BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu periode pendidikan yang lebih tinggi setelah masa Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengelaborasi masalah dari

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh seluruh mahasiswa baru di perguruan tinggi. Rata-rata usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan kampus. Sebagai mahasiswa baru, remaja dihadapkan pada lingkungan yang berbeda jauh latar belakangnya, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Mengenal banyak teman baru dan lingkungan baru tersebut seringkali memunculkan konflik yang mulanya dipengaruhi oleh adanya perbedaan yang tidak sesuai dengan yang biasa diketahui oleh mahasiswa baru tersebut. Penyesuaian diri adalah salah satu faktor yang sering menjadi masalah umum yang dihadapi oleh mahasiswa baru. Mahasiswa baru dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu ia dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Enung (2006) berpendapat bahwa keterampilan sosial dan penyesuaian sosialnya penting bagi remaja dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilanketerampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak 1

2 sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh mahasiswa baru pada fase remaja, ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Mahasiswa baru diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang baik, agar mereka mampu menjalankan aktifitasnya tanpa ada kendala dari lingkungan sosialnya. Penyesuaian sosial yang baik menurut Surya (dalam Nurdin, 2009) antara lain tidak menunjukan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, tidak menunjukan adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalamannya, bersikap realisasi dan objektif. Dengan memiliki sikapsikap tersebut mahasiswa diharapkan mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya dengan baik. Karena dengan memiliki penyesuaian sosial yang baik mahasiswa tidak akan mengalami hambatan di lingkungan sosialnya. Kenyataannya seringkali mahasiswa baru menunjukkan sikap yang kurang aktif di lingkungan kampus. Banyak mahasiswa baru yang masih merasa takut dan sungkan ketika berkonsultasi dengan dosen, malas mengikuti kegiatan di organisasi. Banyak diantara mahasiswa baru yang menolak untuk mengikuti organisasi jika tidak ada teman sebaya atau teman seangkatan yang ikut serta dalam organisasi tersebut. Bersifat angkuh dan sombong, tidak bertegur sapa dengan teman-teman kampus, kurang respon terhadap pemberian materi perkuliahan ketika di kelas, dan masih banyak sikap dan perilaku yang tidak mencerminkan penyesuaian sosial yang baik. Hal tersebut tentu berdampak negatif terhadap mahasisawa itu sendiri, baik dari segi akademis maupun kehidupan sosialnya.

3 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada empat mahasiswa baru dari fakultas yang berbeda di Universitas Muhammadiyah Surakarta didapatkan hasil yang berbeda. Penyesuaian diri terhadap lingkungan baru yang dulunya SMA beralih ke lingkungan baru yaitu lingkungan kampus, tentu saja sangat berbeda baik itu dari sistem pengajarannya, masuk kuliahnya, hingga keorganisasian di kampus. U, F, N, dan D melanjutkan kuliah memang berdasarkan keinginan sendiri tidak ada paksaan dari luar. Hasil wawancara pada U, F, N diperoleh hasil bahwa ketiganya masih kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan kampus. U masih merasa sungkan untuk berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya. Begitu pula F dan N, mereka merasa takut untuk berkonsultasi dengan dosen, kadang merasa sungkan ketika ikut mengobrol atau sekedar menyapa teman maupun seniornya di kampus. Hasil wawancara kepada D didapatkan hasil bahwa, D merasa percaya diri dalam menyesuaikan diri di lingkungan kampus, karena ada beberapa teman dari SMA nya yang juga kuliah di fakultas yang sama dengan D. Otomatis bersama-sama dengan temannya memudahkan D untuk bergaul karena juga dikenalkan dengan teman-teman yang lain. Dia adalah tipikal individu yang mudah bergaul dan mudah beradaptasi sehingga tidak sulit bagi D untuk menyesuaikan diri dengan temanteman dikampus, ia pun mengikuti salah satu organisasi di kampus, ia merasa tidak ada masalah dalam mengatur waktu, justru ia senang karena mendapat banyak teman baru di kampus. Schneider (dalam Agustiani, 2009) penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi dan relasi sosial, sehingga

4 kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan caracara yang dapat diterima dan memuaskan. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, individu dalam berhubungan dengan orang lain harus dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal ini disampaikan Meichati (1983) bahwa penyesuaian sosial dapat berlangsung karena ada dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan individu memenuhi kebutuhannya adalah untuk mencapai keseimbangan antara harapan di dalam dirinya dengan tuntutan sosial. Salah satu faktor penyesuaian sosial adalah faktor kelompok sebaya. Hurlock (2006) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok-kelompok teman sebaya ini yang menguntungkan pengembangan proses penyesuaian sosial, tetapi ada pula yang menghambat proses penyesuaian sosial remaja. Remaja mulai belajar mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya (Desmita, 2005). Hal senada dikemukakan oleh Mappiare (1982) yang mengatakan bahwa, selain dengan orang tua, remaja dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui teman sebayanya. Benimof (dalam Al-Mighwar, 2006) menegaskan bahwa kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat remaja menguji

5 dirinya sendiri dan orang lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain. Tarakanita (2001) mengatakan bahwa, teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan (dukungan sosial). Tarakanita (2001) juga menambahkan bahwa dukungan sosial yang bersumber dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil peran yang baru dalam kehidupannya. Remaja mampu menjalankan peran sosialnya di masyarakat apabila remaja tersebut telah berhasil membentuk identitas dirinya. Hilman (2002) menjelaskan bahwa, dukungan dari teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif sifatnya, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan remaja memperoleh rasa nyaman, aman serta rasa memiliki identitas diri. Hilman juga memaparkan bahwa, dukungan teman sebaya biasanya terjadi dalam interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman sebayanya melalui suatu

6 perkumpulan di kehidupan sosialnya, salah satunya ialah lingkungan sekolah atau kampus. Schneider (dalam Agustiani, 2009) mengemukakan karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu lingkungan yang menjadi tempat untuk penyesuaian sosial adalah lingkungan sekolah untuk siswa, atau lingkungan kampus untuk mahasiswa. Karakteristik penyesuaian sosial di lingkungan kampus dapat dikatakan baik apabila mahasiswa bersikap respek dan mau menerima peraturan kampus, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampus, menjalin persahabatan dengan teman-teman di kampus, bersikap hormat terhadap dosen, pemimpin kampus, dan staf lainnya, membantu kampus dalam merealisasikan tujuannya. Penelitian mengenai penyesuaian sosial diantaranya yang dilakukan oleh Yettie (2004). Yettie meneliti mengenai dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua dan guru terhadap penyesuaian sosial siswa akselerasi dengan subjek 12 orang siswa akselerasi berusia 6-11 tahun. Hasilnya bahwa dukungan orangtua dan guru tidak signifikan terhadap penyesuaian sosial anak akselerasi. Kristiani (2005) meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri remaja putri obesitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri seseorang. Adanya dukungan sosial khususnya dari teman sebaya dan keluarga akan dapat memberikan perasaan tentram dalam diri individu, sehingga individu merasa disayang yang akhirnya mempengaruhi penyesuaian diri individu tersebut.

7 Uraian di atas juga semakin memperkuat pemikiran bahwa mahasiswa yang baru memasuki universitas sangat rentan dengan berbagai permasalahanpermasalahan yang erat kaitannya dengan proses penyesuaian sosial mahasiswa. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Memang didalam interaksi tersebut tidak selamanya berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan, terkadang timbul ketidak sesuaian (maladjusment) interaksi antara satu individu dengan individu yang lain dan antara individu dengan kelompok. Kelompok teman sebaya bisa menjadi salah satu pendorong atau pendukung dalam memperoleh kebutuhan-kebutuhan remaja, terutama mahasiswa baru yang membutuhkan lebih banyak untuk melakukan penyesuaian sosial di lingkungan yang baru. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru? Mengacu pada rumusan masalah tersebut peneliti ingin menindaklanjuti dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Akademik 2013.

8 B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Mengetahui tingkat dukungan teman sebaya pada mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Mengetahui tingkat penyesuaian sosial mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Mengetahui peranan dukungan teman sebaya terhadap penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Bagi mahasiswa Memberikan informasi yang berkaitan dengan dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial, sehingga diharapkan mahasiswa baru dapat menyadari arti dan makna pemberian dukungan sosial oleh kelompok teman sebayanya serta lebih meningkatkan interaksi dengan teman sebayanya guna memperoleh dukungan tersebut, sehingga dapat membantu mahasiswa baru untuk meningkatkan penyesuaian sosial.

9 2. Bagi instansi/fakultas Penelitian ini memberikan informasi empiris dan jika memungkinkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan sebagai upaya mengoptimalkan dukungan teman sebaya dan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan acuan untuk mengembangkan penelitian yang sejenis, khususnya mengenai hubungan antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru.