakarta wilayah kerjanya meliputi 8(delapan) propinsi antara lain: Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sumatera Selatan,BangkaBelitung,JambidanKalimantanBarat; Balai Harta Peninggalan Surabaya wilayah kerjanya meliputi 4(empat) wilayah antara lain: Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah:
lanjutan Balai Harta Peninggalan Semarang wilayah kerjanya meliputi 2(dua)wilayah yaitu: Jawa Tengahdan Daerah IstimewaJogyakarta; Balai Harta Peninggalan Medan wilayah kerjanya meliputi 8 (delapan) wilayah yaitu: Sumatera Utara, Jambi, Nangroe Aceh Darussallam, Riau, Kepulauan Riau,SumateraBarat,BengkuludanBangkaBelitung; Balai Harta Peningggalan Makassar wilayah kerjanya meliputi 12 (dua belas) wilayah yaitu: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali, Papua, Papua Barat, Nusa TenggaraTimur,Gorontalo,MalukudanMalukuUtara.
STRUKTUR ORGANISASI BHP Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI secara struktur organisasi, BHP di bawah Divisi Pelayanan Hukum dan HakAsasi Manusia
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BHP Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01.PR.07.01-80 tahun 1980 tanggal 19 Juni 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan menentukan bahwa Balai Harta Peninggalan adalah unit pelaksana penyelenggara hukum di bidang harta peninggalan dan perwalian dalam lingkungan Departemen Kehakiman, yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Hukum dan Peraturan PerundangundanganmelaluiDirekturPerdata.
TUGAS BHP SAAT INI MEWAKILI DAN MENGURUS KEPENTINGAN ORANG- ORANG (BADAN HUKUM) YANG KARENA HUKUM ATAU PUTUSAN HAKIM TIDAK DAPAT MENJALANKAN SENDIRIKEPENTINGANNYABERDASARKANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGANYANGBERLAKU. Sehingga dapat terpenuhi perlindungan atau terayominya hak asasi manusia, khususnya yang karena hukum dan penetapan pengadilan dianggap tidak cakap bertindak di bidang hak milik (personal right) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
FUNGSI BHP BHP Menyelenggarakan fungsi sebagai berikut. Sebagai Pengampu atas anak-anak yang masih dalamkandungan (Ps. 348 KUHPerdata); Pengurus atas diri pribadi dan harta anak-anak yang masih belum dewasa selama bagi merika belum diangkat seorang wali (Ps. 359 KUHPerdata); Sebagai wali pengawas (Ps. 366 KUHPerdata jo Ps 47 Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia);
lanjutan Pemgampu Anak Dalam Kandungan (Ps. 348 KUHPerdata jo. Ps 45 Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia); Selaku Wali sementara (Ps. 359 ayat terakhir KUHPerdata jo Ps. 55 Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia); mewakili kepentingan anak-anak belum dewasa dalam hal adanya pertentangan denag kepentingan wali mereka (Ps. 370 ayat terakhir KUHPerdata jo Ps 25 areglement voor HetCollegievabBoedelmeesteren); mewakili kepentingan si belum dewasa apabila ini bertentangan dengan kepentingan si wali, dengan tidak mengurangi kewajiban2 yang teristimewa dibebankan kepadabalaihartapeninggalan(ps.370kuhpdt);
lanjutan mengurus harta anak-anak belum dewasa dalam hal pengurusan itu dicabut dari wali mereka (Ps. 388 KUHerdata); melakukan pekerjaan Dewan Perwalian (Besluit van den Gouverneur Generaal tanggal 25 Juli 1927 No. 8stb. 1927-382); Pengampu pengawas dalam hal adanya orang-orang yang dinyatakan berada di bawah pengampuan (Ps. 449 KUHPerdata); mengurus harta kekayaan dan kepentingan orang yang dinyatakan tidakhadir (afwezig) (Ps. 463 KUHPerdata jo Ps. 61InstruksiUntukBalaiHartaPeninggalandiIndonesia); mengurus atas harta peninggalan yang tidak ada kuasanya (Ps.1126,1127,1128danseterusnyaKUHPerdata);
lanjutan mendaftar dan membuka surat-surat Wasiat Ps. 41 dan Ps 42OV danps 937,942KUHPerdata); Membuat Surat Keterangan Hak Mewaris bagi golongan Timur Asing selain Cina (Ps. 14 ayat 1Instructie voor de gouvernements Landmeters in Indonesia Stb. 1916 No. 517 (Instruksi Bagi Para Pejabat Pendaftaran Tanah di Indonesia Dan Yang Bertindak Sedemikian, Surat Menteri Dalam Negeri cq. Kepala Direktorat Pendaftaran Tanah Direktorat Jnderal Agraria Departemen Dalam Negeri tanggal 20 Desember 1969 Nomor:Dpt/12/63/12/69) jo Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997;
lanjutan melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit selaku Kurator (Ps. 70 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang jo Ps. 70 Instruksi Untuk BalaiHartaPeninggalandi Indonesia; melakukan pengelolaan dan pengembangan Uang Pihak Ketiga Balai Harta Peninggalan berdasarkan KeputusanMenteriKehakiman.
lanjutan Menerima dan mengelola hasil transfer dana secara tunai yang diserahkan Bank Indonesia kepada BHP sesuai dengan Ps 37 UU No. 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana.
WACANA PENAMBAHAN TUGAS BHP BankIndonesia Selain Transfer dana sebagaimana ditentukan dalam Pasal 37 UU No. 3Tahun 2011, yang mana dalam hal ini BI akan menyerahkan hasil transfer dana secara tunai yang tidak diklaim oleh pihak pentransfer dan penerima transfer kepada BHP, BI juga dalam RUU BHP mengusulkan antara lain:
lanjutan Sisa Asset Bank Dalam Likwidasi yang belum selesai diusulkan untuk diserahkan ke BHP karena alasan waktu penyelesaian likwidasi yang hanya terbatasselama5tahun; Rekening-Rekining daluarsa yang tercatat dan tersimpan pada bank-bank di seluruh Indonesia untukdiserahkankebhp; Asset-asset titipan di bank-bank yang tidak diambil dalam jangka waktu tertentu sesuai ketentuanyangberlakuagardeserahkankebhp.
Alasan-Alasanperlunyadibentuk RUU BHP Alasan Filosofi Bahwa suatu organisasi ada karena kebutuhan. Dibentuknya BHP pada saat itu karena dibutuhkan yaitu untuk mewakili kepentingan para ahli waris dari anggota VOC yang ada di Nederland. Selain itu juga sebagai Kurator berdasarkan Undan-Undang Kepailitan lama (faillisementsverordening Staatbald 1905 No.217 jostaatblad 1906 No. 348.
lanjutan Setelah Indonesia Merdeka 1945 Lembaga BHP,masih tetap dibutuhkan, walaupun hanya untuk sebagian kecilwarganegaraindonesia. Jika mengacu pada KUHPerdata tentang tugas-tugas BHP baik perwalian, pengampuan ketidakhadiran, harta peninggalan yang tidak ada kuasanya dan Undang-Undang Kepailitan, tugas BHP bukan hanya untuk sebagian kecil golongan warga negara, tetapi dapat melaksanakan tugas untuk semua warga negara. Hal ini dikarenakan baik dalam KUHPerdata maupun dalam UU Kepailitan tidak ditentukan penggolongan Warga.
lanjut Tugas BHP dapat berlaku untuk semua warga negara, hal dipertegas dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01.PR.07.01-80 Tahun 1980 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan, yaitu mewakili kepentingan orang-orang maupun badan hukum yang karena hukum dan putusan hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
lanjutan Jika warga negara maupun badan hukum tersebut karena hukum dan putusan hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya, maka BHP dapat bertindak mewakili dan pengurusan atas harta orang maupun badan hukum tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
AlasanSosiologis Secara umum Tugas BHP adalah memberikan perlindungan atau terayominya hak asasi manusia, khususnya yang karena hukum dan penetapan pengadilan dianggap tidak cakap bertindak di bidang hak milik (personal right) berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku. Perlindungan hukum atau terayominya hak-hak asasi manusia merupakan tugas negara yang dibebankan pada lembaga Balai Harta Peninggalan
lanjutan Bahwa suatu lebaga hukum seperti BHP keberadaanya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai pelayan masyarakat BHP melaksanakan tugas tanpa memperhatikan profit atau keuntungan, BHP dibutuhkan dalam hal lembaga lain menolak untuk melakukan pengurusan. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 15 ayat (2) UU. 37 Th 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
lanjutan Dalam hal Debitor, Kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailitsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), atau ayat(5) tidak mengajukan usul pengangkatan Kuratorkepada Pengadilan maka, Balai Harta Peninggalan diangkat selaku Kurator.
lanjutan Dan jika Kurator lain yang diusulkan juga menolak untuk diangkat selaku Kurator maka BHP ditunjuk sebagai Kurator untuk melaksanakan tugas pengurusandanpemberesanhartadebitorpailit. Demikian halnyajikaadasuatu waliyangdiangkat oleh Pengedilan maka BHP ditunjuk selaku Wali Pengawasyangbertindakmelakukan pengawasan tugas perwalian. Tugas wali pengawas ini tidak diberikankepadalembagamanapunselainbhp.
AlasanYuridis Landasan hukum pelaksanaan tugas BHP sebagian besar adalah produk hukum kolonial belanda, bahwa produk hukum tersebut hanya berlaku pada sebagai golongan yang terkesan diskriminatif, hal itu tidak sejalan dengan amanat pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Lanjutan Peraturanperundang-undangsebagailandasan hukumpelaksanaantugasbhp sudahtidaksesuai lagidenganperkembangandankebutuhan hukummasyarakatyang memerlukan perlindungandan pelayananhukum; PerludilakukankodifikasidalambentukUndang- Undang, karenadasarhukumpelaksanaantugas BHP masihtersebardibeberapaperaturandan sebagianbesarmasihterdapatdalamordonansi danstaatbladdi bawahtahun1916;
lanjutan Mengingat BHP masih disangat dibutuhkan keberadaanya di sesuai dengan uraian tugas tersebut di atas, sedangan landasan hukum pelaksanaan tugas BHP masih menggunakan produk hukum peninggalan kolonial yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan di masyarakat, dan untuk kodifikasi beberapa peraturan yang tersebur di beberapa ordonatie dan staatblad, maka Rancangan Undang-Undang Balai Harta Peninggalan perlu mendapat perhatian khusus untuk segera disahkan menjadi Undang-Undang.