BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG. bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

HASIL. Karakteristik Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam esensi pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB V PENUTUP. Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing. dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. perngorganisasian yang dilakukan dengan cara melibatkan narapidana

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pengurangan biaya dan sebagainya. Kualitas pendidikan bergantung pada

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB I PENDAHULAUAN. A. Gambaran Umum Lokasi KKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra dipengaruhi oleh usia saat awal tunanetra, persepsi terhadap kegagalan melanjutkan sekolah sebagai kegagalan masa depan, tekanan psiko-sosial lain yang menyertai proses ketunanetraan, serta dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat. 2. Terdapat tantangan sosial dan akademik yang melingkupi perjalanan pendidikan responden. Dibutuhkan dukungan institusi untuk aksesibilitas layanan akademik yang lebih baik serta lingkungan sosial yang mendukung proses pembelajaran dan interaksi sosial yang lebih ramah difabel. 3. Menjadi mahasiswa bagi responden telah menjadi sumber pengalaman dan tantangan untuk mengembangkan makna hidup. Menjadi mahasiswa memperluas ruang tegangan antara ada dan makna. Menjadi mahasiswa memiliki banyak makna bagi responden, di antaranya menguji kemampuan diri, berkompetisi dengan mereka yang bisa melihat, membuka pergaulan dan sosialisasi yang lebih luas, memperluas pengalaman, mencapai prestasi akademik, peningkatan pemahaman diri, peningkatan keterampilan dalam mengelola diri, komitmen terhadap tujuan dan cita-cita hingga kesempatan untuk memahami Islam lebih dalam dan luas. 286

287 4. Tahapan proses penemuan makna hidup responden sebagai berikut : Tahap derita (diwakili pengalaman derita dan penghayatan hidup tak bermakna); Tahap penerimaan derita (mulai terjadi saat berbaur dengan sesama difabel netra di lembaga ketunanetraan); Tahap pengenalan dan pengembangan potensi diri (melalui eksplorasi minat studi, seni, dan olahraga hingga mengikuti perlombaan dan meraih prestasi); Tahap pembukaan diri-inklusif (melalui pengalaman di sekolah inklusi); Tahap perluasan diri (melalui pengalaman di perguruan tinggi dan berorganisasi); Tahap penemuan makna hidup (mengalami proses refleksi yang kaya terhadap perjalanan hidup); dan Tahap pengembangan makna hidup (komitmen dalam kegiatan yang ditekuni, ingin mengabdi, memiliki cita-cita dan orientasi masa depan). 5. Dalam penemuan makna hidup melalui pemenuhan sistem nilai pribadi, responden terbagi dalam dua kategori, yaitu : satu responden menemukan makna hidup melalui sistem nilai piramidal (pyramidal value system) dan tiga responden menemukan makna hidup melalui sistem nilai paralel (parallel value system). Perbedaan ini ditandai pula oleh keterlibatan ketiga responden dalam aktifitas sosial yang lebih luas, dan keaktifan berorganisasi. 6. Responden yang tergolong telah menemukan makna hidup melalui sistem nilai paralel memiliki kestabilan emosi dan sikap yang lebih matang dibandingkan dengan responden yang menemukan makna hidup melalui sistem nilai piramidal. 7. Perkembangan masa dewasa awal memberikan tantangan yang khas bagi difabel untuk menemukan pasangan hidup yang cocok sekaligus

288 memikirkan dan menyiapkan diri untuk bertanggungjawab sebagai calon pasangan dan calon orang tua. Responden menemukan pasangan atau calon pasangan hidup sesama mahasiswa di kampus melalui pengalaman atau aktifitas bersama di kampus. 8. Pendalaman nilai-nilai penghayatan, berkarya, bersikap, dan pengharapan menjadi sumber-sumber makna hidup responden. 9. Spiritualitas, kebebasan untuk menentukan sikap terhadap keterbatasan serta tanggungjawab terhadap pilihan-pilihan hidup telah mendorong untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup lebih dalam dan luas. Aspek spiritual hadir dalam bentuk Keyakinan akan pertolongan Allah: akhlak dan sikap batin, seperti kesabaran, kebersyukuran, ketenangan, kesederhanaan, kepekaan, pemaafan, husnudzon, keikhlasan, dan mengambil hikmah; serta amal dan ibadah, seperti sedekah, sholat,berdoa, membaca Al Qur an, dan berpuasa B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Difabel Netra Bagi mahasiswa difabel netra disarankan untuk menyadari dan memperkaya sumber daya spiritual yang dimiliki, memupuk keyakinan akan pertolongan Allah, mengembangkan akhlak dan sikap jiwa seperti husnudzon, kebersyukuran, kesabaran, serta meningkatkan amal ibadah praktis. Disarankan pula untuk memperluas kontak sosial serta pengalaman baik akademik maupun non akademik semasa menjadi mahasiswa. Membuka wawasan, memperluas pergaulan, mengembangkan sikap

289 proaktif, berfikir positif, memiliki orang-orang yang ingin diteladani atau ditiru, dan mau lebih terbuka dalam mengekspresikan sikap, ide dan perasaan dengan warga kampus lainnya. Dalam pemenuhan makna hidup, disarankan untuk mengembangkan makna hidup melalui sistem nilai paralel, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki sekaligus beberapa nilai yang bobotnya sama besar dan samasama penting dan bermakna dalam hidupnya, seperti menemukan makna dalam kegiatan pendidikan, persahabatan, organisasi, hobi, dan sebagainya. 2. Bagi Orangtua dan Keluarga Mahasiswa Difabel Netra Disarankan untuk sejak awal mendapatkan informasi tentang lembaga pendidikan tunanetra dan sekolah inklusi serta memberikan dukungan sedini mungkin agar dapat meningkatkan semangat dan motivasi difabel netra dalam mencapai pendidikan ke taraf yang lebih tinggi. Dukungan dapat diberikan melalui komunikasi yang penuh penerimaan, kasih sayang, kepedulian sekaligus mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri difabel. Keluarga juga dapat menunjukkan kepeduliaan dan dukungan melalui penghargaan serta pemberian fasilitas untuk menunjang pendidikan. 3. Bagi UIN Sunan Kalijaga Institusi UIN Sunan Kalijaga, peneliti menyarankan untuk semakin memperkuat identitasnya sebagai trend setter dalam memperjuangkan kampus ramah difabel, melalui kebijakan-kebijakan dan penguatan di berbagai lini.

290 Secara khusus memberikan dukungan yang lebih nyata kepada Pusat Studi dan Layanan Difabel untuk berkiprah lebih jauh dalam memberikan pelayanan baik fisik maupun non fisik kepada mahasiswa difabel dan warga kampus lainnya. Menguatkan pendidikan ramah difabel melalui peningkatan kepekaan, pengetahuan dan keterampilan para staf pengajar dan administrasi dalam memberikan layanan bagi difabel. Bagi PSLD yang menjadi ujung tombak misi kampus ramah difabel, disarankan untuk meningkatkan keberfungsiannya dan peran strategisnya agar dapat memberikan pelayanan yang semakin optimal, khususnya dalam pendampingan langsung ke mahasiswa difabel dan pengadaan sarana belajar yang sensitif difabel, dalam hal ini difabel netra. 4. Bagi Mahasiswa dan Lingkungan Kampus Bagi mahasiswa dan lingkungan kampus disarankan untuk sadar dan peka terhadap keberadaan mahasiswa difabel netra, dengan mengembangkan empati, dukungan, dan apresiasi terhadap keberadaan mahasiswa tunanetra. Disarankan untuk dapat mengembangkan hubungan yang setara, memberikan kesempatan, dengan tetap menyadari keterbatasan dan kesiapan memberikan dukungan yang realistis untuk mahasiswa difabel netra di sekitarnya. Warga kampus juga disarankan untuk bersama mendukung keberadaan Pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga dalam mewujudkan misi sebagai kampus ramah difabel, melalui keterlibatan dalam program dan kegiatan yang ada. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini hanya memotret fenomena mahasiswa difabel netra yang berhasil dalam erjalanan akademiknya, bagi peneliti selanjutnya

291 dapat memperluas kriteria inklusi responden dengan melibatkan responden yang kurang berhasil atau gagal dalam studi. Sehingga dapat menghasilkan kajian yang lebih luas dan mendalam tentang fenomena ini. Secara sepintas, peneliti menemukan ada perbedaan tema dinamika kebermaknaan hidup responden laki-laki dan perempuan, disarankan untuk menggali fenomena ini lebih dalam, dengan memperhatikan perbedaan ini. Seperti bagaimana keluarga dan masyarakat sekitar memberikan perlakuan dan dukungan terhadap difabel netra terkait perbedaan jenis kelamin. Selain itu disarankan pula untuk meneliti responden tunanetra yang masih menempuh studi di sekolah lanjut, seperti SMP atau SMA, banyak fenomena menarik yang dapat diteliti, seperti penyesuaian pertama kali masuk sekolah inklusi, mengelola tekanan masa pubertas, regulasi emosi, regulasi diri, dan sebagainya. Penelitian kualitatif menuntut kedisiplinan, fleksibelitas dan kepekaan yang tinggi. Diperlukan perencanaan yang matang,manajemen waktu yang baik, rekam proses yang terperinci, keterhubungan yang berkualitas dengan responden untuk hasil yang maksimal.