BAB II METODE PENDAMPINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. Dalam tahap pendekatan, pendamping menggunakan metode wawancara dengan

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN

BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD) mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, tetapi kenyataannya peran serta angkatan kerja tersebut lebih banyak

BAB IV METODE PENELITIAN DAN PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development (ABCD)

BAB III METODOLOGI RISET PENDAMPINGAN. A. Asset Bassed Community Development ( ABCD )

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN

BAB III METODE PENDAMPINGAN. A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. serta sumber daya lainnya yang kadang-kadang dapat disembunyikan, namun

BAB III PERUBAHAN SOSIAL MELALUI KEBERDAYAAN ASET (KAJIAN TEORITIS) penting sekaligus radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pancur merupakan salah satu Desa yang terdapat di kecamatan

BAB V PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN. A. Pemetaan Aset Komunitas ( Community mapping )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan

BAB III PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK) permasalahan di tengah masyarakat. Berbagai pendekatan yang dilakukan

BAB VI PERUBAHAN YANG TERJADI PASCA PENDAMPINGAN. A. Kondisi Kemandirian Masyarakat Karang Rejo Gang 6

BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN. A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017

BAB III METODE PENDAMPINGAN. Pendampingan ini menggunakan pendekatan Asset Based Community

Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

Belethek dan Penguatan Ekonomi Kreatif Masyarakat Dusun Patebuan Desa. Karang Budi Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep SKRIPSI

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan,

BAB II PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK) Pendampingan ini menggunakan pendekatan Asset Based Community

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penempatan, pembinaan, hingga penyerahan. Sebelum ditentukan jenis pelatihan

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

PELATIHAN Pengembangan Masyarakat Berbasis Aset Asset Based Community Development [ABCD] 1 3 November 2017

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB V HASIL DAN ANALISA PERUBAHAN. A. Munculnya Usaha Baru Bagi Perempuan Buruh Konveksi Desa Bandung

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

PENILAIAN KAPASITAS (CAPACITY ASSESSMENT) UNTUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET. Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN TEOROTIS. membedah suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan teori-teori yang. dengan realitas masyarakat yang tidak terduga.

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN. A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

Outcome Mapping Jejak Perubahan Menuju Keberhasilan

Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa. Novita Anggraeni

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menggalang Warga Berdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

Panduan Dasar Lapangan Pendekatan Positive Deviance (PD)

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB V REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KELOMPOK PEDAGANG KLONTONG

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

Australia Awards Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (SDM). pendidikan yang bertumpu pada pengajian. Kendala sarana fisik masjid

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) ANGKATAN KE-67 TEMATIK POSDAYA BERBASIS ASSET BASED COMMUNITIES DEVELOPMENT (ABCD) Disusun Oleh :

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB II PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (TINJAUAN TEORITIK)

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

QUICK WINS. buku 7. Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 13 tahun 2011

BAB V HASIL PENDAMPINGAN BERBASIS ASET. A. Manfaat yang didapat Masyarakat Menuju Perubahan

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mutu terpadu (TQM) termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Umi Hanifah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VII PENUTUP. ketertarikan terhadap isu ASEAN khususnya bidang sosial budaya. untuk mencapai tujuan bersama.

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Transkripsi:

BAB II METODE PENDAMPINGAN A. Asset Based Community Development (ABCD) Pendampingan ini menggunakan pendekatan (ABCD) Asset Based Community Development, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh pemuda atau komunitas masyarakat. Masyarakat merupakan aset yang berharga bagi sebuah desa. Adanya pemuda merupakan generasi penerus untuk melanjutkan dan mengisi pembangunan yang berlangsung atau yang akan datang. beragaman masyarakat desa dapat digabungkan dengan melihat keterampilan atau potensi yang ada pada setiap masyarakat. Ketrampilan dari setiap masyarakat di jadikan satu dalam wadah kelompok ibu PKK. Dengan adanya sebuah agrowisata bisa menjadikan sebuah kemajuan bagi masyaraka untuk mengembangkan desanya agar bisa meningkatkan ekonomi. Dan disebuah lembaga masyarakat bisa menjadikan perubahan yang berkelanjutan. Perubahan ini bisa mengikutkan partisipasi aktif bagi warga desa sehingga bisa mengetahui perubahan yang diinginkan dan bisa melanjutkan kedepannya. Warga desa juga bisa mengontrol pembangunan agrowisata yang ada didesa. Masyarakat desa juga ikut serta sebagai aktor berjalannya pengembangan agrowisata dengan dampingan pihak-pihak yang terkait. Dalam Metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan diantaranya: 1 1. Discovery (Menemukan) 18 1 Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 96-97

Proses menemukan kembali kesuksesan dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut yaitu entitas lokal. Pendamping melakukan wawancara kepada masyarakat Petani agrowisata tentang berkembangnya usaha penanaman Belimbing. Wawancara tersebut dapat digiring untuk mengetahui aset dan potensi yang ada. Wawancara ini bersifat cerita antara masyarakat dengan pendamping sehingga yang banyak berbicara nantinya adalah masyarakat petani agrowisata. 2. Dream (Impian) Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto. Setelah melakukan wawancara kepada masyarakat agrowisata pendamping mulai mengetahui impian atau keinginan masyarakat Ngringinrejo. Setelah mengetahui keinginan atau impian maka langkah selanjutnya yaitu merancang sebuah kegiatan untuk memenuhi impian masyarakat. 3. Design (Merancang) Proses di mana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.

Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui aset-aset yang ada pada masyarakat agrowisata. Aset yang terlihat di wilayah Desa Ngringinrejo adalah agrowisata Belimbing dan Jambu merah. Aset ini yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi impian masyarakat Desa Ngringinrejo. 4. Define (Menentukan) Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan pilihan topik positif : tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan. Pendampingan dengan masyarakat terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD). Pada Proses FGD pendamping dan masyarakat menetukan fokus pembahasan. Fokus pembahasan yang akan dibahas berupa hal yang positif. Poses FGD tersebut bisa berjalan dengan lancar kalau sudah disepakati pembahasan yang akan dibahas dalam diskusi antara pendamping dan masyarakat Desa Ngringinrejo serta masyarakat sekitar agrowisata. 5. Destiny (Lakukan) Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus dan inovasi tentang apa yang akan terjadi. Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir adalah melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian masyarakat dari pemanfaatan aset. Selain untuk memenuhi impian masyarakat agar berkembangnnya agrowisata Belimbing bisa meluas. Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. teori dijadikan pola pikir dalam memecahan suatu masalah yang ada masyarakat. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori Asset Based Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan

potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri. B. Prinsip Prinsip Penelitian Pendampingan 1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty) Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilakukan. 2 2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing) Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah Nobody has nothing. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing. Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan. 3 3) Partisipasi (Participation) 2 Nadhir Salahuddin, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, hal. 21 3 Ibid, hal. 25

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. 4 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan. Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. 4) Kemitraan (Partnership) Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of belonging) terhadap 4 Ibid, hal. 26

pembangunan yang terjadi di sekitarnya. 5 Didalam proses pendampingannya yang memanfaatkan Belimbing untuk menjadi sebuah olahan agar menambah ekonomi masyarakat. 5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance) Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka. 6 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat memiliki asset yang berupa agrowisata Belimbing dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan. Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan dan 5 Ibid, hal. 30-31 6 Ibid, hal. 36

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas. 7 6) Berawal Dari Masyarakat (Endogenous) Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan pemberdayaan komunitasmasyarakat berbasis asset-kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai berikut 8 : 1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan. 2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. 3. Mengapresiasi cara pandang dunia. 4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan eksternal. Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep pembangunan endogen kemudian mengakuinya sebagai aset kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Aset dan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan. 9 Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian 7 Ibid, hal. 37 8 Ibid, hal. 41 9 Ibid, hal. 41

dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun. 7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic) Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan. Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang. 10 C. Teknik-Teknik Pendampingan Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development (ABCD), antara lain: 1) Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry) Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang 10 Ibid, hal. 43

sehat. 11 AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik. AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat danbekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak penganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. 12 AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada jenjangnya masing masing. 2) Pemetaan Komunitas (Community Mapping) Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka.. 13 3) Pemetaan Asosiasi dan Institusi Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai 11 Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD Uin Sunan Ampel Surabaya, hal 46 12 Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD UIN Suanan Ampel Surabaya, (Surabaya: LP2M UIN Suanan Ampel Surabaya, 2015) hal, 47 13 Christoper dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, (Agustus 2013). hal. 36

berikut: (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan. 14 4) Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill) Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion. 15 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain: a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat. b. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat. c. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri. 5) Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket) Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka seharihari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melaluil Leacky Bucket. 16 6) Skala Prioritas (Low hanging fruit) Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan 14 Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41 15 Ibid, hal. 42 16 Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II,(Agustus 2013), hal. 44

aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan. 17 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi sebagai peningkatan pendapat ekonomi masyarakat Desa Ngringinrejo itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar. D. Langkah-Langkah Pendampingan Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut Define. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa Pengamatan dengan Tujuan atau Purposeful Reconnaissance. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci-memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan: 18 1. Tempat 2. Orang 3. Fokus Program 4. Informasi tentang Latar Belakang Tahap 2: Menemukan Masa Lampau 17 Ibid, hal. 4I 18 Ibid, hal. 123

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa carauntuk mengungkap (discovering) hal hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini. 19 Kenyataan bahwa masyarakat Ngringinrejo masih berfungsi sampai saat ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari: 1. Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik. 2. Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh komunitas. Tahap 3: Memimpikan Masa Depan 1. Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energy dalam mencari tahu apa yang mungkin. 20 Tahap 4: Memetakan Aset 1. Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi 19 Ibid, hal, 131 20 Ibid hal, 138

kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas. 21 Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap: a. Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumberdaya sekarang. b. Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas. Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan. 22 Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah: 21 Ibid, hal, 138 22 Ibid, hal, 161

1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau? 2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya)? 3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya? 4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama? 23 23 Nadhir Salahuddin dkk, Panduan KKN ABCD, (LP2M Sunan Ampel Surabaya, 2015) hal, 103-104