BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV PENGOLAHAN DATA

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BERITA RESMI STATISTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

CARA PENGAMBILAN DAN PENENTUKAN LUAS UBINAN SISTEM JARAK TANAMAN LEGOWO

BERITA RESMI STATISTIK

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BAB III METODE PENELITIAN

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2015

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

BAB II DAERAH PENELITIAN & BAHAN

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA RAMALAN II 2015)

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Bab IV Analisis dan Pembahasan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN UBI KAYU

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Gambar 1. Lokasi Penelitian

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

III. BAHAN DAN METODE

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH *)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. METODOLOGI PENELITIAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2005 DAN ANGKA RAMALAN I 2006)

III. BAHAN DAN METODE

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

PEMANFAATAN GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM (GNSS) UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA TIMUR

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

4.1 Koreksi Geometrik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi geometrik citra adalah proses memberikan sistem referensi dari suatu citra satelit. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah dengan datum WGS 84 proyeksi UTM zona 49s. Titik kontrol (GCP) yang digunakan adalah titik yang diambil dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25000 tahun 2009. Dari hasil rektifikasi didapat nilai RMS atau kesalahan untuk masing-masing GCP adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Titik Kontrol GCP dan nilai RMS No Lokasi GCP Koordinat (meter) Nilai X Y RMS 1 Jembatan Sambong, Batang 360752,91 9235914 0,06 2 Persimpangan Jalan Kelurahan Karanganyar, Pekalongan 356689,25 9235693 0,09 3 Jembatan Banger, Pekalongan 354699,63 9236872 0,14 4 Jembatan Bremi, Pekalongan 351613,25 9238263 0,08 5 Pemukiman Kelurahan Tegaldowo, Pekalongan 350864,16 9240051 0,06 6 Persimpangan Jalan Kelurahan Kradenan, Pekalongan 351886,50 9235465 0,05 7 Persimpangan Jalan Desa Sijono, Batang 355676,72 9233785 0,11 8 Pemukiman Kelurahan Sampang, Pekalongan 353645,13 9239164 0,10 9 Pemukiman Desa Denasri Wetan, Batang 358790,09 9237520 0,11 10 Pemukiman Desa Pasekaran, Batang 359542,16 9233639 0,08 Rata-Rata RMS: 0,088 Total RMS: 0,88 Dari tabel diatas diketahui dapat dilihat nilai koreksi geometrik citra Landsat 8 tahun 2014. Berdasarkan pergeseran letak titik-titik piksel ditunjukan nengan nilai Root Mean Square (RMS) dari masing-masing titik kontrol.nilai RMS paling besar terletak pada nomor 3 sebesar 0,14 dan nilai yang paling kecil terletak pada nomor 6 sebesar 0,05 dengan rata-rata nilai RMS adalah 0,088, artinya pada citra terjadi pergeseran geometrik sebesar 0,088 piksel x = 2,64 meter. Hal ini menunjukkan ketelitian geometrik citra Landsat 8 pada IV - 1

penelitian ini sudah masuk toleransi karena pergeseran yang terjadi tidak lebih dari setengan piksel atau 15 meter. 4.2 Klasifikasi Citra Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan tiknik klasifikasi supervised pada sofrware ERMapper. Sebelum dilakukan proses klasifikasi terlebih dahulu dilakukan penentuan sampel atau training area yang didasarkan pada kenampakan objek di citra dan validasi dari hasil survei lapangan. Pembuatan training area didasarkan pada jumlah kelas tutupan lahan yang diinginkan yaitu pemukiman, sawah, air, kebun, semak, dan tanaman air. Berikut merupakan training area dan hasil pengukuran validasi di lapangan pada masing-masing kelas tutupan lahan dengan menggunakan GPS Hendhelddengan menggunakan datum WGS 84 dan sistem koordinat UTM zona 49s. 1. Pemukiman Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi Kelurahan Dukuh, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan Koordinat X : 353062 Y : 9238855 IV - 2

2. Sawah Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi KelurahanPoncol, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan Koordinat X : 355672 Y :9238362 3. Air Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi Desa Degayu, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan Koordinat X : 356709 Y :9239276 4. Kebun Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan Koordinat X : 352850 Y :9235257 IV - 3

5. Semak Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi Desa Degayu, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan Koordinat X : 356900 Y :9241009 6. Tanaman Air Pada Citra Foto di Lapangan Lokasi Desa Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan Koordinat Gambar 4.1 Training area danvalidasilapangan X : 351474 Y :9238607 4.3 MatrikKonfusi Untuk mengetahui tingkat ketelitian citra pada saat melakukan klasifikasi maka harus dilakukan uji klasifikasi. Uji klasifikasi dapat dilakukan dengan perhitungan matrik konfursi pada software ERMapper. Matrik konfusi dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. IV - 4

Gambar 4.2 Hasil perhitungan matrik konfusi Dari gambar matrik konfusi diatas diketahui bahwa hasil klasifikasi citra mempunyai ketelitian sebesar 97,964%. Hal ini menunjukkan terjadi kesalahan sebesar 2,036% hasil klasifikasi citra. Kesalahan yang terjadi karena piksel-piksel citra yang terklasifikasi tidak sesuai dengan data referensi yang digunakan. Sesuai dengan ketentuan sistem klasifikasi penutup lahan menurut USGS nilai dari ketelitian harus lebih besar dari 85%, sehingga hasil dari klasifikasi penutup lahan tersebut dapat dikatakan memenuhi syarat. 4.4 Indeks Vegetasi Berdasarkan pengolahan data yang dilaksanakan untuk mencari nilai indeks vegetasi NDVI tanaman padi citra landsat 8 bulan Maret tahun 2014 dilokasi penelitian diperoleh rentan nilai reflektansi indeks vegetasi antara 0,258 sampai dengan 0,508. Nilai NDVI yang ditunjukkan memiliki nilai reflektansi indeks vegetasi yang tinggi karena umur padi berada pada masa vegetasi maksimum atau pada saat padi berumur 9 MST (Minggu Setelah Tanam). Ketika padi berada pada umur ini, tanaman padi memiliki nilai kehijauan yang sangat tinggi (nilai pada puncaknya) karena pada umur ini tanaman padi mulai berisi. Sedangkan ketika padi mulai berusia 12 MST, nilai NDVI mulai turun kembali karena tanaman padi akan menjadi kuning. Sedangkan nilai reflektansi NDVI secara keseluruhan berkisar antata -0,60 sampai dengan 0,544. Nilai reflektansi yang rendah (negatif) meninjukkan tingkat vegetasi yang rendah seperti air, pemukiman, bangunan, dan unsur non vegetasi IV - 5

lainnya. Sedangkan nilai reflektansi yang tinggi (positif) menunjukkan tingkat vegetasi kehijauan yang tinggi. 4.5 Analisis Luas Area Tanaman Padi Luas area tanaman padi diperoleh dari hasil overlay antara peta hasil klasifikasi dan peta NDVI. Hasil overlay ini kemudian diklasifikasi lagi agar dapat dihitung luas area tanaman padinya. Analisis luas area tanaman padi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak atau software arcgis 9.3. Berikut merupakan tabel hasil perhitungan luas area tanaman padi dan persentasenya tiap kecamatan di Kota Pekalongan. Tabel 4.2 Luas area tanaman padi tiap kecamatan No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pekalongan Utara 16,28 2,54 2 Pekalongan Timur 203,78 31,77 3 Pekalongan Selatan 408,03 63,61 4 Pekalongan Barat 13,40 2,09 Jumlah 641,49 100 Dari tabel diatas diketahui besarnya luas tanaman padi di Kota Pekalongan. Luas tanaman padi secara keseluruhan yang dihitung dari jumlah total luas seluruh kecamatan sebesar 641,49 hektar. Luas terbesar berada di Kecamatan Pekalongan Selatan sebesar 408,03 hektar dengan persentase 63,61% dari luas total area tanaman padi di Kota Pekalongan dan luas terkecil berada di Kecamatan Pekalongan Barat sebesar 13,40 hektar dengan persentase 2,09% luas total area tanaman padi di Kota Pekalongan. IV - 6

Berikut merupakan gambar luas area tanaman padi tiap kecamatan (a) (b) (c) (d) Gambar 4.3 Luas Padi (a) Pekalongan Utara, (b) Pekalongan Timur, (c) Pekalongan Selatan, (d) Pekalongan Barat 4.6 Analisis Produksi Padi 4.6.1 Analisis Nilai Ubinan Perhitungan produksi padi dengan metode ubinan dilakukan seperti yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Tanaman padi. Ubinan dilakukan dengan mengambil 10 titik sampel dilapangan yang disebar secara acak. Nilai ubinan diperoleh dari hasil survey dilapangan dengan mengambil sampel padi dengan ukuran 2,5 X 2,5 meter kemudian dipotong, dirontokkan dan IV - 7

ditimbang. dilapangan. Berikut merupakan tabel hasil ubinan yang telah dilakukan Tabel 4.3 Nilai ubinan hasil survey lapangan No X (UTM) Y (UTM) Nilai (kg) 1 356509 9237359 4,84 2 355560 9234754 5,23 3 354331 9234824 5,37 4 354589 9236107 5,12 5 354511 9233739 5,03 6 353094 9233549 5,15 7 350780 9235805 4,93 8 351499 9236456 5,16 9 356534 9238506 4,33 10 355153 9238981 3,97 Rata-rata 4,913 Dari data hasil ubinan dilapangan diperoleh rata-rata nilai ubinan sebesar 4,913. Nilai ubinan dilapangan diperoleh sebesar 5,39 dan nilai terendahnya sebesar 3,19. Perbedaan ini disebabkan karena tiap daerah memiliki tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Hasil ubinan terendah berada di Kecamatan Pekalongan utara. Hal ini disebabkan karena daerah pekalongan utara sebagian besar daerahnya dekat dengan area tambak sehingga kualitas tanah dan airnya kurang baik. Sedangkan nilai ubinan tertinggi berada di Kecamatan Pekalongan Selatan. Kecamatan ini merupakan daerah yang luas tanaman padinya paling besar di Kota Pekalongan. 4.6.2 Analisis Perhitungan Produktivitas Gabah Kering Giling Perhitungan produktivitas dilakukan setelah dihitung nilai ubinan rataratanya. Perhitungan produktivitas tanaman padi dihitung langsung untuk seluruh Kota Pekalongan. Hasil perhitungan produktivitas gabah kering panen (GKP) dihitung dari nilai ubinan rata-rata di kali dengan faktor pengali sebesar 16. IV - 8

Kemudian hasilnya dikalikan dengan konstanta sebesar 0,86 agar menjadi gabah kering giling (GKG). Dan berikut merupakan rumus perhitungannya: GKP = Ur x 16 (4.1) GKG = GKP x 0.86.(4.2) Sumber : Dinas Pertanian Keterangan: GKP = Gabah Kering Panen (kw/ha) GKG = Gabah Kering Giling (kw/ha) Ur = Nilai Ubinan Rata-rata (kg/m 2 ) Berikut merupakan tabel produktivitas tanaman padi di Kota Pekalongan. Tabel 4.4 Hasil perhitungan produktivitas tanaman padi No Perhitungan Nilai Satuan 1 Gabah Kering Panen 78,608 Kw/Ha 2 Gabah Kering Giling 66,817 Kw/Ha Dari tabel diatas diketahui nilai produktivitastanaman padi tanaman padi di Kota Pekalongan. Nilai gabah kering giling (GKG) di Kota Pekalongan sebesar 78,608 Kw/Ha, sedangkan nilai produktivitas gabah kering panen (GKP) sebesar 66,817 Kw/Ha. 4.6.3 Analisis Perhitungan Produksi Gabah Kering Giling Perhitungan produksi dilakukan setelah nilai gabah kering giling (GKG) dan luasnya diketahui. Nilai produksi diperoleh dari hasil kali antara nilai gabah kering giling (GKG) dengan jumlah luas area tanaman padi di Kota Pekalongan. Berikut merupakan tabel hasil hitungan produksi padi di Kota Pekalongan. Dan berikut merupakan rumus perhitungannya. IV - 9

Produksi = Produktivitas GKG x Luas panen..(4.3) Sumber : Dinas Pertanian Tabel 4.5 Hasil perhitungan produksi GKG No Kecamatan Produksi (Kw) Produksi (ton) 1 Pekalongan Utara 1087,78 108,78 2 Pekalongan Timur 13615,93 1361,59 3 Pekalongan Selatan 27263,26 2726,33 4 Pekalongan Barat 895,35 89,53 Jumlah 42862,31 4286,23 Dari tabel diatas diketahui besarnya nilai produksi tanaman padi tanaman padi di Kota Pekalongan pada bulan April tahun 2014. Nilai produksi gabah kering giling di Kota Pekalogan tertinggi berada di Kecamatan Pekalongan Selatan yaitu sebesar 27263,26 kwintal atau 2726,32 ton dan nilai produksi terkecil berada di Kecamatan Pekalongan Barat yaitu sebesar 895,35 kwintal atau 89,53 ton. Jumlah produksi gabah kering giling di Kota Pekalongan secara keseluruhan pada bulan April tahun 2014 adalah sebesar 42862,31 kwintal atau 4286,23 ton. Dari hasil perolehan nilai pruduksi gabah kering giling, dapat diketahui nilai produksi berasnya dengan dikonfersi terlebih dahulu. Konfersi dari hasil perolehan nilai produksi gabah kering giling menjadi beras harus dikalikan dengan konstanta sebesar 0,65. Berikut merupakan hasil konfersi padi menjadi beras. IV - 10

Tabel 4.6 Hasil produksi beras No Kecamatan Beras (ton) 1 Pekalongan Utara 70,71 2 Pekalongan Timur 885,04 3 Pekalongan Selatan 1772.11 4 Pekalongan Barat 58,20 Jumlah 2786,05 Dari tabel diatas diketahui nilai produksi beras pada tiap kecamatan di Kota Pekalongan pada bulan April tahun 2014. Nilai produksi beras tertinggi di Kota Pekalongan terdapat di Kecamatan Pekalongan Selatan yaitu 1772,11 ton beras dan nilai produksi beras terkecil berada di Kecamatan Pekalongan Barat yaitu 58,20 ton beras. Jumlah beras yang dihasilkan pada bulan April tahun 2014 di Kota Pekalongan sebesar 2786,05 ton. 4.6.4 Perbandingan Data Hasil Analisis Dengan Data dari Dinas Pertanian Data hasil hitungan dan data dari Dinas Pertanian yang akan dilakukan perbandingan adalah data perhitungan luas panen dan hasil produksi berasnya. Berikut merupakan tabel perbandingan antara luas hasil analisis dengan luas data Dinas Pertanian Tabel 4.7 Perbandingan luas hasil analisis dengan luas data Dinas Pertanian No Jenis data Luas (ha) 1 Hasil analisis 641,49 2 Dinas Pertanian 685,30 Selisih 43,81 Dari tabel diatas dapat diketahui selisih luas area tanaman padi antara data hasil analisis dengan data dari Dinas Pertanian yaitu sebesar 43,81 ha. Perbedaan luas ini terjadi karena citra yang digunakan untuk pengolahan data memiliki IV - 11

resolusi yang kurang bagus sehingga untuk mengamati luas area tanaman padinya menjadi kurang akurat. Berikut merupakan tabel perbandingan antara produksi beras hasil analisis dengan produksi beras data Dinas Pertanian. Tabel 4.8 Perbandingan produksi beras hasil analisis dengan produksi beras data Dinas Pertanian No Jenis data Produksi beras (ton) 1 Hasil analisis 2786,05 2 Dinas Pertanian 3340,15 Selisih 554,1 Dari tabel diatas dapat diketahui selisih produksi beras antara data hasil analisis dengan data dari Dinas Pertanian yaitu sebesar 554,1 ton. Perbedaan ini terjadi karena terjadi selisih luas antara data hasil analisis dengan data dari Dinas Pertanian. Selain itu perbedaan hasil hitungan ini terjadi karena perbedaan dalam pengambilan lokasi titik sampel dilapangan. IV - 12