I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat pertama kali ditemukan di dataran Amerika yaitu disekitar

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (2): ISSN eissn Online

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang memiliki prospek

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

RESPON AWAL KULTUR PISANG AMBON BUAI (Musa paradisiaca cv. buai) TERHADAP INFEKSI JAMUR Fusarium oxysforum f.sp. cubense SEBAGAI INDIKATOR KETAHANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tanaman cabai (Capsicum sp), karena habitatnya di Amerika tropik banyak

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

RESPON KETAHANAN KULTUR PISANG KEPOK (Musa balbisiana) TERHADAP INOKULASI Fusarium oxysporum f. sp cubense. Oleh : REZKY LASTINOV AMZA ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

I. PENDAHULUAN. khususnya cabai merah (Capsicum annuum L.) banyak dipilih petani dikarenakan

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

I. PENDAHULUAN. lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan ini (Swastika

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pangan penduduk selalu meningkat dari tahun ke tahun. Terdapat. yaitu beras merah dan beras hitam (Lee, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1928, biji anggrek berhasil ditumbuhkan melalui kultur in vitro

KARAKTERISASI PLANLET ANGGREK TANAH (Spathoglottis plicata Bl) HASIL INDUCED RESISTANCE dengan ASAM TESIS. Oleh GARDIS ANDARI

Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

PERKEMBANGAN PEMULIAAN SAYURAN TAHAN CEKAMAN BIOTIK. Balitsa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Brokoli (Brassica oleracea var. italica) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak. dibudidayakan oleh petani di Indonesia, karena memiliki harga jual yang

V. INDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN ANGGREK TERHADAP ODONTOGLOSSUM RINGSPOT VIRUS MENGGUNAKAN ASAM SALISILAT

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pisang adalah tanaman penghasil buah yang paling banyak dikonsumsi dan

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, 1500 si vitamin A, 0,6 mg vitamin B, 40 mg vitamin C, 5 mg

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang tergolong tanaman semusim, tanaman ini biasanya berupa semak atau perdu dan termasuk kedalam familia Solanaceae. Manfaat dari buah tomat selain untuk dikonsumsi sebagai tomat segar dan bumbu masak, juga sering dimanfaatkan untuk bahan baku industri (Pitojo, 2005; Wasonowati, 2011). Buah tomat mengandung zat-zat yang berguna terhadap tubuh manusia antara lain kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan mineral yang memiliki peranan penting untuk perkembangan tubuh manusia (Pitojo, 2005; Winarto, 2004). Buah tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan masih memerlukan penanganan yang serius dalam hal untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat. Produksi tomat di Indonesia rata-rata masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha apabila dibandingkan dengan negara-negara seperti Taiwan, Saudi Arabia, dan India dengan hasil produksinya adalah 21 ton/ha, 13,4 ton/ha, dan 9,5 ton/ha. Kendala dari rendahnya produksi tomat yang ada di Indonesia adalah varietas yang tidak cocok, pengkulturan yang kurang baik, atau pemberantasan hama dan

2 penyakit yang kurang efisien (Kartapradja & Djuariah, 1992 cit. Wasonowati, 2011). Masalah yang sering dihadapi oleh petani dalam budidaya tomat adalah infeksi mikroba patogen penyebab penyakit. Mikroba patogen dapat menyebabkan penyakit seperti busuk daun (Phytophtora infestans), bercak coklat (Altenaria solani), kapang daun (Fulvia fulva), layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), busuk buah (Sclerotium rolfsii), busuk lunak (Erwinia carotovora), kapang kelabu (Cercospora sp.), dan layu fusarium (Fusarium oxysporum) (Semangun, 2000 cit Soesanto & Rahayuniati, 2009). Mikroba patogen yang sering menyerang tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol). Jamur ini dapat bertahan hidup lama didalam tanah tanpa inang, dan gejala awal dari serangan penyakit ini adalah pembuluh akut pada permukaan terluar helaian daun warnanya menjadi transparan dan gugurnya tangkai daun. Fol dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman, sehingga perlu adanya pencegahan (Soesanto & Rahayuniati, 2009). Di Indonesia, selama ini para petani tomat masih menggunakan pestisida sintetis untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari pestisida sintetis dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yang efektif dan ramah lingkungan (Semangun, 2000 cit Soesanto & Rahayuniati, 2009).

3 Salah satu alternatif cara pengendalian penyakit yang efisien, efektif, dan aman terhadap lingkungan, antara lain menggunakan varietas yang tahan atau resisten (Nurcahyani, 2013). Penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap Fol dengan daya hasil tinggi merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang penting dan tidak menimbulkan dampak negatif seperti penggunaan pestisida (Ambar et al., 2003). Pengembangan kultivar tahan Fol tersebut dapat dilakukan antara lain dengan metode seleksi in vitro yaitu mengkulturkan eksplan berupa jaringan atau organ pada medium yang mengandung asam salisilat konsentrasi selektif (Suryanti et al., 2009). Asam salisilat merupakan signal penting dalam ketahanan tanaman, digunakan sebagai senyawa pengimbas ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit layu Fusarium oxysporum (Suryanti et al., 2009). Asam salisilat juga dapat digunakan untuk pencegahan layu Fusarium oxysporum pada tanaman tomat. Teknik in vitro merupakan teknik yang sering digunakan untuk perbaikan karakter tanaman termasuk pada karakter ketahanan tanaman terhadap suatu penyakit. Variasi somaklonal dan seleksi in vitro adalah dua teknik yang sering digunakan pada kultur in vitro untuk perbaikan karakter tanaman. Seleksi ketahanan terhadap layu Fusarium oxysporum dapat dilakukan menggunakan filtrat dari kultur Fusarium oxysporum atau menggunakan racun murni Fusarium yaitu asam salisilat (Sujatmiko et al., 2012). Untuk memperoleh tanaman yang tahan terhadap patogen adalah dengan menginduksi ketahanan dengan meggunakan suatu agens penginduksi. Agens penginduksi antara lain asam salisilat dan asam fusarat, ketahanan yang

4 diperoleh dikenal dengan ketahanan sistemik terinduksi atau ketahanan terimbas. Ketahanan terimbas merupakan ketahanan yang terekspresi setelah patogen menyerang (Huang, 2001). Beberapa parameter dapat menggambarkan terjadinya mekanisme ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen antara lain peningkatan senyawa fenol, peningkatan enzim peroksidase termasuk kelompok Pathogenesis Related-protein (PR-protein), dan adanya lignifikasi (Vidhyasekaran, 1997; Agrawal et al., 1999; Lea & Leegood, 1999). Hersanti (2003), pernah meneliti ketahanan cabai merah terhadap Cucumber Mozaik Virus (CMV) dengan ekstrak daun Pagoda (Clerodendrum paniculatum). Arai dan Takeuchi (1993) menyatakan bahwa ada korelasi positif antara ketahanan tanaman terhadap toksin dengan ketahanan tanaman terhadap Fusarium. Penggunaan asam fusarat atau asam salisilat sebagai agens penyeleksi dalam seleksi in vitro dapat menghasilkan sel atau jaringan mutant yang insensitif terhadap asam fusarat, sehingga setelah diregenerasikan menjadi tanaman dapat menghasilkan galur yang resisten terhadap infeksi patogen. Ketahanan sistemik terinduksi pada berbagai tanaman terhadap serangan patogen akibat aplikasi agens penginduksi tidak terlepas dari peran senyawa-senyawa tertentu dan PR-protein seperti peroksidase, kitinase, 1,3- glukanase, 1,4-glukosidase, dan asam salisilat sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas dan konsentrasinya. Asam salisilat memiliki peran yang sangat penting dalam ketahanan sistemik terinduksi. Asam salisilat terbentuk dalam tanaman sebagai respon terhadap infeksi patogen. Beberapa produk dari gen ketahanan sistemik terinduksi mempunyai sifat antimikrobia atau

5 dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein itu antara lain 1,3- Glukanase, kitinase, thaumatin, dan PR-protein 1 (Kessman et al., 1994 cit. Hersanti & Subroto, 2004). Identifikasi mutan atau varian yang insensitif terhadap asam salisilat dengan seleksi in vitro telah dilakukan pada tanaman pisang (Musa sp) yang menunjukkan bahwa bibit pisang hasil pengimbasan memiliki ketahanan yang lebih tinggi dari pada kontrol (Suryanti et al., 2009). Faradilla dan Purwantoro (2012) meneliti ketahanan tanaman pisang dengan menggunakan AF dan AS dengan konsentrasi 0 ppm, 1,22 ppm, 2,45 ppm, 4,91 ppm, 9,82 ppm, 1,15 ppm, 2,33 ppm, 4,66 ppm dan 9,32 ppm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa asam dengan konsentrasi 2,45 ppm dan asam fusarat dengan konsentrasi 1,15 ppm mampu meningkatkan ketahanan dan merupakan konsentrasi terbaik sebagai senyawa pengimbas ketahanan bibit pisang terhadap penyakit layu Fusarium dalam kultur jaringan dengan menurunkan kriteria ketahanan dari sangat rentan menjadi rentan. Nurcahyani (2013), meneliti ketahanan planlet vanili terhadap Fusarium oxysporum f. sp. vanillae (Fov) secara in vitro dengan asam fusarat. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi asam fusarat 110 ppm merupakan konsentrasi terbaik untuk mengimbas Fov planlet vanili secara in vitro. Pada penelitian studi ketahanan melon (Cucumis melo L) terhadap layu Fusarium dengan asam salisilat, konsentrasi yang digunakan yaitu 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, dan 60 ppm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pertumbuhan kalus melon pada media dengan konsentrasi 0 dan 15 ppm tidak berbeda, penurunan pertumbuhan kalus mulai terlihat pada konsentrasi 30 ppm dan berlanjut pada konsentrasi

6 60 ppm (Sujatmiko et al., 2012). Dalam penelitian ini, konsentrasi asam salisilat yang ditambahkan pada medium Murashige & Skoog adalah 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm, dan 60 ppm. Penelitian ini dilakukan berdasarkan uraian diatas, untuk mendapatkan kandidat planlet tomat (Lycopersicum esculentum Mill) yang tahan terhadap asam salisilat secara in vitro. Planlet tomat yang tahan asam salisilat nantinya apabila diregenerasikan menjadi tanaman diharapkan dapat menghasilkan galur yang tahan terhadap infeksi Fol, dengan demikian nantinya akan dapat meningkatkan kembali kualitas dan produksi tanaman tomat di Indonesia. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui konsentrasi asam salisilat toleran untuk seleksi planlet tomat secara in vitro. 2. Menganalisis karakter ekspresi yang spesifik pada planlet tomat tahan asam salisilat secara in vitro meliputi ketebalan lignin, kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total, serta perbedaan struktur anatomi batang. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk memperoleh planlet tomat yang tahan asam salisilat secara in vitro. Planlet yang insensitif terhadap asam salisilat diharapkan juga tahan terhadap Fol. Secara ilmiah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

7 ilmu pengetahuan terutama di bidang pemuliaan tanaman dan ilmu terapan yang terkait. D. Kerangka Pikir Buah tomat merupakan komoditas multiguna, sehingga pemuliaan tanaman tomat sangat penting. Salah satu pemuliaan tanaman ini adalah untuk mendapatkan kultivar tomat yang berdaya hasil tinggi. Pembudidayaan tanaman tomat sering terserang oleh penyakit yang salah satunya adalah layu Fusarium. Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxyporum yang berada didalam tanah dan masuk ke tanaman melalui akar. Penyakit layu Fusarium dapat dikendalikan salah satunya menjadikan bibit lebih tahan dari layu Fusarium dengan menggunakan asam salisilat untuk ketahanan tanaman. Asam salisilat merupakan signal penting dalam ketahanan tanaman. Ketahanan tanaman terhadap layu Fusarium oxysporum dapat diperoleh dari hasil seleksi. Tanaman tomat mudah terserang oleh layu Fusarium oxysporum untuk itu perlu adanya penanganan secara khusus. Infeksi gen yang bersifat patogen mampu menginduksi Systemic Acquired Resistance (SAR) dari tanaman. SAR merupakan sebuah respon sistemik oleh tumbuhan yang terjadi akibat cekaman seperti infeksi oleh patogen. Respon sistemik ini berupa rangsangan pada sel tumbuhan untuk mengaktifkan enzimenzim ketahanan yang memproduksi senyawa anti patogen, diantaranya adalah enzim Phenylalanine Amonia-Lyase (PAL) dan senyawa asam salisilat.

8 Asam salisilat merupakan hormon tanaman yang sangat berperan penting karena perannya dalam regulasi metabolisme, hal ini menunjukkan bahwa asam salisilat berpotensi menghasilkan beragam tanggapan metabolik pada tanaman dan juga mempengaruhi parameter fotosintesis yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang berkelanjutan dalam parameter yang diamati diharapkan dapat maksimal. Proses akumulasi biomassa menyebabkan produktivitas yang lebih tinggi, seperti kandungan lycopene dan kandungan vitamin C buah tomat (Javaheri et al.,2012). Perbanyakan mikro beberapa tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif, merupakan contoh aspek dari kultur jaringan. Perbanyakan mikro secara keseluruhan ialah menumbuhkan bagian tanaman dalam media aseptik, memperbanyak hingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Kultur jaringan sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen. Metode ini memudahkan untuk mendapatkan sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus, serta meregenerasikan menjadi tanaman lengkap yang sehat (Gunawan, 1987). Dalam penelitian ini, media yang akan digunakan untuk menyeleksi planlet tomat yang tahan terhadap layu Fusarium ditambahkan asam salisilat. Konsentrasi yang digunakan untuk penambahan asam salisilat pada medium Murashige & Skoog adalah 0 ppm (kontrol), 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm, dan 60 ppm. Dampak dari seleksi asam salisilat pada planlet tomat diamati

9 berdasarkan parameter berikut: persentase jumlah planlet yang hidup, analisis lignin, analisis klorofil, dan anatomi batang. E. Hipotesis Hipotesis penelitian ini sebagai berikut. 1. Terdapat konsentrasi asam salisilat yang toleran untuk seleksi planlet tomat secara in vitro. 2. Adanya karakter ekspresi yang spesifik pada planlet tomat tahan asam salisilat meliputi peningkatan: ketebalan lignin, kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total serta perbedaan struktur anatomi batang.