BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra dipengaruhi oleh usia saat awal tunanetra, persepsi terhadap kegagalan melanjutkan sekolah sebagai kegagalan masa depan, tekanan psiko-sosial lain yang menyertai proses ketunanetraan, serta dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat. 2. Terdapat tantangan sosial dan akademik yang melingkupi perjalanan pendidikan responden. Dibutuhkan dukungan institusi untuk aksesibilitas layanan akademik yang lebih baik serta lingkungan sosial yang mendukung proses pembelajaran dan interaksi sosial yang lebih ramah difabel. 3. Menjadi mahasiswa bagi responden telah menjadi sumber pengalaman dan tantangan untuk mengembangkan makna hidup. Menjadi mahasiswa memperluas ruang tegangan antara ada dan makna. Menjadi mahasiswa memiliki banyak makna bagi responden, di antaranya menguji kemampuan diri, berkompetisi dengan mereka yang bisa melihat, membuka pergaulan dan sosialisasi yang lebih luas, memperluas pengalaman, mencapai prestasi akademik, peningkatan pemahaman diri, peningkatan keterampilan dalam mengelola diri, komitmen terhadap tujuan dan cita-cita hingga kesempatan untuk memahami Islam lebih dalam dan luas. 286
287 4. Tahapan proses penemuan makna hidup responden sebagai berikut : Tahap derita (diwakili pengalaman derita dan penghayatan hidup tak bermakna); Tahap penerimaan derita (mulai terjadi saat berbaur dengan sesama difabel netra di lembaga ketunanetraan); Tahap pengenalan dan pengembangan potensi diri (melalui eksplorasi minat studi, seni, dan olahraga hingga mengikuti perlombaan dan meraih prestasi); Tahap pembukaan diri-inklusif (melalui pengalaman di sekolah inklusi); Tahap perluasan diri (melalui pengalaman di perguruan tinggi dan berorganisasi); Tahap penemuan makna hidup (mengalami proses refleksi yang kaya terhadap perjalanan hidup); dan Tahap pengembangan makna hidup (komitmen dalam kegiatan yang ditekuni, ingin mengabdi, memiliki cita-cita dan orientasi masa depan). 5. Dalam penemuan makna hidup melalui pemenuhan sistem nilai pribadi, responden terbagi dalam dua kategori, yaitu : satu responden menemukan makna hidup melalui sistem nilai piramidal (pyramidal value system) dan tiga responden menemukan makna hidup melalui sistem nilai paralel (parallel value system). Perbedaan ini ditandai pula oleh keterlibatan ketiga responden dalam aktifitas sosial yang lebih luas, dan keaktifan berorganisasi. 6. Responden yang tergolong telah menemukan makna hidup melalui sistem nilai paralel memiliki kestabilan emosi dan sikap yang lebih matang dibandingkan dengan responden yang menemukan makna hidup melalui sistem nilai piramidal. 7. Perkembangan masa dewasa awal memberikan tantangan yang khas bagi difabel untuk menemukan pasangan hidup yang cocok sekaligus
288 memikirkan dan menyiapkan diri untuk bertanggungjawab sebagai calon pasangan dan calon orang tua. Responden menemukan pasangan atau calon pasangan hidup sesama mahasiswa di kampus melalui pengalaman atau aktifitas bersama di kampus. 8. Pendalaman nilai-nilai penghayatan, berkarya, bersikap, dan pengharapan menjadi sumber-sumber makna hidup responden. 9. Spiritualitas, kebebasan untuk menentukan sikap terhadap keterbatasan serta tanggungjawab terhadap pilihan-pilihan hidup telah mendorong untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup lebih dalam dan luas. Aspek spiritual hadir dalam bentuk Keyakinan akan pertolongan Allah: akhlak dan sikap batin, seperti kesabaran, kebersyukuran, ketenangan, kesederhanaan, kepekaan, pemaafan, husnudzon, keikhlasan, dan mengambil hikmah; serta amal dan ibadah, seperti sedekah, sholat,berdoa, membaca Al Qur an, dan berpuasa B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Difabel Netra Bagi mahasiswa difabel netra disarankan untuk menyadari dan memperkaya sumber daya spiritual yang dimiliki, memupuk keyakinan akan pertolongan Allah, mengembangkan akhlak dan sikap jiwa seperti husnudzon, kebersyukuran, kesabaran, serta meningkatkan amal ibadah praktis. Disarankan pula untuk memperluas kontak sosial serta pengalaman baik akademik maupun non akademik semasa menjadi mahasiswa. Membuka wawasan, memperluas pergaulan, mengembangkan sikap
289 proaktif, berfikir positif, memiliki orang-orang yang ingin diteladani atau ditiru, dan mau lebih terbuka dalam mengekspresikan sikap, ide dan perasaan dengan warga kampus lainnya. Dalam pemenuhan makna hidup, disarankan untuk mengembangkan makna hidup melalui sistem nilai paralel, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki sekaligus beberapa nilai yang bobotnya sama besar dan samasama penting dan bermakna dalam hidupnya, seperti menemukan makna dalam kegiatan pendidikan, persahabatan, organisasi, hobi, dan sebagainya. 2. Bagi Orangtua dan Keluarga Mahasiswa Difabel Netra Disarankan untuk sejak awal mendapatkan informasi tentang lembaga pendidikan tunanetra dan sekolah inklusi serta memberikan dukungan sedini mungkin agar dapat meningkatkan semangat dan motivasi difabel netra dalam mencapai pendidikan ke taraf yang lebih tinggi. Dukungan dapat diberikan melalui komunikasi yang penuh penerimaan, kasih sayang, kepedulian sekaligus mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri difabel. Keluarga juga dapat menunjukkan kepeduliaan dan dukungan melalui penghargaan serta pemberian fasilitas untuk menunjang pendidikan. 3. Bagi UIN Sunan Kalijaga Institusi UIN Sunan Kalijaga, peneliti menyarankan untuk semakin memperkuat identitasnya sebagai trend setter dalam memperjuangkan kampus ramah difabel, melalui kebijakan-kebijakan dan penguatan di berbagai lini.
290 Secara khusus memberikan dukungan yang lebih nyata kepada Pusat Studi dan Layanan Difabel untuk berkiprah lebih jauh dalam memberikan pelayanan baik fisik maupun non fisik kepada mahasiswa difabel dan warga kampus lainnya. Menguatkan pendidikan ramah difabel melalui peningkatan kepekaan, pengetahuan dan keterampilan para staf pengajar dan administrasi dalam memberikan layanan bagi difabel. Bagi PSLD yang menjadi ujung tombak misi kampus ramah difabel, disarankan untuk meningkatkan keberfungsiannya dan peran strategisnya agar dapat memberikan pelayanan yang semakin optimal, khususnya dalam pendampingan langsung ke mahasiswa difabel dan pengadaan sarana belajar yang sensitif difabel, dalam hal ini difabel netra. 4. Bagi Mahasiswa dan Lingkungan Kampus Bagi mahasiswa dan lingkungan kampus disarankan untuk sadar dan peka terhadap keberadaan mahasiswa difabel netra, dengan mengembangkan empati, dukungan, dan apresiasi terhadap keberadaan mahasiswa tunanetra. Disarankan untuk dapat mengembangkan hubungan yang setara, memberikan kesempatan, dengan tetap menyadari keterbatasan dan kesiapan memberikan dukungan yang realistis untuk mahasiswa difabel netra di sekitarnya. Warga kampus juga disarankan untuk bersama mendukung keberadaan Pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga dalam mewujudkan misi sebagai kampus ramah difabel, melalui keterlibatan dalam program dan kegiatan yang ada. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini hanya memotret fenomena mahasiswa difabel netra yang berhasil dalam erjalanan akademiknya, bagi peneliti selanjutnya
291 dapat memperluas kriteria inklusi responden dengan melibatkan responden yang kurang berhasil atau gagal dalam studi. Sehingga dapat menghasilkan kajian yang lebih luas dan mendalam tentang fenomena ini. Secara sepintas, peneliti menemukan ada perbedaan tema dinamika kebermaknaan hidup responden laki-laki dan perempuan, disarankan untuk menggali fenomena ini lebih dalam, dengan memperhatikan perbedaan ini. Seperti bagaimana keluarga dan masyarakat sekitar memberikan perlakuan dan dukungan terhadap difabel netra terkait perbedaan jenis kelamin. Selain itu disarankan pula untuk meneliti responden tunanetra yang masih menempuh studi di sekolah lanjut, seperti SMP atau SMA, banyak fenomena menarik yang dapat diteliti, seperti penyesuaian pertama kali masuk sekolah inklusi, mengelola tekanan masa pubertas, regulasi emosi, regulasi diri, dan sebagainya. Penelitian kualitatif menuntut kedisiplinan, fleksibelitas dan kepekaan yang tinggi. Diperlukan perencanaan yang matang,manajemen waktu yang baik, rekam proses yang terperinci, keterhubungan yang berkualitas dengan responden untuk hasil yang maksimal.