24. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

STUDI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI VARIETAS SITU BAGENDIT DENGAN PEMBERIAN LIMBAH SLUDGE DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN Ketinggian tempat ± 90 m dpl, jenis tanah latosol.

BAHAN METODE PENELITIAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

Gusti Handayani, Jonatan Ginting, Haryati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan Corresponding author:

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DENGAN PEMBERIAN POLIMER PENYIMPAN AIR PADA SAWAH BUKAAN BARU SKRIPSI

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM YANG BERBEDA

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (578) :

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

PERIODE KRITIS KOMPETISI GULMA PADA DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L) HIBRIDA SKRIPSI OLEH :

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Transkripsi:

24. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO VARIETAS SITU BAGENDIT TERHADAP PENGOLAHAN TANAH DAN FREKUENSI PENYIANGAN YANG BERBEDA Fadli Heriadi Nasution 1*, Jonathan Ginting 2, Balonggu Siagian 2 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 *Corresponding author : E-mail: fadli_nasution@gmail.com ABSTRACT This research is proposed to find out the response of growth and yield of paddy rice situ bagendit variety by tillage of land ground and frequency of weeding. It was conducted at Dinas Pertanian UPT BBI, Tanjung Selamat with a height of 57 m above sea level on March until June 2012 with the soil which has ever tillage before, by using a Randomized Block Design of two factors, they are tillage of land ground (no tillage, two tillage and three tillage) and frequency of weeding (weeding 7 day, 14 day, 21 day and weeding full). The parameters observed were plant s height, numbers of tiller, numbers of panicle, percentage shell of empty rice, number shell of rice containt, production shell of rice contain, 1000 grain weight, production shell of plot weight dry root and weight dry paddy stem. The results showed that tillage of land ground and frequency of weeding showed significant effects on plant s height of 6 MST, numbers of tiller of 4 MST, numbers of tiller of 8 MST, percentage shell of empty rice, weight dry root and weight dry paddy stem. Key words : paddy rice, soil tillage, weeding ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi padi gogo varietas Situ Bagendit terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pertanian UPT BBI, Tanjung Selamat dengan ketinggian tempat ± 57 m di atas permukaan laut pada bulan Maret sampai Juni 2012 dengan kondisi tanah yang sudah pernah diolah sebelumnya. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor yaitu pengolahan tanah (tanpa olah tanah, pengolahan tanah 2 kali dan pengolahan tanah 3 kali) dan frekuensi penyiangan (penyiangan 7 hari sekali, 14, 21 dan penyiangan penuh. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, persentase gabah hampa, jumlah gabah berisi, produksi gabah berisi, bobot 1000 butir, produksi gabah per plot, bobot kering akar dan bobot kering jerami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 6 MST, jumlah anakan 4 MST, jumlah anakan 8 MST, persentase gabah hampa, bobot kering akar dan bobot kering jerami. Kata kunci : padi gogo, pengolahan tanah, penyiangan

25. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 PENDAHULUAN Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai makanan pokok padi dapat digantikan/disubstitusi oleh bahan makanan lainnya. Namun, padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energy dan 37% protein. Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan komoditas padi sangat penting untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi perhatian di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan beras (Norsalis, 2011). Beberapa faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam, dan pengolahan tanah. Pada saat pengolahan tersebut, tanah bisa dipupuk dengan pupuk organik, sebab bahan organik tersebut dapat menambah kesuburan tanah dan dapat mengikat air dengan membantu tanah menahan air hujan sehingga air pada musim kemarau dapat bertahan lebih lama (Suroto, 2006). Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil sampai 17 % (Lamid. Z, 1984). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi padi gogo varietas Situ Bagendit terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda. BAHAN DAN METODE Varietas yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Padi Gogo Varietas Situ Bagendit. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, Faktor I : (T) pada kondisi tanah yang sudah pernah diolah sebelumnya dengan 3 taraf : T0 = Tanah tanpa dicangkul atau hanya

26. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 dengan pembersihan gulma sebelum tanam; T1 = Pengolahan tanah 2 Kali (1 kali dicangkul, 1 kali dihaluskan) dilakukan pada minggu pertama bersamaan dengan pengolahan pertama pada perlakuan T2; T2 = Pengolahan tanah 3 Kali (2 kali dicangkul, 1 kali dihaluskan) dilakukan seminggu setelah pengolahan pada perlakuan T1. Selang waktu pengolahan antara T1 dan T2 yaitu seminggu dan Faktor II : Frekuensi (S) dengan 4 taraf : S1 = tiap 7 hari sekali; S2 = tiap 14 hari sekali; S3 = tiap 21 hari sekali ; S4 = penuh (bebas gulma). Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, Jumlah tanaman per plot : 42 tanaman, Jumlah sampel per plot : 4 tanaman. Peubah amatan yang diamati adalah Tinggi tanaman, Jumlah anakan, Jumlah malai, Persentase gabah hampa, Jumlah gabah berisi, Produksi gabah berisi, Bobot 1000 butir, Produksi gabah per plot, Bobot kering akar, dan Bobot kering jerami. Pelaksanaan penelitian Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, plot di bentuk dengan ukuran 200 x 100 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan antar blok 50 cm. Kemudian tanah diolah sedalam 30 cm sesuai dengan perlakuan. Pupuk dasar yang digunakan yaitu urea, TSP, dan KCl. Pemupukan dilakukan dua kali dan diberikan secara sistem larikan (5 cm dari lubang tanam). Pemupukan pertama dilakukan tiga hari sebelum penanaman, dengan memberikan Urea 30 g/plot, TSP 20 g/plot, dan KCL 20 g/plot sesuai dosis anjuran. Pemupukan kedua, yaitu urea saja pada saat tanaman berumur 1,5 bulan (ketika muncul anakan) dengan dosis 30 g/plot. Sebelum dilakukan penanaman, sebaiknya dilakukan seleksi benih yang akan ditanam. Benih terlebih dahulu di tampih untuk membuang benih yang hampa dan bersih dari campuran kotoran. Kemudian dilakukan perendaman benih selama 1 jam, benih yang terapung dibuang dan benih yang tenggelam digunakan. Penanaman dilakukan dengan membuat lobang tanam terlebih dahulu dengan jarak tanam 30 x 15 cm. Penanaman dilakukan dengan sistem tabela (tanam benih langsung) dengan cara ditugal. Kedalaman lubang perlu diperhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Benih ditanam di dalam tanah sedalam ±4 cm. Setiap lubang hanya diisi dengan lima benih per lubang tanam. Sebelumnya lubang tanam diisi kompos, setelah benih ditanam, lubang tanam ditutup dengan kompos kembali. Dosis kompos

27. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 disesuaikan dengan dosis anjuran tanaman padi gogo. dilakukan sesuai perlakuan penelitian. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 120 hari. Panen dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan >90% gabah sudah menguning 33 hari setelah berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 6 MST ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. tinggi tanaman (cm) umur 6 dan 8 MST terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda Pengolahan Tanah 6 MST T0 45.73 41.76 43.03 50.05 45.14b T1 49.33 48.50 45.74 49.90 48.37a T2 45.47 41.51 44.59 47.21 44.70b 46.84ab 43.92b 44.45b 49.05a 8 MST T0 67.01 61.61 57.29 69.65 63.89 T1 56.43 68.77 65.52 67.01 64.43 T2 64.38 67.56 65.49 70.06 66.87 62.61 65.98 62.77 68.91 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Tabel 1. perlakuan pengolahan tanah rataan tertinggi pada umur 6 MST terdapat pada perlakuan T1 berbeda nyata dengan T0, T2 dan rataan terendah terdapat pada T2 berbeda tidak nyata dengan T0. Perlakuan penyiangan rataan tertinggi pada umur 6 MST terdapat pada perlakuan S4 berbeda nyata dengan S2, S3 serta berbeda tidak nyata dengan S1 dan rataan terendah terdapat pada S2 berbeda tidak nyata dengan S1, S3 Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan umur 4 dan 8 MST ditampilkan pada Tabel 2.

28. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Pada Tabel 2. perlakuan pengolahan tanah rataan tertinggi pada umur 4 MST terdapat pada T0 berbeda nyata dengan T1, T2 dan rataan terendah terdapat pada T1 berbeda tidak nyata dengan T2. tertinggi pada umur 8 MST terdapat pada T1 berbeda nyata dengan T0 serta berbeda tidak nyata dengan T2, dan rataan terendah terdapat pada T0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2. Tabel 2. Jumlah Anakan umur 4 dan 8 MST terhadap dan Frekuensi yang berbeda 4 MST T0 9.00 5.33 3.33 6.25 5.98a T1 4.17 4.33 4.75 3.08 4.08b T2 3.33 4.58 4.42 4.50 4.21b 5.50 4.75 4.17 4.61 8 MST T0 34.58 28.08 23.05 33.08 29.70b T1 51.42 34.55 32.50 38.67 39.28a T2 39.83 36.75 36.08 39.67 38.08ab 41.94a 33.13bc 30.54c 37.14ab menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Perlakuan penyiangan rataan tertinggi pada umur 8 MST terdapat pada S1 berbeda nyata dengan S2, S3 serta berbeda tidak nyata dengan S4, dan rataan terendah terdapat pada S3 berbeda nyata dengan S4 serta berbeda tidak nyata dengan S2 Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan jumlah anakan umur 8 MST. Hal ini di sebabkan pada perlakuan T1 dan T2 pertumbuhan perakaran tanaman yang sudah dalam dan lebih meluasnya permukaan akar tanaman untuk menembus tanah sehingga mudah dalam penyerapan unsur hara dan air dalam tanah untuk proses pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Yoshida (1975), Forest dan Kalms (1984) yang menyatakan bahwa kedalaman akar pada lapisan tanah juga mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman. Hal ini di karenakan air meningkat pada lapisan tanah yang lebih dalam. Dengan demikian padi gogo yang memiliki sistem

29. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 perakaran yang dalam lebih lama dapat bertahan terhadap kekurangan curah hujan dibanding dengan varietas tanaman yang perakarannya dangkal. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 4 MST. Hal ini disebabkan karena tanaman masih dalam awal pertumbuhan anakan, sehingga akar masih belum terlalu panjang pertumbuhannya dan pada perlakuan T0 (tanpa olah tanah) akar masih cepat menyarap air pada permukaan tanah yang lembab dan memiliki daya simpan air yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan literatur Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan merupakan faktor tanaman. Suhu udara dan kelengasan merupakan faktor iklim yang mempengaruhi koefisienan penggunaan air tanah dan jumlah yang dapat hilang melalui saluran bukan tanaman, seperti evaporansi dari permukaan tanah. Sedangkan sifat tanah yang mempengaruhi air tanah tersedia adalah hubungan hisapan dan kelengasan, kedalaman tanah, dan lapisan tanah. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan penyiangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST, jumlah anakan umur 8 MST dan bobot kering jerami. Dalam penelitian ini telah diperoleh penyiangan yang tepat dan baik untuk pertanaman padi yaitu pada perlakuan S4 (penyiangan penuh) dan perlakuan S1 ( penyiangan tiap 7 hari sekali). Ini membuktikan bahwa penyiangan pada padi jika dilakukan tidak cepat akan membuat tanaman menjadi lebih kerdil karena terjadinya perebutan unsur hara antara tanaman padi dengan gulma (kompetisi). Dengan penyiangan yang tepatpertumbuhan yang dihasilkan lebih baik sehingga bobot jerami dan akar nya pun lebih baik karena tidak terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman utama. Hal ini sesuai dengan literarur Norsalis (2011) yang menyatakan bahwa tanaman memerlukan penyiangan yang sempurna untuk mencegah pertumbuhan gulma. yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculya gulma pada periode waktu tertentu dengan kepadatan

30. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25-33 % pertama pada siklus hidup nya 1/4-1/3 dari umur pertanaman. Jumlah Malai Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah malai ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Malai terhadap dan Frekuensi yang berbeda menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Tabel 3. menunjukkan jumlah malai pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan T2 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan T0. Pada perlakuan penyiangan cenderung lebih tinggi pada perlakuan S1 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan S3. T0 16,42 16,42 15,42 17,42 16,42 T1 24,25 18,50 17,25 16,00 19,00 T2 19,08 17,50 19,00 20,75 19,08 19,92 17,47 17,22 18,06 Persentase Gabah Hampa Tabel 4. persentase gabah hampa terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda T0 73.27 81.79 73.95 68.62 74.41b T1 83.57 77.63 82.16 83.90 81.81ab T2 93.40 87.92 82.53 84.88 87.18a 83.41 82.44 79.55 79.13 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT)

31. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 4. perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap persentase gabah hampa. tertinggi terdapat pada perlakuan T2 berbeda nyata dengan perlakuan T0 serta berbeda tidak nyata dengan T1, dan rataan terendah terdapat pada T0 berbeda tidak nyata dengan T1. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter persentase gabah hampa. persentase gabah hampa tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (87,18) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan T0 (74,41). Hal ini di sebabkan faktor lingkungan dimana pada saat fase pengisisan biji tanaman mengalami cekaman air dan gangguan serangan hama. Pada perlakuan T0 saat pengisian biji mempunyai daya simpan air tanahnya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T1 dan T2, sehingga kebutuhan air pada T0 pada saat pengisian biji lebih tercukupi dibanding dengan perlakuan yang lain. Curah hujan rendah berlangsung selama proses pengisian biji pada bulan juni 2012 yaitu 87,6 mm. Hal ini sesuai dengan literature Troeh et a.l (1980) ada dua tipe kekurangan air. Pertama, yaitu kekeringan atmosfher (atmosphoric drought) disebabkan oleh suhu tinggi, kecepatan angin tinggi, dan atau karena kelembaban rendah. Kedua, kekeringan tanah (soil drought) yang disebabkan oleh kadar air tanah rendah akibat dari curah hujan rendah dan permeabilitas tanah lambat, atau karena kapasitas menyimpan dari air tanah rendah. Tanaman padi yang mengalami cekaman air hasilnya rendah karena persentase gabah hampa tinggi dan masa berbunga lambat. Selain itu, hal ini juga sesuai sengan literatur Harahap dan Tjahjono (2003) yang menyatakan bahwa salah satu gangguan tanaman padi yang penyebarannya sangat cepat adalah hama padi, karena dalam waktu yang sangat singkat populasi hama berkembang dengan cepat. Contoh hama pada tanaman padi yaitu walang sangit yang menyerang padi pada saat masak susu dengan cara menghisap bulir padi sehingga dapat menyebabkan buah menjadi hampa.

32. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Jumlah Gabah Berisi Tabel 5. jumlah gabah berisi pada varietas Situ Bagendit terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda. T0 274.92 101.25 284.83 371.19 258.05 T1 281.17 297.03 210.75 172.00 240.24 T2 177.17 173.67 210.92 227.11 197.22 244.42 190.65 235.50 256.77 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Tabel 5. menunjukkan jumlah gabah berisi pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan T0 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan T2. Pada perlakuan penyiangan cenderung lebih tinggi pada perlakuan S4 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan S2. Produksi Gabah Berisi Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap parameter produksi gabah berisi ditampilkan padatabel 6. Tabel 6. produksi gabah berisi (ton/ha) terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda T0 5.74 1.73 5.98 7.50 5.24 T1 5.74 5.29 3.88 3.41 4.58 T2 3.56 1.86 4.45 4.71 3.64 5.01 2.96 4.77 5.21 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Tabel 6. Menunjukkan produksi gabah berisi pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan T0 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan T2. Pada perlakuan penyiangan cenderung lebih tinggi pada perlakuan S4 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan S2.

33. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Bobot 1000 Butir Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot 1000 butir ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. bobot 1000 butir terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda T0 21,30 21,10 20,67 20,97 21,01 T1 20,53 21,13 21,27 21,60 21,13 T2 20,07 22,97 22,47 20,67 21,54 20,63 21,73 21,47 21,08 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) Tabel 7. menunjukkan bobot 1000 butir pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan T2 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan T0. Pada perlakuan penyiangan cenderung lebih tinggi pada perlakuan S2 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan S4. Produksi Gabah Per Plot Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap parameter produksi gabah per plot ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Produksi Gabah per plot (kg) terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda T0 241.08 72.80 251.02 315.14 220.01 T1 241.22 222.32 163.10 143.50 192.54 T2 149.38 78.12 186.90 197.82 153.06 210.56 124.41 200.34 218.82 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) Tabel 8. menunjukkan produksi per plot pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan T0 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan T2. Pada perlakuan penyiangan cenderung lebih tinggi pada perlakuan S4 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan S2.

34. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Bobot Kering Akar dan Bobot Kering Jerami Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. bobot kering akar (g) pada varietas Situ Bagendit terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda. T0 3,78 1,93 2,48 3,22 2,85b T1 4,32 2,88 4,20 3,25 3,66ab T2 3,35 5,72 5,00 3,55 4,40a 3,82 3,51 3,89 3,34 menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) Tabel 9. pengolahan tanah rataan tertinggi pada bobot kering akar terdapat pada T2 berbeda nyata dengan T0 serta berbeda tidak nyata dengan T1, dan rataan terendah pada T0 bebeda tidak nyata dengan T1. Perlakuan pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering jerami ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Bobot kering jerami (g) terhadap pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda T0 19,85 16,45 21,17 28,13 21,40b T1 37,67 21,03 26,25 29,97 28,73a T2 30,77 28,25 26,80 35,57 30,35a 29,43ab 21,91c 24,74b 31,22a menyatakan tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) Tabel 10. pengolahan tanah rataan tertinggi pada bobot kering jerami terdapat pada T2 berbeda nyata dengan T0 serta berbeda tidak nyata dengan T1, dan rataan terendah terdapat pada T0. Perlakuan penyiangan rataan tertinggi pada bobot kering jerami terdapat pada S4 berbeda nyata dengan S2, S3 serta berbeda tidak nyata dengan S1, dan rataan terendah terdapat pada S2.

35. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan bobot kering jerami. Hal ini disebabkan pada perlakuan T2 (pengolahan tanah 3 kali) kondisi tanah menjadi gembur, agregat tanah menjadi lebih halus, dan aerase dan drainase tanah menjadi lebih baik sehingga memudahkan akar dalam memperluas bidang serapan unsur hara dan air, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan literatur Widodo (2004) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah pada penanaman padi gogo ialah bertujuan untuk memperbaiki aerasi atau tata udara tanah, menghilangkan gas atau senyawa racun dalam tanah, memperluas permukaan tanah yang dapat mudah dijangkau oleh akar,dan sekaligus memberantas gulma yang masih hidup atau yang masih dalam bentuk biji yang terdapat di permukaan maupun dalam tanah Hasil analasis secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hal ini diduga karena salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya atau kedua faktor ini tidak saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi padi gogo. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedja dan kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila masing-masing faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. KESIMPULAN Pengolahan tanah 2 kali (T1) dan pengolahan tanah 3 kali (T2) meningkatkan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar, dan bobot kering jerami. Tanpa olah tanah (T0) menghasilkan produksi tanaman tertinggi pada produksi gabah berisi dan produksi per plot. penuh (S4) meningkatkan pertumbuhan dan menghasilkan produksi tanaman tertinggi meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering jerami, produksi gabah berisi, dan produksi per plot. Kombinasi antara perlakuan tanpa olah tanah (T0) dengan penyiangan penuh (S4) menghasilkan produksi tanaman tertinggi pada produksi gabah berisi dan produksi per plot.

36. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Dari hasil penelitian disarankan untuk tanaman padi gogo menggunakan kombinasi antara T0 (tanpa olah tanah) dengan S4 (penyiangan penuh), dengan kondisi tanah yang sudah pernah diolah sebelumnya karena dapat menghasilkan produksi tanaman tertinggi. DAFTAR PUSTAKA Forest and J.M. Kalms, 1984. Influence of rainfall regime o upland rice production: water demand simulation o overview of upland rice research. IRRI Los banos, Philippines.p.143-160. Harahap,I.S. dan B.Tjahjono, 2003. Pengendalian hama dan penyakit padi. Penebar swadaya. Bogor. Lamid,Z., 1984. Critical period of competition between dry land rice weeds. Penelitian pertanian. 4(3):113-115. Moenandir,J. 1993. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Raja grafindo persada. Jakarta Norsalis,E., 2011. Padi Gogo dan Padi Sawah. Diakses dari http: //repository.usu.ac.id. pdf. Pada 5 Desember 2011 Soepardi,G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Institute pertanian bogor. Bogor. 591 p Suroto,B. 2006, Artikel Faktor Faktor yang Menentukan ProduktivitasPadi Berdasarkan Perbedaan Strata di Kabupaten Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat. Majalah Pangan, Media Komunikasi dan Informasi No. 47/XV/Juli 2006. p 44-51. Sutedja dan G. Kartasapoetra., 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta Troeh,F.R. 1980. Soil and water conservation for productivity and evironmental protection. Prentice hall.inc. englewood clifts, new york. Yoshida,S., 1975. Factors that limit the growth and yield of upland rice. Major research in upland rice IRRI. Los banos. Philippines. 269 p. Widodo, 2004. Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo cv. Cirata Terhadap 3 Jenis Media Tanam dan Ukuran Pupuk Urea.Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, UNIB. Jurnal Akta Agraria vol. 7 No. 1 Hal. 6-10. Jan-Jun 2004.