BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa lain. Komunikasi itu terjadi dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan kemasyarakatan, pemerintahan dan keagamaan. Adanya komunikasi itu menyebabkan terjadinya kontak budaya. Kontak budaya yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain antara lain dapat dilihat dalam masalah kebahasaan. Weinreich (1953:5) menyebutkan bahwa pengaruh bahasa lain ke bahasa tertentu merupakan difusi dan akulturasi budaya. Saling pengaruh antara satu bahasa dengan bahasa yang lain dapat dilihat melalui kosakata yang dipungut oleh bahasa tertentu. Hal ini merupakan ciri keuniversalan bahasa. Tidak ada satu bahasa pun yang luput dari pengaruh bahasa atau dialek lain. Misalnya, bahasa Inggris dan Arab merupakan bahasa yang selalu terbuka terhadap pungutan. Hadirnya bentukan kata baru di dalam bahasa mencerminkan bahwa bahasa bersifat terbuka terhadap pengaruh bahasa lain. Hal itu merupakan pertanda bahwa bahasa penerima tumbuh dan berkembang dilakukan secara sadar oleh pemilik bahasa yang bersangkutan. Seseorang yang meminjam kata dari bahasa lain dalam tuturannya dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya (1) bila seseorang tidak menemukan kata yang maknanya ingin disampaikan dalam bahasanya (2) bila kata tersebut memang tidak ada dalam bahasanya atau penutur belum mengetahuinya (3) bila kata tersebut (yang ada pada bahasa yang digunakan) belum begitu dikenal oleh penutur, maka ia lebih memilih kata yang ia kenal lebih dekat dan (4) bila seseorang sedang dalam kondisi fisik dan mental yang capek dan malas sehingga ia cenderung mengeluarkan kata yang siap tersedia.
Masuknya unsur satu bahasa ke bahasa lain kadang-kadang dapat memperkaya khazanah satu bahasa, tetapi kadang-kadang dapat pula menyebabkan bahasa penerima akan dirugikan, apabila masuknya suatu bahasa tersebut berdampak mengacaukan struktur yang menyebabkan terjadinya penyimpangan kaidah atau gejala interferensi. Sehubungan dengan ini sudah sepantasnyalah pembentukan kata BI dari BA ini mendapat perhatian. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pendidikan nasional serta pengembangan ilmu dan teknologi memerlukan pengembangan kata dan istilah dalam berbagai bidang ilmu. Kekayaan kosakata suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana pengungkap ilmu dan teknologi serta seni. Sejalan dengan perjalanan waktu berabad-abad yang lalu dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kosakata bahasa Indonesia terus menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan kosakata itu dapat terlihat dengan cukup banyaknya serapan dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Besarnya persentase kata-kata baru dari bahasa asing dapat ditafsirkan sejajar dengan apa yang dikatakan Anderson (1982: 45) yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa Indonesia mengikuti dua arah, yaitu untuk keperluan hal-hal yang formal mengambil sumber bahasa asing, sementara untuk keperluan yang bersifat informal dipungut dari bahasa lokal atau daerah. Salah satu bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab. Masuknya kosakata Arab itu ke dalam bahasa Indonesia melalui media agama Islam. Kebanyakan perbendaharaan kata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab itu berupa unsur leksikal. Pengambilan kosakata ini hanya dilakukan sesuai dengan keperluan yang ada yakni untuk memperkaya dan memperkokoh bahasa Indonesia sebagai bahasa illmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu kemanusiaan. Bersama aspek kebahasaan tersebut masuk pula ide-ide dan konsepkonsep bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Seperti nama shalat wajib lima waktu dipakai sebagai penanda waktu. Selain itu konsep bahasa Arab tersebut juga telah dipakai sebagai penanda hari seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis,
Jumat, dan Sabtu. Adapun penggunaan kata Minggu diganti dengan Ahad. Konsep-konsep kebahasaan tersebut ternyata pada saat ini telah mapan dalam sistem budaya Indonesia sehingga kita memperlakukannya sebagai suatu hal yang biasa karena berkaitan erat dengan aktivitas keagamaan yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia adalah dua bahasa yang sangat berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui perbedaan rumpun bahasa karena bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semith (Assamiyah) dan bahasa Indonesia yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia. Namun banyaknya perbendaharaan kata bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia berupa unsur leksikal (termasuk di dalamnya unsur lain seperti fonem, morfem dan unsur gramatikal lainnya), menyebabkan pemakainya merasa akrab dengan kosakata tersebut dan sebagian kosakata tersebut telah menyatu dengan lidah pemakai bahasa Indonesia bahkan ada pula kosakata yang tidak terlihat lagi ciri kearabannya. Seperti nipas, qari dan ruh. Masuknya kosakata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia terus bertambah. Sejak penerbitan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3 tahun 2005 sampai saat ini belum diketahui secara kuantitatif berapa kosakata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Walaupun ada beberapa penelitian yang telah dilakukan jumlah kata serapan bahasa Arab itu sangat bervariasi. Apabila diperhatikan secara morfologis kata serapan bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia berbentuk nomina atau bentuk lain yang dijadikan nomina di dalam bahasa Indonesia. Misalnya /tashih/ pengesahan (N) dibentuk menjadi /menashihkan/ mengesahkan dan /penashih/ orang yang (bertugas) menashih. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia ini memiliki pola yang tidak menentu, di antara kata-kata yang diserap itu ada yang berasal dari kata tunggal dan ada pula yang berasal dari kata kompleks. Selain itu ada pula kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia tersebut berupa bentuk tunggal dan jamaknya sekaligus. Bertambahnya kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk menyebabkan perlunya kajian lanjutan tentang proses pembentukan kata tersebut di dalam bahasa Indonesia. Misalnya
bentuk-bentuk {pen-} atau {pen-an} dapat digunakan untuk membentuk kata BI dari BA ini menjadi kata baru seperti /pentahiran/ penyucian, pembersihan, /penyahihan/ pernyataan sahih (terhadap sesuatu), dan /pengkimahan/ penilaian. Kata-kata BI dari BA lainnya seperti /makzul/ berhenti memegang jabatan, /daif/ lemah dan /kibir/ sombong dapat pula dibentuk menjadi kata turunan /memakzulkan/, /mendaifkan/ dan /kekibiran/ berdasarkan potensi morfologi bahasa Indonesia. Penggunaan awalan {pe-} untuk menyatakan pelaku seperti /pezikir/ orang yang berzikir dan /penadbir/ pengurus atau pengelola serta awalan {ber-} seperti /berazam/ bermaksud dan /bermunajat/ melakukan munajat dan lain-lain juga dapat dikenakan kepada kata-kata BI yang berasal dari BA. Adapun kaidah morfologi kata yang diserap ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya disesuaikan dengan kaídah morfologi bahasa Indonesia, namun dalam sistem morfofonemiknya belum sepenuhnya disesuaikan dengan sistem morfofonemik bahasa Indonesia. Misalnya, dalam sistem morfofonemik bahasa Indonesia bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan tak bersuara /t/ bila mendapat awalan {men-} bunyi-bunyi tersebut akan lesap, tetapi sebagian lagi tidak. Maksudnya, teori morfologi dalam kajian ini akan dipadukan dengan fonologi generatif (terutama dalam mendeskripsikan kaidah morfofonemik bahasa Indonesia) untuk menyempurnakan dan memudahkan pembahasan. Selanjutnya di dalam pembentukan kata BI dari BA akan dimunculkan bentuk bentuk potensial yang akan menjadi calon kata bahasa Indonesia. Katakata potensial (aktual) ini sebagian besar telah digunakan sehari-hari di lingkungan penutur bahasa Indonesia, namun belum tercantum di dalam kamus besar bahasa Indonesia. Teori morfologi generatif memiliki perangkat kaidah untuk membentuk kata-kata baru atau kalimat-kalimat baru dengan kaidah transformasi. Menurut O grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90) morfologi adalah komponen tatabahasa generatif transformational (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya mereka membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku bagi semua bahasa dan morfologi khusus yang hanya berlaku bagi bahasa tertentu. Teori morfologi
umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain morfologi secara khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah-kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya. Berdasarkan uraian di atas, kiranya cukup beralasan apabila penelitian yang berjudul pembentukan kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab dengan menggunakan teori morfologi generatif ini dilaksanakan karena penelitian kata BI dari BA yang ada sebelumnya, sepanjang pengetahuan penulis, belum ada yang menggunakan teori morfologi generatif. Penerapan teori morfologi generatif ke dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan calon kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab dan diharapkan akan disahkan menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. 1.2 Masalah Penelitian Setiap penelitian yang akan dikaji harus dinyatakan secara jelas mengenai masalahnya dan batas-batas wilayah kajiannya agar bisa lebih mudah dipahami. Berkaitan dengan hal di atas, tulisan ini akan menjelaskan pembentukan kata BI dari BA yang terdiri dari (1) fungsi dan makna morfem dalam konstruksi derivasi dan infleksi. Bagian ini akan menjelaskan apakah pertemuan morfem yang satu dengan morfem lainnya berfungsi derivasional atau hanya berfungsi infleksional. Makna morfem yang dimaksud adalah makna morfem yang timbul setelah digabungkan dengan morfem lain dalam proses pembentukan kata baik yang derivasi maupun morfem infleksi. Selain itu akan dikaji (2) proses morfofonemik yang meliputi kaidah penambahan dan pelesapan fonem BI dari BA (3) tipologi morfologis BI dari BA terdiri dari afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan, namun dalam penelitian ini kajian yang mendalam hanya difokuskan pada afiksasi saja sedangkan kajian reduplikasi dan pemajemukan hanya merupakan kajian tambahan (4) pembentukan kata BI dari BA berdasarkan
morfologi generatif yang dilakukan berdasarkan empat komponen yaitu daftar morfem, kaidah pembentukan kata, saringan dan kamus serta (5) bentuk potensial (potensial words) kata BI dari BA. Selanjutnya akan dijelaskan bentuk-bentuk kata yang belum pernah digunakan dalam realitas kebahasaan tetapi bentukbentuk tersebut berterima menurut pola kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia. Pembentukan kata tersebut dapat berupa gabungan antara morfem bebas dengan morfem bebas, morfem bebas dengan morfem terikat dan antara morfem bebas dengan bentuk terikat. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka masalah masalah yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah fungsi dan makna afiks terhadap kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab dalam konstruksi morfologis derivasi dan infleksi? 2. Morfofonemik apakah yang terdapat di dalam pembentukan kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab? 3. Bagaimanakah tipologi morfologis kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab? 4. Bagaimanakah pembentukan kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab berdasarkan kajian morfologi generatif? 5. Bagaimanakah bentuk potensial ( potensial words) kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gejala kebahasaan yang terdapat di dalam pembentukan kata BI dari BA. Hal ini berkaitan dengan sejumlah fakta, data dan informasi linguistik yang berhubungan dengan morfologi. Kajian ini juga akan mengungkapkan perubahan-perubahan fonem yang terjadi di dalam pembentukan kata BI dari BA. Melalui perubahanperubahan fonem ini akan diketahui realisasi morfem beserta pelafalannya. Proses pembentukan kata (word formation) menyangkut masalah morfem yaitu perubahan morfem dasar menjadi bentuk turunan melalui penggabungan. Selanjutnya dalam penelitian ini juga dimodifikasi teori linguistik yakni teori
morfologi generatif yang bertujuan mengembangkan penelitian linguistik. Modifikasi teori dilakukan apabila suatu teori dianggap tidak mampu mengakomodasi fenomena kebahasaan yang ada dan karakter data bahasa yang berbeda. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pembentukan kata BI dari BA yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Mengkaji fungsi dan makna afiks terhadap kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab dalam konstruksi morfologis derivasi dan infleksi. 2. Menjelaskan morfofonemik yang terdapat di dalam pembentukan kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab. 3. Menjelaskan tipologi morfologis kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab. 4. Mengkaji pembentukan kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab berdasarkan kajian morfologi generatif. 5. Menjelaskan bentuk potensial kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua jenis manfaat yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat untuk : 1. Memperkaya khazanah pengetahuan ilmu bahasa khususnya kata serapan yang termasuk dalam kajian morfologi yang dipadukan dengan fonologi karena membahas bidang morfologi suatu bahasa tidak terlepas dari bidang fonologi.
2. Dari sudut morfologi generatif, penutur suatu bahasa dapat menggunakan kata baru menurut intuisi penutur bahasa karena penutur asli suatu bahasa tertentu memiliki kemampuan intuisi untuk mengenal kata-kata dan bagaimana katakata itu dibentuk. Hal ini berkaitan dengan produktivitas dan kreativitas penutur di dalam membentuk-kata-kata baru. 3. Sebagai bahan masukan dan bahan banding bagi yang membutuhkan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberi kontribusi berupa pengetahuan umum pembentukan kata BI dari BA kepada masyarakat karena banyak masyarakat yang menganggap bahwa katakata serapan tersebut berasal dari bahasa Indonesia. 2. Menunjang program pemerintah dalam pengkodifikasian bahasa Indonesia dalam rangka perencanaan bahasa. 3. Sebagai usaha pendokumentasian bahasa yang melibatkan bidang kata serapan BI dari BA bagi generasi mendatang.