BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Karet , , , , , , ,01

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara (BPS Aceh 2012). penduduk. Areal tanaman kelapa di Provinsi Aceh pada tahun 2004 seluas

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan propinsi paling barat di Indonesia yang beribukota di Banda Aceh terbagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

PENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LUAS AREAL PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS WILAYAH KOMODITAS KOPI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi merupakan bahan minuman tidak

Sekilas RPJPN, RPJPA, NAWA CITA dan RPJMA Review Dokumen Pembangunan Perkebunan Aceh. Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup dan Metode Pelaksanaan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu kebangkitan kembali nasib-nasib industri. Jenis yang baru ini tahan penyakit, keras dan memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi ini memperoleh harga yang lebih rendah daripada kopi Arabica, namun pertumbuhan permintaan dunia menuntut adanya pasar yang cukup kuat. Tetapi hanya sampai tahun 1925-1929, ketika produksi rata-rata sebesar 114.000 ton per tahun (75% diantaranya diekspor), puncak abad XIX dilampaui. Selama periode ini struktur industri yang sekarang ada muncul. Untuk pertama kali pada abad XX, produksi petani rakyat melampaui produksi perkebunan, dan hasil dari Sumatera melebihi hasil dari Jawa. Untuk selanjutnya, mesin penggerak industri kopi di Indonesia adalah petani rakyat dari Sumatera (Spillane,1990:44). Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta dan liberika. Penggolongan kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesiesnya, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 1990:15). Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis Robusta yang

mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24% produksi dunia, sedangkan Liberika dan Excelsa masing-masing 3%. Arabika dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dengan jumlah kafein yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan kopi Arabika lebih mahal dari kopi Robusta (Spillane,1990: 11). Pengembangan kopi Arabika di Indonesia diharapkan dapat mencapai 30% dari total ekspor nasional, atau ekivalen dengan ± 150.000 ton per tahun. Pada saat ini ekspor kopi Arabika dari Indonesia baru mencapai sekitar 30.000 ton per tahun, sehingga defisit terhadap target nasional sekitar 120.000 ton per tahun. Dengan asumsi produktivitas kopi Arabika sekitar 750 kg/ha, maka peluang perluasan kopi Arabika di Indonesia mencapai 180.000 Ha. (Anonymous, 2009) Komoditas kopi merupakan ekspor Indonesia non migas yang memberikan kontribusi dalam peningkatan devisa Negara. Pada tahun 2007, ekspor non migas meningkat sebesar 15,5% dengan kontribusi sektor pertanian sebesar 4,3%, sektor manufaktur 82,6%, dan sektor pertambangan sebesar 13,1%. Ekspor pertanian dan pertambangan tumbuh sebesar 17,0% dan 7,8% (Bab 16, Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas 2008:II. 16-3) Pada saat ini tanaman kopi Robusta di Indonesia lebih dari 95%, sedang selebihnya adalah kopi Arabika dan jenis lain. Meskipun kopi Robusta ini semula ditanam dan diusahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini telah banyak menjadi tanaman rakyat atau pertanian rakyat (AAK, 2009:20). Kopi Arabika di Indonesia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan negaranegara lain. Hanya Indonesia satu-satunya negara pengekspor kopi yang memiliki

lima jenis kopi Arabika, yang tersebar di lima wilayah yakni Toraja Sulawasi Selatan, Bali, Jawa, Sumatera Utara (Mandailing), dan Aceh (Anonymous,2009) Selama 30 tahun terakhir, areal tanaman kopi di Indonesia telah meningkat tiga kali lipat. Perluasan ini diakibatkan oleh perubahan perkebunan besar menjadi perkebunan rakyat. Dimana pada saat pengalihan perkebunan besar menjadi perkebunan rakyat, diikuti juga dengan penggantian komoditas pertanian yang ditanam. Dan tanaman kopi merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam di perkebunan rakyat menggantikan tanaman sebelumnya (AAK,2009: 21). Tabel 1. Produksi Kopi dan Luas Lahan yang Digunakan di Provinsi NAD No Kabupaten Luas Lahan yang Digunakan (Ha) Produksi 1 Aceh Barat 533 181 ton 2 Bener Meriah 39.490 12.840 ton 3 Aceh Selatan 1.590 504 ton 4 Aceh Besar 1.466 760 ton 5 Aceh Jaya 1.326 300 ton 6 Aceh Singkil 1.322 49 ton 7 Aceh Tamiang 105 14 ton 8 Aceh Tengah 46.493 22.757 ton 9 Aceh Tenggara 316 45 ton 10 Aceh Timur 281 60 ton 11 Aceh Utara 975 243 ton 12 Bireuen 724 461 ton 13 Aceh Barat Daya 560 225 ton 14 Gayolues 2.489 815 ton 15 Naganraya 1.360 565 ton 16 Pidie 9.522 2048 ton 17 Simeulue 158 13 ton Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2006-2008 dan Peluang Investasi Bahan Galian & Energi di Provinsi NAD Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa Provinsi NAD merupakan salah satu penghasil kopi terutama di Kabupaten Aceh Tengah Dan Kabupaten Bener Meriah.

Tanaman kopi dapat dijumpai dengan mudah di hampir semua kecamatan di kabupaten Bener Meriah. Tanaman kopi yang ada di kabupaten Bener Meriah terdapat di hamparan kebun yang dimiliki oleh penduduk, bukan di kebun kopi yang diusahakan oleh perusahaan besar. Di antara tujuh kecamatan di Bener Meriah, daerah selatan menghasilkan lebih banyak kopi yaitu kecamatan Bandar, Bukit, dan Timang Gajah. Tabel 2. Sektor Perkebunan Unggulan dan Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Bener Meriah tahun 2006 No Sektor/ Komoditi Unggulan/ Produksi Tahun Tidak Terakhir (2006) 1 Primer-Perkebunan: Kelapa Sawit Unggulan 79 ton 2 Primer-Perkebunan: Kakao Unggulan 45 ton 3 Primer-Perkebunan: Tebu Unggulan 1,122 ton 4 Primer-Perkebunan: Kopi Unggulan 12,840 ton 5 Primer-Perkebunan: Kelapa Unggulan 8 ton 6 Primer-Perkebunan: Lada Unggulan 100 ton 7 Primer-Perkebunan: Nilam Non Unggulan 8 ton 8 Primer-Perkebunan: Tembakau Non Unggulan 44 ton Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2006-2008 Dari Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa sektor perkebunan unggulan yang paling tinggi produksinya di kabupaten Bener Meriah adalah tanaman kopi yaitu sebesar 12,840 ton yang kemudian diikuti tanaman tebu sebesar 1.122 ton, lada, kelapa sawit dan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 1. dan Tabel 2. yang menunjukkan bahwa kopi merupakan salah satu sektor perkebunan unggulan baik di Provinsi NAD secara umum dan Kabupaten Bener Meriah secara khusus, maka penulis ingin mengetahui pengaruh dari tingginya produksi kopi terhadap pendapatan petani dan kondisi sosial ekonomi petani di Kabupaten Bener Meriah.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan petani kopi di daerah penelitian? 2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap produksi petani kopi di daerah penelitian? a. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial (meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani) petani kopi terhadap produksi petani kopi di daerah penelitian? b. Bagaimana pengaruh karakteristik ekonomi (meliputi: jumlah tanggungan keluarga, curahan tenaga kerja, luas lahan, modal) petani kopi terhadap produksi petani kopi di daerah penelitian? 3. Bagaimana kelayakan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani kopi di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap produksi petani kopi yang ada di daerah penelitian.

a. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial (meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani) petani terhadap produksi petani kopi yang ada di daerah penelitian. b. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ekonomi (meliputi: jumlah tanggungan, curahan tenaga kerja, luas lahan, modal) terhadap produksi petani kopi di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian. 1.4.Kegunaan Penelitian 1. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan perkebunan kopi rakyat. 2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan tanaman kopi dan petani kopi. 3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.