BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai alat komunikasi yang utama, bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Terjadinya keragaman atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM ACARA GELAR WICARA MATA NAJWA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP. (Skripsi) Oleh RISKY AMELIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM ACARA TALK SHOW JUST ALVIN DI METRO TV DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 1 PAGELARAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA. (Tesis) Oleh.

CAMPUR KODE GURU SD NEGERI 01 AMPANG PADANG SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

I. PENDAHULUAN. Bahasa sebagai perantara dan alat komunikasi masyarakat membuat pemakainya merasa terikat

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang erat sehingga keberadaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GELAR WICARA HITAM PUTIH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan sebagai sarana komunikasi. Adapun proses komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kedwibahasaan atau sering disebut sebagai bilingualisme merupakan

II. LANDASAN TEORI. Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

ALIH KODE DALAM ACARA TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

ANALISIS PENGGUNAAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GURU BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 MANTINGAN. Naskah Publikasi Ilmiah

PEMILIHAN KODE PEDAGANG KAKI LIMA PENDATANG DAN PEDAGANG KAKI LIMA ASLI DEMAK DI ALUN-ALUN DEMAK

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

Alih Kode Pada Masyarakat Sosial Kelas Atas

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pendidikan tidak dapat diragukan lagi. akan pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar mengajar.

III. METODE PENELITIAN. memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

JURNAL ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG CODE SWITCHING AND CODE MIXING ON RADIO S ADVERTISEMENT AT TULUNGAGUNG REGENCY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dapat terlaksana dengan bahasa sebagai media perantaranya. Bahasa dalam hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahamidan mendukung penelitian ini antara lain buku yang berjudul Sosiolinguistik, kode dan alih kode karangan Rahardi (2001), buku Sosiolinguistik perkenalan awaloleh Chaer dan Agustina (2004) dan juga buku Kajian sosiolinguistik ihwal kode dan alih kode oleh Rahardi (2010). Berkaitan dengan judul skripsi ini maka yang akan dibahas yaitu alih kode dan campur kode. Ada beberapa defenisi alih kode dan campur kode yakni sebagai berikut : Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lainnya, Suwito dalam Rahardi (2001:20). Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hymes dalam Rahardi (2001:20) yakni bahwa Alih kode adalah istilah umum untuk menyebut penggantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam. Nababan (1993:32), Campur kode suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang yang mencampur dua bahasa atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu.

Dalam keadaan demikian hanya kesantaian penutur dan atau kebiasaan yang dituruti, tindak bahasa demikian kita sebut campur kode. Selanjutnya, Fernando (2014) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Interaksi Belajar Mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli, Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan menyatakanbahwa faktor yang menjadi penentu pada penelitian alih kode dan campur kode pada interaksi belajar mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli, Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan ini, khususnya untuk penelitian alih kode ditentukan karena adanya pembicara atau penutur, pendengar atau lawan tutur, perubahan situasi pembicaraaan baik dari formal ke informal atau sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan, sedangkan untuk penelitian peristiwa campur kode menemukan tiga faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu faktor peran, faktor penutur atau pribadi penutur dan faktor bahasa.penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penulis dalam meneliti peristiwa alih kode dan campur kode yang peneliti teliti. 2.2 Teori yang Digunakan Dalam penelitian ini sangat diperlukan teori-teori yang menjadi acuan atau pun pedoman untuk penyelesaian penelitian ini.teori yang digunakan tentunya sangat membantu penulis untuk meneliti dan menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada penelitian ini. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arahan sehingga dapat menjadi penuntun dalam proses kerja pada peneliti.

Teori yang digunakan mengacu pada teori sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Fishman, Thelandler dalam Chaer dan Leoni Agustina dan juga teori sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Suwito. 2.2.1 Alih kode a. Pengertian Alih kode Alih kode ialah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi Appel dalam Chaer dan Agustina (2004:107). Hymes dalam Chaer dan Agustina (2004:107) mengatakan, Alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gayagaya yang terdapat dalam satu bahasa. Untuk menganalisis gejala alih kode lebih jelas maka penulis mengacu pada teori Fishman dalam Chaer dan Agustina (2004:108) yaitu, Tentang siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa. Siapa berbicara yang dimaksud disini yaitu, penutur yang melakukan tindakan pembicaraan dengan bahasa apa maksudnya yaitu, bahasa apa yang dipergunakan oleh penutur tersebut pada saat berbicara kepada lawan tuturnya, kepada siapa disini maksudnya penutur berbicara kepada siapa lawan tuturnya, kapan disini maksudnya pada saat seperti apa pembicaraan antara penutur dan lawan tutur berlangsung, dan yang terakhir yaitu dengan tujuan apa disini maksudnya dengan tujuan apa si penutur beralih kode kepada lawan tutur.

Hudson dalam Sinaga (2014:11) mengatakan bahwa, Alih kode (Code Switching) merupakan salah satu penggunaan wujud bahasa oleh seoramg dwibahasawan, yaitu penggunaan lebih dari satu bahasa oleh seorang dwibahasawan yang bertutur dengan cara memilih satu kode bahasa disesuaikan dengan keadaan. b. Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa Alih Kode Penyebab terjadinya alih kode bukan hanya karena sikap kemultibahasaan yang dimiliki masyarakat tutur, seperti yang dikemukaakan oleh Chaer dan Agustina (2004:108), ada beberapa faktor yaitu : 1. Penutur Seorang pembicara atau penutur sering kali melakukan alih kode untuk mendapatkan Keuntungan atau Manfaat dari tindakannya itu. Contoh : Bapak A setelah berbicara dengan Bapak B mengenai usul kenaikan pangkatnya baru tahu bahwa Bapak B itu berasal dari daerah yang sama dengan dia dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama. Maka, dengan maksud agar urusannya cepat beres dia melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerahnya. Andaikata Bapak B ikut terpancing untuk menggunakan bahasa daerah, maka bisa diharapkan urusan menjadi lancar. Tetapi jika Bapak B tidak terpancing dan tetap menggunakan bahasa Indonesia, bahasa resmi untuk urusan dikantor, maka urusan mungkin saja menjadi tidak lancar, karena rasa kesamaan satu masyarakat tutur yang ingin dikondisikannya tidak berhasil, yang menyebabkan tiadanya rasa

keakraban. Dalam kehidupan nyata sering kita jumpai banyak tamu kantor pemerintah yang sengaja menggunakan bahasa daerah dengan pejabat yang ditemuinya untuk memperoleh manfaat dari adanya rasa kesamaan satu masyarakat tutur. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah dijalin dari pada menggunakan bahasa Indonesia.Alih kode untuk memperoleh keuntungan ini biasanya dilakukan oleh penutur yang dala peristiwa tutur itu mengharapkan bantuaan lawan tuturnya. 2. Lawan tutur Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur itu.dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya, atau register. Kalau silawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan penutur, maka yang terjadi adalah alih bahasa. Contoh :Ani seorang penjaga toko sebuah tokoh cendramata, kedatangan tamu seorang turis asing yang mengajak bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Ketika kemudian si turis tampaknya kehabisan kata-kata untuk terus berbicara dalam bahasa Indonesia, maka Ani cepat-cepat beralih kode untuk

bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, sehingga kemudian percakapan menjadi lancar kembali. 3. Kehadiran Orang Ketiga Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Contoh :Alih kode berikut dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Latar : Kedai kopi Para pembicara : Tumoing dan Goldu merupakan suku Batak Toba yang bisa berbahasa Batak Toba dan Riko merupakan teman Goldu yang bersuku Jawa yang tidak bisa berbahasa Batak Toba. Topik Sebab alih kode : Menawarkan rokok :Kehadiran Riko dalam peristiwa tutur. Peristiwa tutur Tumoing : Nunga tonu ho, kedan. ( Kamu sudah basah, teman ) Goldu : Ndang pola beha i, nah, marisap ma jolo ho. ( Tidak apa-apa, ini, merokok dulu kita )

Tumoing : Nunga leleng ndang marisap be, bah. ( Sudah lama aku tidak merokok ) Goldu : ini rokok Riko merokok dulu kita. Riko : Makasih ya. Peristiwa di atas merupakan peristiwa alih kode yang dilakukan oleh Goldu alih kode yang digunakan berupa alih kode intern yaitu dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia.Hal ini dapat kita lihat pada kalimat yang bercetak tebal di atas. Penyebab alih kode di atas yakni kehadiran orang ketiga di mana Riko merupakan suku Jawa dan tidak bisa berbahasa Batak Toba maka ketika Ia berbicara dengan Riko Ia menggunakan bahasa Indonesia. 4. Perubahan Situasi Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode.simaklah contoh berikut yang di angkat dari Soewito dalam Chaer dan Agustina (2004:110) berupa percakapan antara seorang seketaris (S) dengan majikannya (M). S M S M S M S : Apakah Bapak sudah jadi membuat lampiran surat ini? : O, ya, sudah. Inilah! : Terimakasih : Surat ini berisi permintaan borongan untuk memperbaiki kantor sebelah. Saya sudah kenal dia. Orangnya baik, banyak relasi, dan tidak banyak mencari untung.lha saiki yen usahanya pengin maju kudu wani ngono (. sekarang jika usahanya ingin maju harus berani bertindak demikian.. ) : Panci ngaten, Pak ( memang begitu, Pak ) : Panci ngaten priye? ( Memang begitu bagaiman? ) : Tegesipun mbok modalipun kados menapa, menawi ( Maksudnya, berapa pun besarnya modal kalau. )

M S M S : Menawa ora akeh hubungane lan olehe mbathi kakehan, usahane ora bakal dadi. Ngono karepmu? ( Kalau tidak banyak hubungan, dan terlalu banyak mengambil untung usahanya tidak akan jadi.begitu maksudmu? ) : Lha inggih ngaten! ( Memang begitu, bukan? ) : O, ya, apa surat untuk Jakarta kemarin sudah jadi dikirim? : Sudah, Pak. Bersamaan dengan surat Pak Ridwan denagn kilat khusus Percakapan itu dimulai dalam bahasa Indonesia karena tempatnya di kantor, dan yang dibicarakan adalah tentang surat. Jadi, situasinya formal.namun, begitu yang dibicarakan bukan lagi tentang surat, melainkan tentang pribadi orang yang disurati, sehingga situasi menjadi tidak formal, terjadilah alih kode bahasa Indonesia diganti dengan bahasa jawa. Selanjutnya ketika yang dibicarakan bukan lagi mengenai pribadi si penerima surat, melainkan tentang pengiriman surat, yang artinya situasi kembali menjadi formral, maka terjadi lagi alih kode ke dalam bahasa Indonesia. Dalam kasus ini memang bisa muncul pernyataan, mengapa dalam situasi tidak resmi, pada partisipan itu (sekretaris dan majikannya) tidk mengunakan bahasa Indonesia ragam santai, melainkan menggunakan bahasa Jawa? Kiranya kedua partisipan dalam percakapan di atas memiliki latar bahasa ibu yang sama, yaitu bahasa Jawa. Andaikata kedua partisipan itu memiliki latar belakang bahasa ibu yang berbeda, ada kemungkinan akan digunakan bahasa Indonesia ragam tidak formal. Bagaimana pun untuk situasi tak resmi lebih mudah menggunakan bahasa pertama dari pada bahasa kedua, kalau situasi memang mengizinkan; dan di dalam pertuturan di atas situasi memang mengizinkan dengan tiadanya orang ketiga yang tidak mengerti bahasa Jawa. Andakata dalam peristiwa tutur antara sekretaris dan majikan itu turut hadir partisipan lain yang tidak mengerti bahasa Jawa, maka tentu peralihan kode itu tidak dialihkan ke bahasa Jawa. 5. Perubahan Topik Pembicaraan Berubahnya topik pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode. Pada contoh percakapan antara sekretaris dan majikan di atas sudah dapat dilihat ketika topiknya tentang surat dinas, maka percakapan itu berlangsung dalam bahasa Indonesia. Tetapi ketika topiknya bergeser pada pribadi orang yang dikirimi surat, terjadilah alih dari bahasa Indonesia kebahasa Jawa. Sebaliknya, ketika topik kembali lagi tentang surat alih kode pun terjadi lagi: dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Dalam kasus pertuturan sekretaris dan majikan di atas tampaknya penyebab alih kode itu, yaitu perpindahan topik yang menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari

situasi formal menjadi situasi tidak formal merupakan penyebab ganda. Jadi, penyebab alih kode dalam kasus percakapan sekretaris dengan majikan di atas adalah berubahnya situasi dari formal ke situasi tidak formal. c. Jenis- jenis alih kode Soewito dalam Chaer dan Agustina (2004:114) membedakan adanya dua jenis alih kode, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern. Yang dimaksud alih kode intern adalah alih kode yang berhubungan langsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya, seperti percakapan antara sekretaris dan majikannya dalam ilustrasi di atas. Sedangkan alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri (salah satu bahasa atau ragam bahasa yang ada verbal repertoire masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing. 2.2.2 Campur Kode a. Pengertian Campur Kode Fasold dalam Chaer dan Agustina (2004:115) mengatakan, Campur kode yaitu kalau seseorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa (Speech act atau Discourse) tanpa ada sesuatu yang menuntut pencampuran bahasa itu disebut campur kode, Nababan (1984:32). Campur kode terjadi karena ketergantungan penutur terhadap pemakaian bahasalebih lanjut, Nababan juga menjelaskan ciri yang menonjol dalam campur

kode ini adalah kesantaian atau situasi informal.dalam situasi berbahasa yang formal, peristiwa campur kode kurang mendominasi.kalaupun terdapat campur kode demikian, itu disebabkan tidak adanya ungkapan yang terdapat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa asing yang bersangkutan. Kadang-kadang terdapat juga campur kode ini bila pembicaraan ingin memamerkan Keterpelajarannya atau Kedudukannya. Dalam masyarakat bilingual dan multilingual seperti halnya di masyarakat Indonesia sebagian besar mengenal dan memahami dua bahasa dalam berkomunikasi.kita seringmenjumpai orang mengganti bahasa atau ragam bahasanya sehingga hal ini menjadi suatu kebiasaan dalam berkomunikasi. Dalam campur kode, penggunaan dua bahasa atau lebih, itu ditandai oleh masing-masing bahasa tidak lagi mendukung fungsi tersendiri melainkan mendukung satu fungsi, dan fungsi masing-masing bahasa itu ditandai oleh adanya hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Menutur Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004:115) mengatakan perbedaan alih kode dan campur kode yaitu, Bila dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan darisatu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, kalusa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa atau frase campuran (hybrid clauses, hybrid frases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah peristiwa campur kode, bukan alih kode.dalam hal ini menurut Theandler selanjutnya mengatakan memang ada kemungkinan perkembangan dari campur kode dan alih kode.perkembangan ini, misalnya, dapat dilihat kalu klausa berusaha untuk mengurangi kehibridan klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan, serta fungsifungsi tertentu sesuai dengan keotonomian bahasanya masing-masing. Hudson dalam Sinaga (2014:19) mengatakan campur kode merupakan wujud penggunaan bahasa lainnya pada seorang dwibahasawan. Berbeda dengan alih kode,

dimana perubahan bahasa oleh seorang dwibahasawan disebabkan karena adanya perubahan situasi, pada campur kode perubahan bahasa tidak disertai dengan adanya perubahan situasi. b. Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Suwito (1983:39) memaparkan beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu sebagai berikut : 1. Faktor peran Peran di sini ialah status sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta bicara atau penutur bahasa tersebut, seperti hal pekerjaan, golongan, keturunan, tingkat pendidikan, suku, usia, agama, dan lain sebagainya. 2. Faktor Ragam Ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada waktu melakukan campur kode yang akan menempatkan hirarki status sosial. Ragam tersebut adalah ragam bahasa lisan, yakni dihasilkan dari alat ucap pembicara atau penutur yang dapat dilihat dari tinggi rendahnya suara atau tekanan, raut muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Ragam bahasa tulis, yakni tata cara penulisan (ejaan) di samping itu juga ada aspek bahasa dan kosa kata. 3. Faktor Keinginan Untuk Menjelaskan dan Menafsirkan Faktor ini terlihat pada peristiwa campur kode yang menandai sikap dan hubungan penutur terhadap orang lain, dan hubungan orang lain terhadapnya.

Jendra (1991:134-135) menjelaskan bahwa ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi dua bagian pokok, yaitu penutur dan bahasa. 1. Faktor Penutur Pembicara terkadang sengaja bercampur kode terhadap mitra bahasanya karena pembicara mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pembicara terkadang melakukan campur kode antar bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena kebiasaan atau kesantaian. Contoh : Ok, kita harus stand by. 2. Faktor bahasa Penutur dalam pemakaian bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan bahasa lain, sehingga terjadilah campur kode. Umpamanya hal itu di tempuh dengan cara untuk menjelaskan atau mengamati istilah-istilah (kata-kata) yang sulit dipahami dengan istilah-istilah atau kata-kata dari bahasa daerah maupun bahasa asing, sehingga mudah untuk dipahami. Contoh :Kita harus enjoy dalam bekerja. C. Jenis-jenis Campur kode Campur kode dapat dibedakan menjadi dua yaitu; (a), campur kode sementara dan (2), campur kode permanen.campur kode sementara terjadi apabila pemakai bahasa sedang menyetir kalimat bahasa B2 ketika sedang ber-b1, atau

sebaliknya.sedangkan campur kode permanen terjadi karena perubahan relasi antara pembicara dengan mitra bicara, misalnya mitra bicara semula sebagai teman akrab tetapi mitra bicaraitu sekarang menjadi atasan, biasanya pembicara mengganti kode bahasa yang dipakainya secara permanen, karena adanya perubahan status sosial dan relasi kepribadian yang ada. Selanjutnya dalam http://ilmusastra.blogspot.com/2013/09/makalah-alihkode-dan-campur-kode.html?m=1 campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing) dan campur kode ke dalam (inner code-mixing). Campur kode ke luar (outer code-mixing) yaitu, campur kode yang berasal dari bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa asli yang bercampur dengan bahasa asing misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau bahasa Jepang, dan lain sebagainya. Campur kode ke dalam (inner code-mixing) yaitu, campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Sumbawa atau bahasa Batak ke bahasa Minang dan lain sebagainya.