II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Bawang Daun Bawang daun diduga berasal dari benua Asia yang memiliki iklim panas (tropis), terutama kawasan Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di Indonesia budidaya bawang daun mulanya ada di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa sejuk (dingin), seperti Cipanas, Pacet (Cianjur), Lembang (Bandung) dan Malang (Jawa Timur). Pada mulanya, bawang daun tumbuh secara liar. Kemudian, secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan peradaban manusia dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan batang) dan bahan obat (akar, batang dan daun) (Cahyono, 2005) b. 2.2 Klasifikasi Tanaman Bawang Daun Kedudukan tanaman bawang daun dalam tata nama (sistematika) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Division Sub-division Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Liliflorae : Liliaceae : Allium Spesies : Allium fistulosum L. 5
6 Bawang daun masih sefamily dengan bawang merah (A. cepa L varietas ascalonicum L), bawang Bombay (A. cepa L), bawang putih (A. sativum L), bawang kucai (A. schoenoprasum L), bawang prei (A. porum L) dan bawang ganda (A. odorum L) (Rukmana, 1995). 2.3 Morfologi Tanaman Bawang Daun Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, tergantung pada varietasnya. Bawang daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga membentuk rumpun. Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting bawang daun adalah akar, batang, daun, bunga, biji. Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah dan sekitar permukaan tanah. Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8 cm-20 cm. Perakaran bawang daun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, mudah menyerap air dan kedalaman tanah cukup dalam. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono, 2005) b. Bawang daun memiliki dua macam batang yaitu batang sejati dan batang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah merupakan batang semu, tersusun dari pelepah-pelepah daun (kelopak daun) yang
7 saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Fungsi batang bawang daun, sebagai tempat tumbuh daun dan organorgan lainnya dan sebagai jalan untuk mengangkut zat hara (makanan) dari akar ke daun sebagai jalan untuk menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono, 2005) b. Bentuk daun dari bawang daun menurut Rukmana (1995) dibedakan atas dua macam, yaitu bulat panjang di dalamnya berlubang seperti pipa dan panjang pipih tidak berlubang. Cahyono (2005) b menambahkan ukuran panjang daun sangat bervariasi, antara 18 cm-40 cm tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun tanaman bawang daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran dan memiliki rasa agak pedas. Daun juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Rukmana, 1995). Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 cm-90 cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga bawang daun seperti payung (umbrella) dan berwarna putih. Bawang daun dapat menyerbuk sendiri atau silang dengan bantuan serangga lalat hijau ataupun dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan buah dan biji (Rukmana, 1995). Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih dan berkeping satu. Biji
8 bawang daun dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (pembiakan) secara generatif (Cahyono, 2005) b. 2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Daun Syarat tumbuh tanaman bawang daun menurut Cahyono (2005) b harus memperhatikan keadaan iklim dan tanahnya, yaitu : 2.4.1 Keadaan Iklim Keadaan iklim yang harus diperhatikan adalah suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan penyinaran cahaya matahari. Suhu udara Bawang daun berkisar antara 19 0 C-24 0 C. Suhu udara yang melebihi batas maksimal menyebabkan proses fotosintesis tidak dapat berjalan sempurna atau bahkan terhenti. Suhu udara yang rendah dapat menimbulkan kematian. Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang daun berkisar antara 80%-90% dan curah hujan yang cocok bagi bawang daun adalah sekitar 1.500 mm/tahun-2.000 mm/tahun. 2.4.2 Keadaan Tanah Keadaan tanah yang harus diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat biologis, dan ketinggian tempat. Sifat fisik tanah yang paling baik untuk tanaman bawang daun adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tata air dan udara dalam tanah (drainase dan aerasi) baik. Di daerah produsen bawang daun, jenis tanah yang relatif baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah Andosol, Latosol, Regosol dan sebagian kecil pada tanah Mediteran dan Aluvial.
9 Kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang daun adalah tanah dengan ph 6,5-7,5 dan sifat biologis tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus), unsur-unsur hara dan organisme tanah yang menguraikan bahan organik tanah. Daerah dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 900 m dpl-1.700 m dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman bawang daun. 2.5 Panen dan Pasca Panen Penanganan panen yang baik dan benar akan menghasilkan bawang daun yang berkualitas baik yaitu dengan memperhatikan umur tanaman, cara pemanenan, dan waktu pemanenan. Pemanenan bawang daun dilakukan pada umur 5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari biji dan pada umur 2,5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari stek tunas (bibit anakan). Pemanenan bawang daun dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman atau membongkarnya dengan alat bantu. Pencabutan tanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Waktu pemanenan bawang daun yang baik yaitu pagi atau sore hari dan saat cuaca cerah. Penanganan pascapanen bawang daun dimulai sejak pengumpulan hasil hingga pemasaran yang meliputi pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran (Cahyono, 2005) b. 2.6 Pengemasan Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk
10 yang ada di dalamnya bisa terlindungi, sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya. Pengemasan merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya. Teknologi pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu mulai dari proses pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti bahan plastik, kaleng/logam, dan kertas komposit (Julianti dan Nurminah, 2006). 2.6.1 Fungsi Kemasan 1. Sebagai wadah atau tempat Kemasan sebagai wadah atau tempat berfungsi untuk memudahkan penyimpanan produk yang berupa tepung tepungan, cairan, gas, dan butiran agar tidak berserakan dan memudahkan pekerjaan bila dipindahkan atau diangkut (Komariah et al., 1994). 2. Sebagai pelindung bagi produk yang dikemas Kemasan juga berfungsi untuk melindungi lingkungan sekitar produk. Bahan kemasan yang akan dipilih tergantung dari sifat sifat produk serta kemampuannya untuk melindungi produk yang akan dikemas. Bahan dan bentuk kemasan yang tidak memenuhi persyaratan dapat menurunkan kualitas produk yang dikemas dan bila terjadi kebocoran dapat menimbulkan malapetaka.
11 3. Sebagai penunjang cara penyimpanan dan transport Produk produk yang dipasarkan biasanya tidak langsung dibawa dari pabrik ke pengecer, tetapi melalui saluran pemasaran yang agak panjang. Selain itu ada beberapa bahan yang harus disimpan dulu sebelum dijual untuk pengontrolan kualitasnya, sehingga kemasan harus dibuat sedemikian rupa agar efisien dalam menggunakan ruangan penyimpanan. Arti efisien yaitu memberikan perbandingan maksimum antara berat atau jumlah produk yang disimpan dengan persatuan luas dari bangunan untuk penyimpanan, sehingga makin tinggi penumpukan, makin tinggi juga efisiensinya. Kemasan harus dibuat selaras dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan transportasi, bentuk dan ukurannya harus cocok dengan kemampuan dan ukuran alat yang digunakan. 4. Sebagai alat persaingan dalam pemasaran Langkah pertama dalam memasarkan suatu produk adalah menarik perhatian konsumen. Cara menarik ini diantaranya dengan menempelkan sesuatu yang menarik pada kemasan produk. Jika langkah pertama telah berhasil, maka peluang untuk memenangkan persaingan sudah menjadi lebih besar, selanjutnya tergantung pada produk itu sendiri, apakah harganya terjangkau, keadaanya sesuai dengan selera konsumen, kualitasnya baik sesuai dengan informasi/label yang telah diberikan (Julianti dan Nurminah, 2006)
12 2.6.2 Ukuran, Bentuk dan Berat Kemasan Ukuran kemasan sangat erat hubungannya dengan penanganan dalam penyimpanan, transportasi maupun sebagai alat untuk menarik perhatian konsumen. Kemasan di disain sedemikian rupa sehingga bentuknya sangat indah dan menarik untuk memberi kesan bahwa isinya lebih banyak dari kemasan lainnya yang serupa, misalnya botol yang ramping dibandingkan dengan botol yang pendek. Bentuk kemasan sangat mempengaruhi efisiensi penggunaan ruang penyimpanan, cara penyimpanan, daya tarik konsumen dan cara pembuatan serta bahan kemasan yang digunakan. Banyak konsumen yang berbelanja karena tertarik oleh kemasannya dengan bentuk yang aneh-aneh, misalnya bentuk oval/patung dan sebagainya lebih disukai. Umumnya produsen selalu berusaha untuk mengurangi berat kemasan yang digunakan karena dengan berkurangnya berat berarti energi yang dibutuhkan untuk transportasi akan berkurang pula sehingga menurunkan harga jual dari produk yang bersangkutan. Hal ini akan lebih menarik bagi konsumen, sehingga dapat diharapkan untuk memenangkan persaingan (Komariah et al., 1994). 2.6.3 Jenis - Jenis Plastik 1. PET (Polyethylene Terephthalate) Bahan plastik ini berwarna bening dan tembus pandang, biasanya digunakan sebagai kemasan minuman, minyak goreng dan sambal. Plastik jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja dan dipakai sebagai wadah air panas. Apabila dipakai berulang-ulang untuk menyimpan air panas, lapisan polimer
13 pada botol akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogen yang dapat menyebabkan kanker (Nurminah, 2002). 2. HDPE ( High Density PolyEthylene) HDPE biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan botol susu atau jus yang berwarna putih, galon air minum dan plastik belanja. Bahan ini memiliki sifat bahan yang keras, dan merupakan salah satu bahan plastik yang aman digunakan karena memiliki kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara makanan atau minuman dengan wadah plastiknya. HDPE direkomendasikan untuk satu kali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Senyawa ini dapat mengakibatkan iritasi kulit, menimbulkan gangguan pernapasan, gangguan siklus menstruasi dan menyebabkan keguguran (Nurminah, 2002). 3. PVC (Polyvinyl Chloride) PVC biasanya digunakan dalam pembuatan botol deterjen, botol sabun, botol shampo, pipa saluran, dan sebagainya. Bahan ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman, karena mengandung zat diethylhydroxylamine (DEHA) yang dapat merusak ginjal dan hati (Nurminah, 2002). 4. LDPE (Low Density Polyethylene) LDPE sering digunakan sebagai kantong belanja, plastik kemasan, pembungkus makanan segar, dan botol-botol lembek. Bahan ini memiliki daya resistensi atau perlindungan yang baik terhadap reaksi kimia. Oleh karena itu, LPDE
14 menjadi salah satu jenis plastik yang dapat digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman (Nurminah, 2002). 5. PP (Poly Propylene) Poly propylene biasanya digunakan dalam pembuatan botol minuman, kotak makanan, dan wadah penyimpanan makanan lainnya yang dapat dipakai berulangulang. Bahan ini merupakan jenis plastik terbaik yang bisa digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman, karena mampu mencegah terjadinya reaksi kimia dan tahan terhadap panas (Nurminah, 2002). 6. PS (Poly Styrene) Jenis plastik ini banyak digunakan sebagai bahan pembuatan styrofoam, wadah makanan beku dan siap saji, piring, garpu, dan sendok plastik. Penggunaan jenis plastik ini sangat tidak dianjurkan untuk pembungkus makanan. Karena bahan ini dapat mengeluarkan zat styrene jika bersentuhan dengan makanan dan minuman, apalagi makanan dan minuman panas. Zat styrene dapat menimbulkan kerusakan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf. Selain itu, bahan ini juga mengandung benzene yang menjadi salah satu penyebab timbulnya kanker. Poly styrene juga sulit untuk didaur ulang, walaupun bisa didaur ulang dan butuh proses yang sangat panjang dan waktu yang lama (Nurminah, 2002). 7. Other (O)
15 Terdapat 4 jenis plastik yang tergolong jenis Other, antara lain: Styrene Acrylonitrile (SAN), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Polycarbonate (PC), dan Nylon. Plastik jenis SAN dan ABS merupakan jenis plastik yang baik digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman, karena memiliki perlindungan yang baik terhadap reaksi kimia. SAN dan ABS sering digunakan dalam pembuatan kotak makanan, botol minum, peralatan dapur, sikat gigi, dan sebagainya. PC sangat tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai wadah makanan dan minuman, karena mengandung Bisphenol-A yang dapat merusak sistem hormon, merusak kromosom pada ovarium, menurunkan kualitas sperma, dan menganggu sistem imun. PC biasanya digunakan pada pembuatan botol susu bayi, kaleng kemasan makanan dan minuman, dan kaleng susu formula (Nurminah, 2002). 2.7 Laju Respirasi Sayuran Respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk konsumsi segar adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yang dinamakan respirasi. Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya (Utama et al., 2006). Menurut Pantastico (1989), respirasi dapat dibedakan dalam tiga tingkat yaitu pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, oksidasi gula menjadi asam piruvat dan transformasi piruvat dan asam-asam organik secara aerob menjadi
16 karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat berperan sebagai substrat dalam proses pemecahan ini. Dalam proses respirasi ini, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi (Utama et al., 2006). Hasil dari respirasi ini adalah CO 2, uap air dan panas (Salunkhe dan Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat perombakan-perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu, sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai indeks yang baik untuk menentukan masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk memiliki laju respirasi berbeda, tergantung pada struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman (Kays, 1991). Secara umum, sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih dewasa. Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat dengan kehilangan air, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam lingkungan yang dapat memperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan O 2 atau meningkatkan konsentrasi CO 2, dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk.