Dewantari EO, Taruna A, Angraini DI, Dilangga P. Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

Status gizi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang menjalani hemodialisis adekuat dan tidak adekuat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RESPON KLINIS KEMORADIASI PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM III DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

DAFTAR PUSTAKA. Alam et al., Gagal Ginjal, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007).

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI NARAPIDANA UMUM (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang Tahun 2016)

HUBUNGAN KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD DR.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

Korelasi Kadar Albumin dengan Indeks Massa Tubuh pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

Program Studi D3 Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Nura Ma shumah 1, Sufiati Bintanah 2, Erma Handarsari 3. Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRACT

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Disusun oleh : AZIZAH NUGRAHANI NIM: 05/190419/EKU/0172

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

GAMBARAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS BERKALA DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : BENNY HARMOKO

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH


GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD KAYEN KABUPATEN PATI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN SELAMA PUASA RAMADHAN DENGAN ADEKUASI HD PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : WIDYA REZA KUSUMASTUTI J

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

Transkripsi:

RELATION BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY WITH FOOD INTAKE AND BODY MASS INDEX OF PATIENTS WITH CHRONIC RENAL FAILURE UNDERGOING HEMODIALYSIS AT ABDUL MOELOEK HOSPITAL BANDAR LAMPUNG Dewantari EO, Taruna A, Angraini DI, Dilangga P. Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT Hemodialysis adequacy is an indicator of the adequacy in patient s hemodialysis dosage. Hemodialysis patients at risk for protein-energy malnutrition due to food intake is less and can be detected by measurement of body mass index. The purpose of this study was to determine the relation between hemodialysis adequacy with food intake and body mass index of patient with chronic renal failure undergoing hemodialysis. Research design using crosssectional method which used consecutive sampling involving 43 participants who have inclusion-exclusion criteria. Collecting data about hemodialysis adequacy using natural logarithm formulas (Kt/V), food intake using Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) and nutritional status using body mass index. Normality test used is Shapiro-Wilk (n<50) and th e Pearson correlation test (p>0, 05) to determine the relation between variables. Result, respondent s mean aged was 45,95 ± 8,059 years comprised 51,2% men and 48,8% women, mean of hemodialysis duration 26,12 ± 29,56 months. By using Pearson correlation, there was significant positive correlation between hemodialysis adequacy and energy intake (p =0,001, r=0,524), protein intake (p =0,001, r=0,530) dan there was significant negative correlation between hemodialysis adequacy with body mass index (p=0,015 r=0,367). Key words: Hemodialysis adequacy, energy intake, protein intake, body mass index HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DENGAN ASUPAN MAKAN DAN INDEKS MASSA TUBUH PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG ABSTRAK Adekuasi hemodialisis merupakan indikator penentuan kecukupan dosis pada pasien hemodialisis. Pasien hemodialisis beresiko mengalami malnutrisi energi-protein akibat asupan makan yang kurang dan dapat dideteksi dengan pengukuran indeks massa tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan adekuasi hemodialisis dengan asupan makan dan indeks massa tubuh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan consecutive sampling dengan 43 responden yang memenuhi kriteria inkusi-ekslusi. Dilakukan pengumpulan data mengenai adekuasi hemodialisis berdasarkan rumus natural Kt/V, asupan makan menggunakan form Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire ( SQFFQ) dan status gizi menggunakan indeks massa tubuh. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk (n<50) dan uji korelasi Pearson (p>0, 05) untuk mengetahui hubungan antar variabel. Dari hasil penelitian didapatkan responden berumur rerata 45,95 ± 8,059 tahun terdiri dari 51,2% pria dan 48,8% wanita, dan lama menjalani hemodialisis rerata 26,12 ± 29,56 bulan. Dengan uji Pearson didapatkan korelasi positif yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan asupan energi (p=0,001, r=0,524), asupan protein (p=0,001, r=0,530) dan didapatkan korelasi negatif yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan indeks massa tubuh ( p=0,015 r=0,367). Kata kunci : Adekuasi hemodialisis, asupan energi, asupan protein, indeks massa tubuh 60

Pendahuluan Penyakit ginjal kronik merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadian masih cukup tinggi, etiologi luas dan komplek, sering diawali tanpa keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal ginjal terminal) (Suwitra, 2010). Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Peningkatan penderita penyakit ini di Indonesia mencapai angka 20% (Suwitra, 2010). Sejauh ini, menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, hemodialisis merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik. Menurut Clinical Practice Guideline on Adequacy of Hemodialysis, kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis (NKF-K/DOQI, 2000). Hemodialisis yang tidak adekuat dapat menjadi penyebab penting terjadinya malnutrisi (Locatelli et al., 2002). Malnutrisi dapat meningkatkan resiko terjadinya morbiditas dan mortalitas (Gunes, 2013). Kejadian malnutrisi dapat dideteksi dengan pengukuran status gizi. Status gizi dapat diperoleh melalui penilaian diet (asupan makan) dan penilaian antropometri (Rospond, 2008). Metode Jenis penelitian ini adalah penelitaian analitik-observasional dengan rancangan cross sectional pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. Penganmbilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, artinya peneliti mengambil semua subjek yang ada berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah subjek minimal terpenuhi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien gagal ginjal kronik yang rutin menjalani hemodialisis 2 kali per minggu dan minimal telah menjalani selama tiga bulan. Kriteia eksklusinya adalah berusia kurang dari 18 tahun, lebih dari 60 tahun, memiliki riwayat keganasan dan ditemukan adanya edema. 61

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah adekuasi hemodialisis, variabel tergantung yaitu asupan makan (energi dan protein) dan indeks massa tubuh. Adekuasi hemodialisis didapatkan dengan menggunakan rumus logaritma natural Kt/V yang merupakan rasio dari bersihan urea (ureum pre dan post HD) dan waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh pasien (NKF-K/DOQI, 2006). Asupan makan dengan semi quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ) dalam waktu satu minggu terakhir. Pada saat pengambilan data asupan makan, responden diminta untuk menjelaskan seberapa sering mengonsumsi setiap jenis makanan yang tercantum dalam kuesioner selama 1 minggu terakhir dengan kemungkinan jawaban yaitu berapa kali per hari, berapa kali per minggu. Perhitungan asupan makan responden dilakukan dengan cara mengalikan frekuensi konsumsi yang dilaporkan oleh responden untuk setiap jenis makanan dengan besar porsi setiap kali makan (dalam gram) per hari, kemudian hasilnya dikalikan dengan kandungan zat gizi (energi, protein) dalam setiap jenis makanan tersebut. Langkah terakhir adalah menjumlahkan kontribusi zat-zat gizi tersebut dari semua jenis makanan yang tercantum dalam kuesioner, sehingga diperoleh rata-rata asupan makan responden dalam 1 minggu terakhir. Pengambilan data asupan makan menggunakan bantuan food model. Indeks massa tubuh diperoleh dengan pengitungan berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) kuadrat kemudian dituliskan hasilnya dalam bentuk angka. Data usia, jenis kelamin, lama menjalani hemodialisis diperoleh melalui data rekam medik. Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Data tersebut selanjutnya diuji secara statistik dengan uji korelasi Pearson/Spearman. 62

Hasil Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Mean + SD Min Maks N % Umur (tahun) 45,95 ± 8,059 21 58 Jenis Kelamin a. Laki-laki 22 51,2 b. Perempuan 21 48,8 Lama Menjalani HD (bulan) 26,12 ± 29,56 3 133 Durasi HD (jam) 4,337 ± 0,2829 4 5 a. 4 jam b. 4,5 jam c. 5 jam 16 25 2 37,2 58,1 4,7 Adekuasi hemodialisis 1,605 ± 0,533 0,70 3,66 a. Adekuat b. Inadekuat 13 30 30,2 69,8 Asupan energi 1398,4 ± 224,3 927,9 1854,8 a. Cukup b. Kurang 17 26 39,5 60,5 Asupan protein 59,7 ± 11,7 38,5 88,0 a. Cukup b. Kurang 25 18 58,1 49,9 IMT 22,013 ± 3,27 16,2 30,4 a. Underweight b. Normal Overweight 7 20 16 16,3 46,5 37,2 Pembahasan Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (51,2%), sudah menjalani hemodialisis selama 26,12 bulan dan sebagian 63

besar (58,1%) menjalani selama 4,5 jam tiap sesi hemodialisis. Rerata usia responden adalah 45,95 tahun dengan usia termuda 21 tahun dan tertua 58 tahun. Sebagian besar pasien (70%) menjalani hemodialisis inadekuat dengan rerata Kt/V sebesar 1,605. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2010), adekuasi hemodialisis pada pasien di RS Tabanan Bali adalah 1,22. Lebih lanjut oleh Septiwi (2010) dan Nurchayati (2010) dimana sebagian besar pasien menjalani hemodialisis inadekuat. Menurut Pernefri (2003) target Kt/V untuk pasien yang menjalani hemodialisis 2x/minggu adalah 1,8 dengan durasi 10-15 jam tiap minggu nya. Kebijakan PT. ASKES untuk frekuensi hemodialisis 2x perminggu dengan durasi 4-5 jam tiap sesinya kemungkinan menjadi salah satu penyebab pencapaian hemodialisis yang inadekuat. Rerata asupan energi responden adalah 1.398,4 kkal/hari dengan asupan paling sedikit 927,9 kkal/hari dan paling banyak 1.854,8 kkal/hari. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar asupan energi responden berasal dari nasi putih. NKF-K/DOQI (2000) merekomendasikan asupan energi untuk pasien GGK yang menjalani hemodialisisis adalah 35 kkal/kgbb/ hari. Setelah dibandingkan dengan anjuran tersebut, sebagian besar responden dikategorikan kurang energi (60,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati (2009) dimana sebagian besar responden (76,9%) mengalami defisiensi asupan energi. Rerata asupan protein responden adalah 59,7 gram/hari dengan asupan paling sedikit 38,584 gram/hari dan paling banyak 88,03 gram/hari. Sebagian besar asupan protein responden berasal dari daging ayam dan ikan, namun konsumsinya tidak setiap hari. Asupan protein yang dikonsumsi hampir setiap hari adalah tahu dan tempe. NKF-K/DOQI (2000) merekomendasikan asupan protein untuk pasien GGK yang menjalani hemodialisisis adalah 1,2 gram/kgbb/hari. Asupan protein yang dianjurkan adalah asupan protein dengan nilai biologis tinggi (protein hewani). Setelah dibandingkan dengan anjuran tersebut, sebagian besar responden dikategorikan cukup protein ( 58,1%). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Sulistyowati (2009) menunjukan bahwa sebagian besar responden dikategorikan dalam asupan protein baik (53,8%). Pasien HD beresiko tinggi mengalami malnutrisi energi-protein. Asupan energi dan protein yang direkomendasikan oleh NKF-K/DOQI (2000) bertujuan 64

untuk mengompensasi nutrisi yang ikut terbuang tiap sesi hemodialisis, terutama protein yang mencapai 10-12 gram tiap sesi nya. IMT rerata responden adalah 22,0 kg/m 2 dengan nilai IMT terendah 16,2 kg/m 2 dan tertinggi 30,4 kg/m 2. Sebagian besar responden (46,5%) dikategorikan dalam status gizi normal. Hal ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan Junaidi (2009) dan Sulistyowati (2009) dimana sebagian besar pasien HD dikategorikan status gizi normal. Penilaian status gizi yang direkomendasikan oleh KDOQI (2000) adalah penilaian antropometri. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dianggap sesuai sebagai indikator status kecukupan energiprotein pada pasien hemodialisis rutin. Pasien HD rentan mengalami malnutrisi. Malnutrisi akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (Gunes, 2013). Sebelum analisis bivariat, dilakukan uji normalitas pada data numerik. Uji normalitas dilakukan pada variabel bebas yaitu adekuasi hemodialisis, dan variabel terikat yaitu asupan energi, asupan protein, dan indeks massa tubuh (IMT). Uji normalitas dilakukan dengan Saphiro-Wilk W test untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil normalitas data dengan Saphiro-Wilk W test Variabel Penelitian Nilai p Adekuasi Hemodialisis Asupan Energi Asupan Protein Indeks Massa Tubuh 0,564* 0,351* 0,083* 0,741* Ket= *p=<0,05 Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro Wilk test didapatkan bahwa semua variabel memiliki nilai p>0,05, artinya semua variabel terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan analisis bivariat dengan uji korelasi Pearson. Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah adekuasi hemodialisis, sedangkan variabel terikat adalah asupan energi, protein, dan indeks massa tubuh. Tabel 3. Analisis bivariat adekuasi hemodialisis dengan variabel terikat. 65

Variabel Terikat Asupan Energi Adekuasi Hemodialisis r P 0,524 0,001* Asupan Protein Indeks Massa Tubuh 0,530-0,367 0,001* 0,015* r= koefisien korelasi p= p*= significant value Hasil analisis bivariat pada Tabel 3. menunjukan bahwa adekuasi hemodialisis dan asupan energi memiliki hubungan positif yang bermakna secara statistik, dengan korelasi sedang (p=0,001; r=0,524). Artinya semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisis maka semakin tinggi pula asupan energinya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, apabila pasien menjalani hemodialisis yang adekuat, maka asupan energinya pun baik (NKF -K/DOQI, 2000). Terjadi bersihan ureum yang optimal pada hemodialisis adekuat, sehingga sindroma uremia yang menyebabkan anoreksia, mual, muntah dan sebagainya bias teratasi dan asupan makan pasien tidak terganggu. Untuk uji korelasi adekuasi hemodialisis dan asupan protein didapatkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan positif yang bermakna secara statistik, dengan korelasi sedang (p=0,001; r=0,530). Artinya semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisis maka semakin tinggi pula asupan proteinnya. Sebagian besar responden menjalani hemodialisis yang inadekuat namun memiliki asupan protein yang cukup. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kecukupan protein yang bukan berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi seperti yang direkomendasikan oleh NKF-K/DOQI (2000). Untuk uji korelasi adekuasi hemodialisis dan indeks massa tubuh didapatkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi negatif yang bermakna secara statistik, dengan korelasi lemah ( p=0,015; r=0,367). Artinya semakin tinggi adekuasi hemodialisis maka IMT nya semakin rendah. Hal tersebut dikaitkan dengan sindroma uremia yang menyebabkan anoreksia, mual, muntah pada pasien yang menjalani hemodialisis inadekuat. Keadaan ini menyebabkan pasien cenderung menghindari makanan yang menyebabkan mual, dalam hal ini protein (telur dan ikan) dan menggantinya dengan makanan berenergi tinggi (biskuit dan 66

roti). Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan maka akan menyebabkan IMT pasien meningkat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2009) bahwa terjadi peningkatan IMT pada 55,5% pasien HD di RSCM Jakarta. Selain itu, faktor lain yang ikut berpengaruh adalah luas permukaan tubuh, dimana pasien yang memiliki IMT rendah cenderung memiliki luas permukaan tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang memiliki IMT tinggi. Hal ini menyebabkan bersihan ureum dengan waktu yang sama akan lebih optimal terjadi pada pasien dengan luas permukaan tubuh yang lebih kecil. Simpulan Adekuasi hemodialisis berbanding lurus dengan asupan energi dan protein, artinya semakin tinggi adekuasi hemodialisis maka akan ada peningkatan asupan energi dan protein. Adekuasi hemodialisis berbanding terbalik dengan indeks massa tubuh, artinya semakin tinggi adekuasi hemodialisis maka IMT semakin rendah. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan untuk dilakukan penghitungan adekuasi hemodialisis dan pemeriksaan status gizi secara berkala pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis, pemberian edukasi mengenai asupan makan kepada pasien dan keluarganya serta pengkajian kembali mengenai kebijakan durasi hemodialisis. Hal ini ditujukan untuk mendeteksi dan menangani kejadian malnutrisi pada pasien HD dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas nya sehingga pasien HD dapat menjalani kehidupan normal. Daftar Pustaka Dewi IGAPA. 2010. Hubungan antara Quick of Blood/Qb dengan Adekuasi Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali.[Tesis]. Depok: Universitas Indonesia. hlm: 89. Gunes FE. 2013. Medical Nutrition Therapy for Hemodialysis Patients. [Diakses tanggal 24 Agustus 2013]. http://dx.doi.org/10.5772/53473. Junaidi MA. 2009. Status Indeks Massa Tubuh Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Bulan Februari 2009 dan Korelasinya dengan Lama Menjalani Hemodialisis. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia. hlm: 22. Locatelli F, Fouque D, Heimburger O, Drueke TB. 2002. Nutritional Status in Dialysis Patients: a European Consensus Nephrology Dialysis Transplantation. 17:563-72. National Kidney Foundation. 2006. Updates Clinical Practice Guidelines and Recommendations Hemodialysis Adequacy. [Diakses tanggal 16 September 2013]. http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/. NKF-K/DOQI. 2000. Nutrition in Chronic Renal Failure. American Journal of Kidney Disease. 35(6):17-53. 67

Nuchayati, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia. hlm: 71. Pernefri. 2003. Konsensus Dialisis Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Jakarta. Rospond RM. 2008. Penilaian Status Nutrisi. [Diakses tanggal 24 Agustus 2013]. http://www.lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/penilaian-status-nutrisi.pdf. Septiwi C. 2010. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia. hlm: 50-1. Sulistyowati, N. 2009. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis dengan Asupan Makanan dan Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. [Artikel Penelitian]. Semarang: Universitas Diponegoro. hlm: 2-3. Suwitra K. 2010. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: FKUI. 68