PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Kuliah 2 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

dokumen-dokumen yang mirip
Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Implementasi Pendidikan Segregasi

Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

Inisiasi 2 Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

PEND. ANAK LUAR BIASA

3/8/2017. Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / PENGGUNAAN ISTILAH

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

M DE D L L AYANAN PENDI D D I I D K I A K N BAGI I A BK

BAB I PENDAHULUAN. Mohammad Effendi. Pengantar Pdikopedagogik Anak Berkelainan.(Jakarta: Bumi Aksara. 2006). hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi.

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

TINJAUAN MATA KULIAH...

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PROSES ASEMEN PSIKOLOGIS DAN INTERPRETASI PSIKOLOGI. Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

KONSEP, SEJARAH DAN FILOSOFIS PENDIDIKAN INTEGRASI (MAKALAH) 1. Konsep Integrasi Dalam dunia pendidikan banyak konsep yang bisa digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

REVITALISASI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PASCA IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Al Darmono Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi ABSTRAK

Education and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

DISERTASI. diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

UNIT 2 HAKIKAT LAYANAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Suparno Edi Purwanto. Pendahuluan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Upaya Peningkatan Partisipasi Politik Kaum Difabel melalui Pemilu Inklusif & Political Literacy

SEKOLAH INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS: TANGGAPAN TERHADAP TANTANGAN KEDEPANNYA

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSI

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

Pendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

Jaringan Kerja untuk Inklusi. Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

Transkripsi:

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS Kuliah 2 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan khusus Ialah instruksi pengajaran yang khusus didesign untuk memenuhi kebutuhan tidak biasa dari siswa berkebutuhan khusus, spt membutuhkan material, teknik mengajar, dan alat/fasilitas khusus (Huefner, dalam Hallahan 2009). Spt siswa tunet membutuhkan large print reading material atau braille. Siswa tuna rungu membutuhkan alat bantu pendengaran, siswa emosional/behaviour disorder membutuhkan kelas kecil, dll.

Jenis Bentuk Layanan Pendidikan SEKOLAH LUAR BIASA - Satuan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus : TKLB, SDLB,SMPLB,SMALB,SMKLB SEKOLAH INKLUSIF - Sekolah Biasa Penyelenggara Pendidikan Inklusif, yang mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus (yang mempunyai IQ normal) bagi : a. Yang memiliki Kelainan (Intelectual Challenge), bakat istimewa, kecerdasan Istimewa. b. Yang memerlukan Pendidikan Layanan Khusus - Sekolah Inklusif adalah Sekolah biasa yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi dan Lingkungan Sekolah / Masyarakat.

Jenis-jenis Pelayanan Pendidikan ABK

Penyediaan Pendidikan Khusus Siapa saja yang memberikan pendidikan khusus? Pertimbangkan : 1. Jumlah siswa dan seberapa berbeda siswa berkebutuhan khusus dgn populasi normal 2. Sumber2 apa saja yg tersedia di sekolah dan komunitas. Bila ternyata, guru sekolah umum mampu mengoptimalkan apa yg dimiliki dirinya dan sekolah u/ membantu mrk, maka guru tidak membutuhkan specialits service Alternatif lainnya, guru sekolah dapat konsultasi dengan special educator dan school psychologist dalam mempertimbangkan material, equipment, atau metode yang akan diberikan kpd siswa berkebutuhan khusus ada shadow teacher

A resources teacher menyediakan jasa untuk siswa dan guru di satu sekolah. Biasanya siswa berkebutuhan khussus join kelas reguler dan bekerja dgn resources teacher ini di kelas. Special self-contained class Special day school Hospital or homebound instruction Residential school.

Special education laws menyatakan bahwa siswa berkebutuhkan khusus harus berada di LRE (LEAST RESTRICTIVE ENVIRONMENT), yaitu siswa tidak boleh dipisahkan dengan siswa normal atau dipisakan dari rumah, keluarga, dan komunitas. Hal ini dilakukan agar mereka tetap dapat berfungsi spt layaknya orang lain. Namun, ada limitation dari LRE ini

Program Pengajaran Individual (PPI) Biasanya dikenal dengan nama IEP (Individualized Educational Program) Ialah : program pengajaran individual dimana siswa dapat dengan tepat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan waktu yg cukup dan kondisi yg termotivasi. Disusun oleh : tenaga profesi, orang tua, guru kelas, kepsek, terapis, GPK. Harus disusun sebelum siswa mulai untuk mendapatkan pelayanan khusus

Penyusunan PPI Harus mempertimbangkan: 1. Bahan pelajaran yg dipelajari 2. Rumusan tujuan pembelajaran 3. Prosedur kerja dan alat2 bantu 4. Waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas 5. Supervisi PIC

Integrasi dan Inklusi Integrasi : menggabungkan siswa2 berkebutuhan khusus dengan individu normal lainnya, di segala bidang, termasuk pendidikan. Terdapat dua tipe integrasi, yaitu: 1.Into larger society 2.Inclusion in schools.

Konsep utama Integrasi 1. Normalisasi 2. Deinstitusional 3. Self determination 1. Normalisasi : dalam rangka untuk maintain tingkah laku dan karakteristik perilaku orang normal, maka indv dgn kebutuhan khusus dilatih untuk dapat melakukan hal2 tsb yg sesuai norma dan budaya indv normal Ide dari normalisasi adalah barrier/penghambat indv dgn kebut khusus untuk dapat berpartisipasi ke dalam kehidupan orang normal harus dipisahkan. Dengan perkataan lain, kita harus menggunakan alat/means atau pendidikan yang sama antara orang disabled dan normal.

Konsep utama Integrasi (cont) 2. Deinstitusi Ialah : mengeluarkan indv2 yang berada di institusi khusus agar kembali bergabung dengan lingkungan dan keluarganya. Sehingga mereka dapat bekerja. Misal: di Amerika thn 60-70an, indiv2 yg memiliki intelektual deficit dimasukan dalam institusi ttt. Kemudian mrk dikeluarkan dan masuk dalam kelompok kerja di sekitar lingkungan mrk. Misal : ada job coach yang dilakukan oleh warga sekitar. masalah yang dihadapi bila lingkungan tidak siap : indiv dgn kebut khusu tsb akan berkeliaran di jalan

Konsep utama Integrasi (cont) 3. Self determination Ialah : hak seseorang untuk menentukan keputusan penting dalam hidupnya, termasuk didalamnya pekerjaan, berteman dengan siapa, sekolah dimanan, dsb Idealnya, sso yang memiliki disabilities tetap wajib memenuhi mimpinya untuk masa depannya berdasarkan minat, keinginan, kekuatan, dan kapasitasnya.

Perbedaan Integrasi dan Inklusi Integrasi Anak2 penyandang cacat yang mengikuti kelas/sekolah khusus dipindahkan ke sekolah reguler ketika mereka dianggap siap untuk mengikuti suatu kelas di sekolah reguler. Mrk ditempatkan di dalam suatu kelas berdasarkan tingkat keberfungsiannya dan pengetahuannya bukan menurut usia. Inklusif Masyarkat inklusif 1) semua anak dan orang dewasa adalah anggota kelp yg sama (berinteraksi satu dgn lainnya, membantu satu sama lain, saling tenggang rasa, cend bekerja sama), 2) semua anak mempunyai rasa memiliki/bermitra.

Tipe Integrasi 1. Integrasi dalam acara-acara kebudayaan tertentu 2. Integrasi fisik dimana siswa ABK terlihat 3. Partisipasi yang sistematis/sporadis bagi siswa untuk pelajaran tertentu di kelas reguler tertentu biasanya dalam kegiatan musik, keterampilan/olahraga 4. Partisipasi reguler di kelas reguler untuk mata pelajaran ttt 5. Pada prinsipnya partisipasi penuh dalam kelas reguler tetapi harus meninggalkan kelas untuk mendapatkan pelatihan khusus di ruang khusus Dengan demikian, ABK harus menyesuaikan diri dgn ketentuan sistem dan aktivitas kelas reguler. Jadi mereka merasa sekedar diberi izin untuk berada di kelas tanpa hak penuh.