Keywords: HIRARC, risk control.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

Risk Analysis : Severity & Likelihood

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

Nama : Esa Rahmanda Hardianto NPM : Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST.,MT.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 SENASSET 2015 ISBN: Serang, 12 Desember 2015

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN PADA PEKERJAAN BLANK MATERIAL PADA PROSES PEMBUATAN BRACKET 54P DI PT SAKURA JAVA INDONESIA TAHUN 2013

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

ANALISIS PENGENDALIAN KEBISINGAN DI AREA BODY MINIBUS PERUSAHAAN KAROSERI TAHUN 2015

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta

Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

KUISIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan biji

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Kata Kunci : Rumah Batik Komar, HIRARC, OHSAS 18001:2007, Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, SOP, Intruksi kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

Unnes Journal of Public Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

ABSTRAK. Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA), Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PERANCANGAN PENGENDALIAN K3 BERDASARKAN HASIL HIRARC

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

128 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

UNIVERSITAS INDONESIA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk Perencanaan Biaya Reparasi Kapal

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Transkripsi:

PENERAPAN HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) SEBAGAI PENGENDALIAN POTENSI KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI BODY BUS PT. X MAGELANG Annisa Devi Primasari, Hanifa Maher Denny, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: deviannisa14@gmail.com Abstract : Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) is a tool or a method to identify, assess or measure and control hazards based activities work in every workplace. PT. X Magelang doesn t have HIRARC method so that the company is also hasn t apply SMK3. The aim of this research was to describe the identified of potential hazards, the risk assessment and control (HIRARC). The study utilized qualitative approach using interview and field observation. The subjects of this research were five informants and the production of the body bus, while triangulation informants are the manager of body bus area and the staff of SHE. The finding of this research was able to identify some potential hazards such as minor injuries, scratches, slips and trips, falls, burns, back/neck, RSI (Repetitive Strain Injury), cuts, hearing loss, toppling incidents, inhalations. While the potential of risks belonged to extreme 9,2% high 44,6% medium 21,5% and low 24,6%. Keywords: HIRARC, risk control. PENDAHULUAN Latar Belakang Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.sedangkan, di Amerika Serikat menurut National Safety Council rata-rata terjadi lebih dari 10.000 kasus kecelakaan fatal dan lebih dari 284

2.000.000 kasus terjadi setiap tahun dengan kerugian mencapai lebih dari 65 milyar USD. 1 Badan BPJS Ketenagakerjaan mendata selama 2014 jumlah peserta yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Data tersebut menunjukkan 69,59% kecelakaan terjadi di dalam perusahaan saat pekerja bertugas, 10,26% di luar perusahaan dan sebanyak 20,15% pekerja mengalami kecelakaan lalu lintas. 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. 3 Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. 4 PT. X Magelang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perakitan bus dan stamping yang berlokasi di Magelang provinsi Jawa Tengah. Seperti halnya perusahaan pada umumnya, sebagai perusahaan perakitan bus dan stamping tentu menghadapi adanya risiko bahaya di tempat kerja yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan kecelakaan. Berdasarkan survei awal di PT. X Magelang didapatkan data kecelakaan kerja dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yang berpedoman pada Berita Acara Kejadian (BAK) Kecelakaan Kerja. Tahun 2012 telah terjadi 117 kecelakaan kerja. Jumlah tersebut sempat turun pada tahun 2013, yaitu 110 kecelakaan kerja. Namun, sepanjang tahun 2014 jumlah kecelakaan kerja meningkat kembali menjadi 193. Dapat dilihat dari data tersebut kecelakaan kerja mengalami peningkatan jumlah dan area kerja yang paling tinggi mengalami kecelakaan kerja adalah di divisi karoseri bagian produksi body bus. Hasil wawancara dengan pekerja bagian Safety Health Environment (SHE) PT. X Magelang belum mempunyai metode HIRARC sehingga perusahaan tersebut juga belum menerapkan SMK3. HIRARC sebagai metode manajemen risiko merupakan salah satu persyaratan yang harus ada dalam menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1 mengharuskan organisasi atau perusahaan yang akan menerapkan SMK3 melakukan manajemen risiko pada perusahaannya. Salah satu metode manajemen risiko yaitu dengan menyusun HIRARC. Padahal, area kerja divisi karoseri bagian produksi body bus yang tertinggi angka 285

kecelakaan kerja dalam kegiatan produksinyamemiliki risiko tinggi terhadap potensi kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan. Maka perlu dibuat HIRARC untuk mengetahui potensi bahaya, kemudian menilai risiko yang ada, sehingga nantinya dapat dilakukan pengendalian. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Informan utama dalam penelitian ini adalah pekerja divisi karoseri bagian produksi body bus PT. X Magelang. Informan triangulasi dalam penelitian ini yaitu pekerja bagian Safety Health and Enviroment (SHE) dan pengawas divisi karoseri bagian produksi body bus. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara pengukuran kebisingan dengan observasi lingkungan kerj dan proses kerja, wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan utama dan dokumentasi. Pengumpulan fakta dari fenomena atau peristiwaperistiwa yang bersifat khusus kemudian masuk pada kesimpulan yang bersifat umum. Uji validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Metode triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sedangkan uji validitas dengan metode triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan menggunakan dokumen-dokumen dan observasi. Uji reliabilitas data dalam penelitian ini adalah pengecekan kesesuaian informasi dilakukan dengan melakukan verifikasi informasi yang diperoleh dari informan dengan hasil observasi peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Informan Penelitian ini terdiri dari lima informan utama (IU), yang berjenis kelamin laki-laki. Informan pertama berusia 42 tahun, informan kedua berusia 25 tahun, informan ketiga berusia 26 tahun, informan keempat berusia 22 tahun, dan informan utama kelima berusia 32 tahun. Pendidikan terakhir informan utama yaitu SMA. Dalam penelitian ini terdapat tiga informan triangulasi yang berjenis kelamin laki-laki. Informan triangulasi pertama berusia 40 tahun dan informan triangulasi kedua berusia 24 tahun. Pendidikan terakhir dari kedua informan triangulasi 286

yaitu S1. Informan triangulasi pertama dalam penelitian ini merupakan manajer di bagian produksi body bus, sedangkan informan triangulasi kedua adalah pekerja Safety Health and Environment (SHE). Kondisi Lingkungan Kerja dan Proses Kerja Bagian Produksi Body Bus PT. X Magelang PT. X sudah terdapat bagian Safety, Health and Environment atau biasa disebut dengan SHE dan sudah mempunyai P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang anggotanya terdiri dari perwakilan masingmasing bagian unit kerja. Setiap hari perusahaan ini mengadakan briefing pagi yang di pimpin oleh pengawas di setiap unitnya. Briefing pagi tersebut membahas tentang laporan-laporan produksi maupun pekerjaan, rencana yang akan dilakukan dan membahas tentang keselamatan kerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua pekerja. Alat pelindung diri (APD) telah disediakan perusahaan ini dalam mencegah maupun mengurangi risiko kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yaitu berupa pakaian kerja panjang, hand cover, apron, sarung tangan, sepatu safety, helm safety, masker, earplug dan kacamata. Proses produksi body bus yang paling penting yaitu perakitan, jika proses perakitan baik maka bus akan kokoh, dari proses perakitan bentuk bus sudah mulai terlihat. Proses perakitan biasanya melalui beberapa tahapan: tahapan persiapan alat dan bahan, perakitan rangka bus bagian kemudi, perakitan rangka bus bagian lambung kanan dan kiri, perakitan rangka bus bagian depan dan pintu depan, perakitan rangka bus bagian atap, perakitan rangka bus bagian bagasi dan pemasangan air dump spoiler. Proses perakitan body bus ini dilakukan di bagian divisi karoseri tepatnya bagian produksi body bus. Berdasarkan proses kerja yang banyak dilakukan di bagian produksi body bus banyak proses yang berisiko tinggi terhadap potensi kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan yang berujung pada penyakit akibat kerja. Tidak hanya itu alat dan bahan yang digunakan pun bermacam-macam, misalnya mesin las, mesin gerinda dan plat yang apabila penggunaannya tidak sesuai dengan keselamatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Mesin-mesin yang sedang beroperasi di area kerja ini juga mengakibatkan kebisingan bagi pekerjanya. Padahal, pekerja di area ini memiliki waktu kerja 8 jam per hari dalam 5 hari kerja. Identifikasi Risiko Bahaya Bagian Produksi Body Bus PT. X Magelang Proses kerja di bagian produksi body bus banyak menggunakan mesin yang 287

berisiko bahaya bagi tubuh, antara lain mata, paru-paru, dan kulit. Terdapat juga risiko bahaya antara lain tergores, terpotong, terbakar, tersengat listrik, terjatuh, tersandung, gangguan pendengaran, gangguan pernapasan dan iritasi mata. Mengetahui risiko bahaya yang ada, berdasarkan data rekap kecelakaan kerja di area ini kecelakaan kerja yang sering terjadi adalah tergores plat akibat pekerja kurang hati-hati, lalai dan atau tidak menggunakan APD dengan benar. Pekerja pernah mengalami gangguan kesehatan akibat bekerja, seperti pusing dan demam. potensi bahaya terhadap pekerja juga terbagi menjadi lima tingkat, antara lain Catastrophic (5), Major (4), Moderate (3), Minor (2), dan Insignificant (1). Selanjutnya, hasil penilaian probability dan penilaian severity dikalikan sehingga mendapat hasil penilaian risiko yang terbagi menjadi empat tingkat antara lain Low, Medium, High, dan Extreme. Sehingga, hasil penelitian tentang penilaian risiko bahaya di PT. X bagian produksi body terdapat empat kategori tingkat risiko kecelakaan kerja antara lain Low 24,6%, Medium 21,5%, High 44,6%, dan Extreme 9,2% di PT. X bagian produksi body bus. Penilaian Risiko Bahaya Bagian Produksi Body Bus PT. X Magelang Untuk melakukan penilaian risiko dilakukan dahulu identifikasi potensi bahaya yang diperoleh dari hasil observasi meliputi lingkungan kerja, proses kerja, alat, dan bahan yang digunakan pekerja saat melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja, proses kerja, alat, dan bahan merupakan potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja,. Kemudian melakukan penilaian probability yaitu kemungkinan frekuensi terjadinya potensi bahaya terbagi menjadi lima tingkat antara lain Rare (1), Unlikely (2), Posibble (3), Likely (4), dan Almost certain (5). Penilaian severity yaitu keparahan dampak dari Pengendalian Potensi Kecelakaan Kerja yang Telah diterapkan Bagian Produksi Body Bus PT. X Magelang 1. Pengendalian Rekayasa Teknik Pengendalian rekayasa teknik merupakan pengendalian yang merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya. 5 Dalam pengendalian potensi bahaya tersengat listrik, kabel listrikdan instalasi listrik sudah diberikan pengaman. Kabel listrik sudah diberikan protector dan dipasang rapi, sehingga aman dari gigitan binatang seperti tikus dan aman apabila terkena air, dan tidak mengganggu pekerja dalam berjalan ataupun melakukan pekerjaan. 288

Kemudian instalasi listrik juga sudah mempunyai Miniatur Circuit Braker (MCB), Sedangkan untuk pengendalian potensi bahaya iklim kerja panas sudah terdapat ventilasi udara di dinding dan atap. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses metabolisme tubuh (CO 2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan. 6 2. Pengendalian Administrasi Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. 5 PT. X Magelang telah melakukan beberapa pengendalian administrasi antara lain pelatihan keselamatan kerja. Pelatihan sesuai jenis pekerjaan oleh masingmasing pengawas area kerja (bagian produksi body bus PT. X Magelang pekerja diwajibkan untuk diberikan pelatihan teknik mengelas dan mnggerinda secara aman), pelatihan tanggap darurat kebakaran satu tahun sekali (pelatihan penggunaan APAR dan pelatihan simulasi kebakaran), penerapan prosedur kerjadi setiap area kerja dengan cara pengawas memberikan briefing setiap pagi sebelum mulai bekerja (5R, sikap kerja aman sesuai SOP, dan kewajiban memakai APD), dan pengaturan jam kerja yaitu 8 jam kerja sehari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu denganpengaturan waktu istirahat 1 jam per hari. 3. Pengendalian Alat Pelindung Diri (APD) Bagian produksi body bus PT. X Magelang sudah menyediakan APD bagi seluruh pekerjanya.. Sehingga sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dalam BAB III Mengenai Syarat-Syarat Keselamatan Kerja yaitu pada Pasal 3 Ayat 1 Point F yang berbunyi : Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja. 7 Pelindung kepala topi, pelindung mata dan muka antara lain kacamata las dan kacamata gerinda, pelindung telinga earplug, pelindung pernapasan masker kain, pelindung tangan antara lain sarung tangan dan hand cover, pelindung kaki sepatu biasa, dan pakaian pelindung apron. Masker kain sebagai pengendalian potensi iritasi pernapasan dilakukan pergantian dengan masker kain yang baru 2 hari sekali atau sesuai kebutuhan pekerja. Masker ini wajib diberikan kepada pekerja oleh pengawas untuk melindungi pernapasan pekerja dari partikel debu, asap las, dan debu hasil gerinda. Namun, masker kain ini belum sesuai karena partikel-partikel tersebut masih 289

bisa menembus masker sehingga masih berpotensi bahaya menimbulkan iritasi pernapasan. 4. Fasilitas Pendukung Dalam upaya pengendalian potensi bahaya keadaan darurat seperti kebakaran di bagian produksi body bus PT. X Magelang sudah menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Namun berdasarkan hasil observasi penempatan APAR masih ditempatkan di lantai dan tidak dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.04/Men/1980 Tentang Syarat- Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi : Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 8 Selain itu perusahaan juga sudah menyediakan air minum kepada pekerja dalam upaya pengendalian iklim kerja panas. Selama 8 jam kerja pekerja diperbolehkan mengambil air minum sesuai kebutuhan masingmasing pekerja untuk pengganti cairan yang hilang. Namun, penyediaan air minum ini pekerja belum menjangkau dengan mudah karena air minum terdapat di kantor pengawas. Rekomendasi Pengendalian Potensi Bahaya Bagian Body Bus PT. X Magelang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi didapatkan rekomendasi pengendalian potensi kecelakaan kerja yang dapat diterapkan di bagian produksi body bus PT. X Magelang. Rekomendasi pengendalian ini telah disetujui oleh pihak SHE dan manajer bagian produksi body bus PT. X Magelang, diantaranya : a. Pemeliharaan dan penataan alat dan bahan (housekeeping). b. Memperjelas batas area kerja dan batas untuk pejalan kaki. c. Mewajibkan pekerja bekerja sesuai sikap kerja aman. d. Mendesain tempat kerja yang ergonomis. e. Memberikan pelatihan peregangan kepada pekerja. f. Pelatihan teknik mengelas dan menggerinda dengan aman. g. Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan kesehatan telinga dan pernapasan. h. Mewajibkan pekerja memakai APD sesuai pekerjaan. i. Pemasangan safety sign tentang dampak paparan debu hasil gerinda 290

dan paparan asap hasil las bagi pernapasan, dampak bahaya paparan gram dan radiasi sinar las bagi mata, dampak bahaya paparan bising bagi kesehatan, peringatan awas tergores, peringatan awas terjepit mesin uncoiler, dan peringatan awas tegangan listrik. j. Memberikan penjelasan mengenai dampak bahaya terkena paparan wash bensin bagi kesehatan terutama kulit. k. Memberikan penjelasan aturan pakai wash bensin yang aman. l. Pengecekan secara teratur arus listrik sebelum menggunakan mesin. m. Penyediaan safety shoes dan safety helmet. n. Penyediaan air minum yang lebih dapat dijangkau pekerja dan tanpa meninggalkan pekerjaannya. o. Pengecekan APAR secara berkala. p. Penyediaan alat pemadaman api hydrant. q. Pemasangan fire alarm system agar pekerja mengetahui apabila terjadi keadaan darurat berupa kebakaran. r. Pembentukan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran. KESIMPULAN 1. PT.X Magelang sudah mempunyai P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Kondisi lingkungan kerja diantaranya, hasil pengukuran kebisingan didapatkan hasil 85,2 dba, iklim kerja di bagian produksi body bus nilai ISBB rata-rata sebesar 24,68 ( 0 C), ada pekerjaan manual berpotensi bahaya menimbulkan keluhan otot dan tentang hasil observasi dan indepth interview lingkungan pekerjaan tidak mempengaruhi kondisi psikologi pekerja. Berdasarkan proses kerja masih banyak proses yang berisiko tinggi terhadap potensi kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan yang berujung pada penyakit akibat kerja. 2. Bagian produksi body bus PT. X Magelang berpotensi bahaya antara lain tersandung alat dan bahan yang kurang rapi, terbentur, terjatuh, terpukul, iklim kerja panas, keluhan otot, terbakar dari percikan api las, iritasi pernapasan (terhirup debu, asap hasil mengelas, menggerinda), iritasi kulit terkena bahan kimia wash bensin, tergores (mesin gerinda dan plat), gangguan pendengaran akibat kebisingan, jari terpotong mesin gerinda, jari terjepit mesin uncoiller, iritasi mata (terkena gram, radiasi sinar las), tertimpa (pipa, material, penyangga bagasi), tersengat listrik, dan kebakaran 3. Tingkat penilaian risiko bahaya yang terdapat di bagian produksi body bus PT. X Magelang terdapat 4 tingkatan 291

diantaranya Low 24,6%, Medium 21,5%, High 44,6%, dan Extreme 9,2% 4. Bagian produksi body bus PT. X Magelang telah melakukan beberapa pengendalian antara lain pengendalian rekayasa teknik, pengendalian administrasi, pengendalian APD, dan menyediakan fasilitas pendukung. 5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi didapatkan rekomendasi pengendalian yang dapat diterapkan di bagian produksi body bus PT. X Magelang sesuai dengan 17 potensi bahaya yang ada. DAFTAR PUSTAKA 1. Syukri S. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia, 1997. 2. Angka Kecelakaan Kerja 2014 Masih Tinggi. [Online] Liputan6.com, 2014. http://photo.liputan6.com/ekonomi/20 14-bpjs-mendata-angka-kecelakaankerja-masih-tinggi-2158074. [Diakses 23 Maret 2015] 3. Suma mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung. 1989. 4. Pitasari, G. P., Wahyuning, C. S., & Desrianty, A. Analisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya Menggunakan Metode Hazard and Operability dan Fault Tree Analysis (Studi Kasus Di PT X). REKA INTEGRA, 2(2).2014. 5. Syukri S. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia, 1997. 6. Talarosha, Basaria. Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan. Sumatera Utara: USU, 2013. 7. Undang-Undang No. 1. Keselamatan Kerja. Jakarta: 1970. 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04. Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta: 1980. 292