BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

ASESMEN DALAM BK PPT 3 1

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chynthia Paramitha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB IV ANALISIS DATA

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. untuk siswa sekolah menengan atas (SMA) bentuk kenakalan remaja sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru Bimbingan pada dasarnya bertugas untuk mendidik dan memberi

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan diri maka tidak dapat lepas dari kepribadian dan diri (self), karena

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I. pada bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 ayat 1 setiap Warga Negara

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. suatu jabatan tertentu. Biasanya pekerjaan atau karir ini adalah untuk memenuhi

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

KONSELING SEKOLAH: LANDASAN DAN ISU-ISU KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

Perspektif Historis Konseling

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni:

Program BK Komprehensif. Instrumen Bimbingan dan Konseling. 07/04/2009. Mata Kuliah Instrumen dan Media BK 1

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki

BAB II LANDASAN TEORI

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. yang penting untuk dilakukan. Media adalah bentuk perantara dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR BAGAN... x

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif, yaitu Layanan Dasar, Perencanaan Individual, Layanan Responsif, dan Dukungan Sistem. Keempat komponen tersebut bertujuan untuk membantu perkembangan siswa dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karier. Program BK sekolah terdiri dari kegiatan dan layanan BK yang dilaksanakan secara bersama-sama, terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu (Winkel & Hastuti, 2004). Menurut Badrujaman (2011) terdapat tiga komponen besar yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program BK, yaitu tujuan program, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan sumber-sumber yang ada di sekolah. Tujuan program BK disusun sesuai dengan kebutuhan siswa yang berdasarkan pada tugas perkembangan siswa sementara strategi yang dimaksud meliputi materi, metode dan media yang digunakan dalam program. Sumber-sumber di sekolah meliputi sumber personel, keuangan, dan politik. Jadi tujuan, strategi, dan sumber-sumber menjadi tiga hal penting yang harus diperhatikan keterkaitannya pada saat menyusun perencanaan program BK. Jangan sampai 1

tujuan program yang berusaha dicapai menggunakan strategi dan sumber yang tidak tepat. Perencanaan yang baik memberikan manfaat agar program BK dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien kedepannya (Nurihsan & Sudianto, 2005). Program BK Komprehensif disusun untuk membantu siswa memperoleh kompetensi dalam menghadapi isu-isu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka dan setiap siswa memiliki potensi dan kebutuhan yang unik (Gysbers & Henderson, 2006). Lebih luas dari apa yang disampaikan oleh Badrujaman mengenai tiga komponen dalam perencanaan program BK, Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan perencanaan program BK Komprehensif sebagai sebuah kegiatan menilai dan menganalisis program BK yang ada saat ini secara menyeluruh dari berbagai sisi. Yang penting untuk dinilai dan dianalisis adalah informasi status siswa dan komunitas mereka; keberadaan sumber-sumber dan pemanfaatannya; penyampaian program BK terkini; dan persepsi warga sekolah tentang program BK terkini. Kegiatan menilai dan menganalisis program BK terkini ini dimaksudkan agar perencana program BK dapat menemukan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan siswa untuk nantinya dapat membantu mengembangkan potensi sosial dan psikologi siswa. Untuk mengetahui apakah perencanaan yang disusun sudah baik atau belum, perlu dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi adalah vital untuk program BK sekolah sebagai alat perbaikan dan akuntabilitas program (Brown 2

& Trusty, 2005). Dengan melaksanakan evaluasi, guru BK dapat mengetahui apakah tujuan program sudah terpenuhi atau belum, menentukan apa yang perlu diubah, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder mengenai program dan capaiannya (Consortium on School Networking, 2003). Jika pada saat mengevaluasi perencanaan ditemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang belum terakomodasi dalam program, guru BK dapat segera melakukan perbaikan sehingga siswa mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya. Jika pembagian waktu atau alokasi dana yang sudah direncanakan kurang sesuai dengan kondisi di lapangan, guru BK dapat segera melakukan penyesuaian. Sebelum program dilaksanakan harus dipastikan bahwa perencanaan telah dievaluasi. Sayangnya, evaluasi program bukanlah kegiatan yang populer di kalangan guru BK (Cheramie & Sutter, 1993). Ketidakpopuleran kegiatan evaluasi ini dikarenakan tidak semua guru BK melaksanakan evaluasi terhadap programnya, waktu yang digunakan oleh guru BK terkuras konseling, dan konsultasi. Di Amerika, hanya sedikit sekolah-sekolah di negara bagian yang melakukan evaluasi untuk mengumpulkan informasi guna mengetahui efektivitas program BK (Martin & Carey, 2012). Kurangnya pengetahuan konselor sekolah mengenai metode evaluasi program dan terbatasnya waktu dan biaya merupakan dua alasan yang dianggap sebagai alasan kuat mengapa konselor sekolah jarang atau bahkan tidak pernah melakukan evaluasi program BK (Sukardi, 2008). 3

Shertzer & Stone (1981) mengemukakan tujuh alasan yang menyebabkan guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap programnya. Pertama, guru BK tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan evaluasi. Kedua, guru BK tidak memiliki pengetahuan mengenai evaluasi program. Ketiga, perilaku manusia tidak mudah untuk diukur. Keempat, data sekolah yang tersedia cenderung tidak lengkap. Kelima, evaluasi membutuhkan anggaran tersendiri. Keenam, guru BK mengalami kesulitan dalam penggunaan kelompok kontrol. Ketujuh, guru BK kesulitan memformulasikan kriteria yang sesuai dan dapat diukur. Ketujuh hal tersebut disinyalir menjadi alasan-alasan yang menyebabkan kegiatan evaluasi program BK terkesampingkan bahkan tidak tersentuh. Program BK merupakan sebuah program yang unik dan kompleks sedangkan waktu yang tersedia dari sekolah bagi guru BK terbatas. Hal ini menyebabkan program BK hanya terfokus pada pelaksanaannya, maka menjadi terlihat masuk akal jika kegiatan evaluasi yang membutuhkan waktu khusus untuk melakukan pengukuran dengan metode-metode tertentu menjadi terabaikan. Program BK di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA, MA, & SMK) memiliki karakteristik yang berbeda dengan program yang tersedia di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Hal ini berkaitan dengan keunikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Kisaran usia siswa SLTA (16-19 tahun) merupakan masa remaja akhir (Berk, 2012) yang merupakan masa penting dalam perkembangan 4

kepribadian sehingga layanan BK yang diberikan pun harus lebih intensif (Winkel & Hastuti, 2006). Pada masa SLTA, remaja mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku (Zulkifli, 2009). Tugas perkembangan yang harus dicapai siswa SLTA dengan bantuan kegiatan dan layanan BK adalah tugas perkembangan untuk pemenuhan kebutuhan psikologi dan sosial mereka (Wellman & Moore dalam Gysbers & Henderson, 2006) 15 SLTA di Salatiga menyatakan membuat perencanaan program BK dengan diawali mengidentifikasi kebutuhan dan masalah siswa tiap awal tahun pelajaran. Hal ini memberikan interpretasi bahwa program BK memiliki kemungkinan berubah tiap tahunnya karena siswanya juga berubah. Tabel di bawah ini memberikan gambaran hasil evaluasi perencanaan program BK kelas XI tahun 2013-2014 di 15 SLTA di Salatiga: Tabel 1.1 Kondisi Perencanaan Program BK Kelas XI SLTA di Salatiga (2013/2014) Identifikasi Kesesuaian dengan Strategi Sumber kebutuhan & tujuan program BK masalah siswa Setiap guru BK Meskipun sudah a) Guru BK a) Semua guru menyatakan dilakukan identifikasi masih lebih BK sudah melakukan masalah dan kebutuhan banyak memiliki identifikasi siswa tapi hasil dari menggunakan kualifikasi masalah dan angket yang disebarkan metode pendidikan kebutuhan kepada siswa ceramah dan yang siswa sebelum menunjukkan masih ada pengisian memadai. 5

menyusun beberapa kebutuhan dan inventori. b) 8 dari 15 program BK. masalah siswa yang b) Sarana dan sekolah Teknik yang belum terakomodasi prasarana memiliki mereka dalam program BK, sekolah (LCD, rasio guru : gunakan seperti permasalahan komputer, lab) siswa yang adalah DCM kesehatan dan pola kurang kurang (Daftar Cek makan siswa. Tugas dimanfaatkan memadai. Masalah) dan perkembangan siswa dalam Satu guru wawancara. untuk mengembangkan melakukan BK ketrampilan intelektual kegiatan BK. membimbing dan konsep yang penting lebih dari untuk kompetensi 250 siswa. sebagai warga negara c) Terdapat tiga juga belum terakomodasi sekolah yang dalam program BK. tidak Semua program BK SMA memberikan dan MA terfokus pada jam masuk bidang bimbingan kelas untuk belajar sedangkan pada kegiatan dan SMK terfokus pada layanan BK. bidang bimbingan karier. d) Beberapa sekolah memiliki ruang BK yang kurang nyaman karena bergabung dengan ruangan lain. e) Anggaran untuk program BK tersedia. 6

Sumber: Program BK kelas XI SLTA di Salatiga f) Jam kerja guru BK : 7.00 13.30. Dalam tiga tahun pelajaran terakhir (2011-2012, 2012-2013, dan 2013-2014), program BK Kelas XI tidak mengalami perubahan. Program BK tahun 2013-2014 masih sama dengan program BK tahun 2011-2012. Guru BK yang tidak memiliki jam masuk kelas hanya masuk kelas jika ada jam kosong tetapi program BK tertulis mereka penuh dengan kegiatan dan layanan yang tidak sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Interpretasinya, ketika menyusun perencanaan program BK, guru BK tidak memperhatikan waktu yang mereka miliki. Guru BK menyusun perencanaan program dan kemudian langsung melaksanakannya tanpa ada pihak-pihak yang melakukan evaluasi terhadap perencanaan tersebut. Sejak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diterapkan, sejak saat itu juga program BK sekolah semestinya mengacu kepada BK Komprehensif, tidak lagi menggunakan pola 16 atau pola 16+ yang diterapkan sebelumnya tetapi sampai sekarang guru BK masih belum familiar dengan rambu-rambu penyelenggaraan program BK Komprehensif. Program mereka masih mengikuti program-program yang pernah disusun tahun-tahun sebelumnya. Guru BK juga tidak memiliki data persepsi warga sekolah mengenai program BK. Badrujaman (2011) berpendapat bahwa tidak adanya perbaikan dalam program menyebabkan kegiatan dalam 7

program BK akan berulang setiap tahunnya dan menurunkan minat siswa untuk berpartisipasi dalam program BK. Angket yang disebar kepada 90 siswa kelas XI dari sekolah yang berbeda untuk menanyakan ketertarikan mereka terhadap kegiatan BK sekolah menunjukkan hasil 31,1% siswa tertarik, 63,3% tidak terlalu tertarik, dan 5,6% tidak tertarik dengan kegiatan BK di sekolahnya. 88,8% tidak paham dengan arti penting layanan BK, 18,8% tidak terlalu paham, dan hanya 4,44% yang menyatakan paham. Evaluasi perencanaan menjadi penting karena evaluasi ini merupakan tanda kegagalan atau kesuksesan sebuah program (Badrujaman, 2011). Jika perencanaan tidak dievaluasi maka yang terjadi adalah guru BK tidak dapat mendeteksi sejak awal apa yang sebenarnya perlu diperbaiki dalam programnya. Sayangnya sebagian besar guru BK di SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan ini sehingga penting dicari penyebabnya mengapa guru tidak melaksanakan kegiatan evaluasi perencanaan. Dari tujuh alasan mengapa guru BK tidak melaksanakan evaluasi yang dikemukakan oleh Shertzer & Stone (1981), bisa jadi salah satu dari tujuh faktor tersebut atau bahkan lebih dari satu faktor menjadi penyebab guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan program. Terlebih lagi, kemungkinan terdapat faktor lain yang menjadi penyebabnya. Dengan melakukan analisis faktor, akan diketahui faktor signifikan 8

penyebab para guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan program. 1.2 Rumusan Masalah Faktor signifikan apa yang menjadi penyebab guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan terhadap program BK sekolah? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menemukan faktor signifikan yang menyebabkan guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan terhadap program BK sekolah. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Shertzer & Stone (1981) mengemukakan tujuh alasan guru BK tidak melaksanakan evaluasi program BK, ketujuh alasan tersebut meliputi keseluruhan program, mulai dari perencanaan sampai dengan hasil. Penelitian ini akan memperkaya teori tersebut dengan menyumbangkan sebuah atau lebih alasan guru BK tidak melakukan evaluasi tetapi hanya sampai pada evaluasi perencanaan program dan secara kontekstual di SLTA di Salatiga. 9

1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk menentukan kebijakan dalam evaluasi perencanaan program BK. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: BAB I berisikan Pendahuluan yang terdiri atas Latar belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II berisikan landasan teori yang terdiri dari Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan & Konseling dan Alasan Tidak Dilaksanakannya Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling BAB III berisikan Metode Penelitian yang melilputi Jenis Penelitian, Waktu, dan Lokasi Pengambilan Data; Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data; dan Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur BAB IV berisikan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi Deskripsi Subyek Penelitian, Uji 10

Validitas dan Reliabilitas Angket, dan Pembahasan Hasil Penelitian BAB V berisikan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran 11