BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Prarancangan Pabrik Sodium Dodecyllbenzene Sulphonate dengan Proses Sulfonasi Oleum 20% Kapasitas ton/tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

AMONIUM NITRAT (NH4NO3)

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

Sulfur dan Asam Sulfat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH PETROKIMIA. LABS (Linear Alkylbenzene Sulfonate) Disusun Oleh: Kelompok 8. Rayhan Hafidz Ibrahim Rionelli Ghaudenson

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

II. DESKRIPSI PROSES

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Borat Dengan Proses Asidifikasi Kapasitas Ton per Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB II PERENCANAAN PROSES

4 Pembahasan Degumming

Prarancangan Pabrik Natrium Difosfat Heptahidrat Dari Natrium Klorida dan Asam Fosfat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMBAHASAN. I. Definisi

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sodium Tripolyphosphate dari Asam Fosfat dan Natrium Karbonat dengan Kapasitas 70.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DISKRIPSI PROSES

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm 2 dan dinyatakan dalam erg/cm 2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti) (anonim 2.http://smk3ae.wordpress.com,2009). Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphipatic atau amphiphilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu molekul yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi, yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in oil (W/O). Sifat-sifat surfaktan adalah mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi (misalnya oil in water (O/W) atau water in oil (W/O)). Disamping itu, surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang terdispersi. Surfaktan dibagi menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern. Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan amfoterik. Surfaktan anionik adalah senyawa yang bermuatan negatif dalam bagian aktif permukaan (surface-active) atau pusat hidrofobiknya (misalnya RCOO-Na, R adalah fatty hydrophobe). Surfaktan kationik adalah senyawa yang bermuatan positif pada bagian aktif permukaan (surface-active) atau gugus antar muka hidrofobiknya (hydrofobic surface-active). Surfaktan nonionik II-1 adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi molekul. Surfaktan

amfoterik adalah surfaktan yang mengandung gugus anionik dan kationik, dimana muatannya bergantung kepada ph, pada ph tinggi dapat menunjukkan sifat anionik dan pada ph rendah dapat menunjukkan sifat kationik (Kent, 2007). 2.2 Konsumsi Surfaktan dunia Konsumsi surfaktan diseluruh dunia pada tahun 2003 ditunjukkan pada tabel 1 Sebagian besar di dunia, sabun masih merupakan surfaktan yang utama yang dimanfaatkan untuk mencuci tekstil dan digunakan juga sebagai pelindung. Detergen sintetik pada dasarnya digunakan pada daerah-daerah seperti Amerika Utara, Eropa Barat dan jepang. Surfaktan anionik mendominasi pasar surfaktan dunia. Pada umumnya yang termasuk surfaktan anionik adalah LAS, AS, dan AES. Kelas yang terbesar kedua adalah surfaktan non anionik misal APE dan AE. Tabel 2.1 Konsumsi Surfaktan Dunia tahun 2003 Surfaktan Miliar lbs Sabun 19,8 LAS 6,4 BAB 0,4 AES 1,8 AS 1,3 APE 1,3 Quats 1,1 Lainnya a 5,3 Amphoterics 0,2 Total 37,6 a Termasuk lignin, petroleum sulfonate, dan minyak derivativ

2.3 Surfaktan Anionik 2.3.1 Linear Alkyl Benzene Sulfonate Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkylbenzene sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO 3(g). Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry a. D.D.B.S.-Dodecyl Benzene Sulphonate b. L.A.B.S-Linear Alkyl Benzene Sulphonate (NIIR Board, 2004) Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan secara luas menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah besar yang ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk kebersihan. Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi. Untuk proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO 3. Sulfonasi dengan oleum memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan dengan proses batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian dalam terminologi dibandingkan harga SO 3, sulfonasi dengan oleum memerlukan aliran pembuangan sisa asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang disebabkan oleh asam sulfat Proses oleum biasanya menghasilkan 90 % ABS, 6 sampai 10 % asam sulfat, dan 0,5 hingga 1 % minyak yang tidak mengalami proses sulfonasi. (Kent and Riegels, 2007)

Proses sulfonasi dengan tipe batch memiliki empat unit proses dasar untuk netralisasi antara lain yaitu sulfonation, digestion, dilution, dan phase separation.pada tahap sulfonasi, alkylbenzene dan oleum dicampur pada tekanan 1 atm inert. Reaksi sulfonasi berlangsung dengan eksotermik tinggi. Dan perpindahan panas tercapai dengan menggunakan reaktor jacket dan atau adanya resirkulasi pemakaian ulang penukar panas. Variabel kunci dalam mengontrol luas reaksi dan warna produk adalah temperatur, keluaran asam, waktu reaksi dan perbandingan oleum dengan alkylate. Kemudian produk meninggalkan zona sulfonasi yang kemudian dilanjutkan proses digested 15 sampai 30 menit agar reaksi berlangsung secara sempurna. Setelah proses digested, kemudian campuran dilarutkan (diluted) dengan air untuk menyempurnakan raksi. Produk kemudian diumpankan ke dalam tangki separator yang berdasarkan pada gravitasi pada lapisan asam sulfat yang keluar dari asam sulfonate ringan. Waktu separasi bergantung pada konfigurasi tangki separator, viskositas asam sulfat, temperatur dan tingkat aerasi dalam aliran umpan. (Bassam, 2005) 2.3.2 Oleum Sulphur trioksida (SO 3 ) hampir tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut dalam asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) (konsentrasi > 98%). Hasil dari campuran ini adalah dinamakan oleum. Oleum tergantung pada persentase dari sulfur trioksida di dalam larutan. Penggunaan yang paling umum untuk oleum adalah sintesa organik. Oleum diproduksi secara industri dengan proses kontak, dimana sulfur trioksida mengandung gas yang melalui sebuah tower oleum. Tower yang mengandung gas mengalami resirkulasi oleum dan asam sulfat yang mana membasahi sulphur trioksida. 30-60% sulphur trioksida berada dalam bentuk gas yang diabsorbsi karena pembatasan tekanan uap oleum. Karena absorbsi tdak lengkap, gas yang meninggalkan tower absorbsi oleum harus diproses didalam sebuah tower asam sulfat tersebut. Tergantung pada konsentrasi produk yang diinginkan, Tower dibasahi dengan 22% atau 35% oleum pada temperatur 40-50 O C (104-122 O F). Dengan penambahan konsentrasi asam sulfat dari absorber untuk memperoleh konsentrasi oleum yang diinginkan. Oleum akhir didinginkan pada sebuah alat penukar panas. (Anonim 3, www. K-PATENTS.COM,2008).

2.3.3 Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) Asam sulfat adalah suatu padatan, cairan yang tidak berwarna pada temperatur kamar. Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sangat aktif dan secara luas yang digunakan dalam jumlah yang besar. Asam anorganik yang kuat ini juga tidak mahal untuk diproduksi. Konsentrasi ekonomi larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) kira-kira 93%-berat H 2 SO 4. Asam kuat boleh dibuat dengan melarutkan SO 3 98-99% dengan asam. (Anonim 3, www.k-patents.com,2008). 2.4 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk Sifat fisika bahan baku, bahan penunjang, dan produk dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 2.4.1 Sifat sifat Alkyl Benzene Sifat Fisik Alkyl Benzene Rumus Molekul : C 12 H 25 C 6 H 5 Berat Molekul : 246,435 Kg/kmol Titik Didih : 327,61 O C Titik Leleh : 2,78 O C Densitas : 855,065 Kg/m 3 Wujud : Cair Energi Panas Pembentukan : 1787,0 KJ/mol Kapasitas Panas : 750,6 Kkal/kmol O C Viskositas : 12 Cp Sifat Kimia Alkyl Benzene : Tidak larut dalam air (20 O C) Mudah terbakar dan beracun Mengalami reaksi sulfonasi dengan penambahan Oleum menjadi linear Alkylbenzene sulfonate (Sumber : Kirk & Othmer, 1981) 2.4.2 Sifat sifat Oleum 20% Sifat Fisik Oleum sebagai berikut :

Rumus Molekul Berat Molekul Titik Didih Titik Leleh Densitas Wujud Warna Viskositas : H 2 SO 4.SO 3 : 178,14 Gr/mol : 138 O C : 21 O C : 1930 Kg/m 3 : Cair : Tidak berwarna : 8,7 Cp Sifat kimia Oleum 20% : Oleum bersifat menarik air dan mudah larut dalam air Oleum sangat korosif dan mudah meledak Bahan pengoksidasi yang sangat kuat Sumber : kirk & othmer, 1981 2.4.3 Sifat sifat Natrium Hidroksida (NaOH) Rumus Molekul : NaOH Berat Molekul : 40 gr/mol Titik Didih : 1390 O C Titik Leleh : 323 O C Temperatur Kritis : 2546,85 O C Tekanan Kritis : 249,998 atm Kapasitas Panas : -36,56 Kkal/kg. O C Densitas : 1090,41 kg/m 3 Panas Pembentukan : -47,234 Kkal/kmol Wujud : Padat, Kristal higroskopis Warna : Putih Sifat Kimia Natrium Hidroksida : NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi uap air dan CO 2 dari udara, kristal NaOH berserat membentuk anyaman. NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan jika dibakar akan meleleh.

Sumber : Perry, 1984: Kirk & Othmer, 1981 2.4.4 Sifat sifat Air Rumus Molekul Berat Molekul Titik Didih Titik Beku Densitas Wujud Viscositas Panas Ionisasi Panas Diffusi Konstanta Dielektrik Panas Spesifik Konstanta disosiasi Tegangan Permukaan : H 2 O : 18 gr/mol : 100 O C : 0 O C : 0,998 kg/m 3 : Cair : 23,87 Cp : 55,71 kj/mol : 6,00 kj/mol : 77,94 : 4,179 J/g O C : 10-4 : 71,79 Dyne/cm Sifat Kimia Air : Bersifat polar dan merupakan elektrolit lemah Pelarut yang baik bagi senyawa organik Merupakan senyawa polar karena memiliki pasangan elektron polar Sumber : Perry, 1984 2.4.5. Sifat sifat Linear Alkylbenzene Sulfonate Rumus Molekul : C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na Berat Molekul : 348 gr/mol Titik Didih : 637 O C Titik Leleh : 277 O C Densitas : 1198,4 kg/m 3 Wujud : Cair Kapasitas Panas : 0,6 Kcal/kg.K Warna : Bening Viskositas : 23,87 Cp

Sifat Kimia Linear AlkylBenzene Sulfonate Sangat larut dalam air Bersifat sebagai surfaktan, berbusa Sumber: http//: www.chemicalland21.com. 2009 2.5. Dasar - dasar pemilihan proses Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate dapat dilakukan melalui proses sulfonasi, yaitu dengan cara mereaksikan alkylbenzene dengan oleum atau H 2 SO 4. Proses sulfonasi dengan menggunakan oleum dan H 2 SO 4 memiliki beberapa perbedaan dan persamaan, antara lain : Tabel 2.2 Perbedaan Oleum dengan Asam Sulfat Oleum 20% H 2 SO 4 1. Jika oleum digunakan 1 bagian dalam reaksi 2. Laju reaksi dengan oleum lebih Asam sulfat yang digunakan 1.5 lebih banyak dari oleum Laju reaksi dengan asam sulfat lebih cepat daripada menggunakan Asam lambat daripada oleum sulfat Dalam reaksi alkylbenzene dapat 3. Dalam reaksi alkylbenzene dapat terkonversi hingga 98% 4. Produk samping yang dihasilkan lebih sedikit 5. Peralatan yang digunakan untuk terkonversi hingga 90% Produk samping yang dihasilkan lebih banyak Peralatan yang digunakan untuk kedua proses sama kedua proses sama Sumber: NIIR BOARD,2004 Berdasarkan pertimbangan kondisi operasi diatas, maka proses sulfonasi dengan menggunakan oleum memiliki lebih banyak keuntungan daripada menggunakan Asam sulfat sebagai bahan baku proses. Jadi bahan baku yang digunakan dalam proses sulfonasi ini adalah oleum 20%. 2.6 Deskripsi Proses Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate terdiri dari beberapa tahap yaitu:

2.6.1 Proses sulfonasi Alkylbenzene pada Tangki (F-113) dan oleum pada Tangki (F-114) dipompakan ke Tangki Sulfonator (R-110) yang sebelumnya dipanaskan dalam Heater 1 (E-111) dan Heater 2 (E-116) hingga mencapai suhu 46 o C,selanjutnya Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam Tangki Sulfonator (R-110) dicampur secara perlahan-lahan. Sulfonator beroperasi pada suhu 46 O C dan tekanan 1 atm (14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonateor 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis. C 12 H 25 C 6 H 5 + SO 3 + H 2 SO 4 C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + H 2 SO 4 Alkylbenzene Oleum 20% Alkylbenzene Sulfonate 2.6.2 Proses Pemisahan Campuran dari sulfonateor dicampur dengan air di dalam mixer (M-118) untuk mencegah reaksi samping dan membantu memisahkan antara campuran asam sulfonate dengan asam sulfat dalam Dekanter I (H-120) dan Dekanter II (H-123) Campuran larutan Alkylbenzene Sulfonate, H 2 SO 4, Alkylbenzene yang tidak bereaksi dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis (densitas). Alkylbenzene sulfonate yang memiliki densitas lebih kecil dari pada asam sulfat akan terpisah sebagai lapisan atas dan asam sulfonate sebagai lapisan bawah. Selain berdasarkan perbedaan densitas pemisahan asam sulfat dan alkylkbenzene Sulfonate pada dekanter karena kedua larutan ini tidak saling larut. Asam sulfat sebagai lapisan bawah kemudian dipompa ke tangki penyimpan (F-124) sedangkan asam sulfonate dipompa ke Heat Exchanger (E-211) untuk dipanaskan. 2.6.3 Proses Netralisasi Alkylbenzene Sulfonate dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20 % di dalam Netralizer (R-210). Netralizer beroperasi pada temperatur 55 0 C dan tekanan 1 atm dengan konversi 99 %. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga diperlukan jaket pendingin, dimana reaksinya sebagai berikut : C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 H + NaOH C 12 H 25 C 6 H 4 SO 3 Na + H 2 O Alkylbenzene Sulfonate Sodium Alkylbenzene sulfonate

Hasil yang keluar dari netralizer berupa Sodium Alkylbenzene sulfonate dan Natrium sulfonate berbentuk slurry. 2.6.4 Proses Pengeringan Pada proses pengeringan, Slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan kedalam spray dryer (D-310). Kemudian Slurry di kontakkan dengan udara panas yang berasal dari furnace pada temperatur 300 o C, dimana pengeringan berlangsung cepat menghasilkan produk berbentuk powder. Powder dari Spray Dryer (D-310) terdiri dari 96 % bahan aktif surfaktan (Sodium Alkylbenzene sulfonate), Natrium sulfonate inert dan sedikit air.