BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung bertujuan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan suatu metode dan teknik penelitian akan menentukan

O 1 X O 2. Keterangan: O 1 = nilai pretest O 2 = nilai posttest X = pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ilustrasi tokoh

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau istilah dalam bahasa inggris adalah classroom action research, yaitu suatu action

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengambil subjek penelitian dari siswa kelas XI IPS 1 SMA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode PTK (Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Masalah ini akan dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media website ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. biasa dikenal dengan classroom action research. Menurut Stephen Kemmis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bagian ini berturut-turut dikemukakan bahasan mengenai metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindak Kelas

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, tepatnya pada tahun pelajaran 2012/2013. waktu 2 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki

BAB 3 METODE PENELITIAN. (PTK). PTK merupakan suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PUISI DENGAN TEATRIKALISASI KELAS VIII A SMP NEGERI 4 TANJUNG. Afsun Aulia Nirmala

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunkan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di SDN2 Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton. Bandar lampung pada semester II tahun 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

Transkripsi:

28 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Metode ini dipilih peneliti berdasarkan pendapat ahli yang menyatakan bahwa PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar di kelas. Selain itu, pada penelitian tindakan kelas sifatnya bukan mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan. Pada penelitian tindakan kelas, peneliti mencermati kajiannya pada proses dan akibat dari tindakan yang dibuat. Berdasarkan hasil pencermatan itu dapat dilakukan tindakan sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang dampak tindakan yang dibuat peneliti. Penelitian tindakan kelas merupakan cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. Melalui metode ini, peneliti dapat menemukan hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran baik mendukung atau menghambat, dan memecahkan masalah yang dihadapi para siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan melakukan tindakantindakan yang dapat memperbaiki proses belajar mengajar secara berkala. Suharsimi, dkk (2008:104) daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan, penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi

29 proses beserta hasil tindakan, juga melakukan refleksi, sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Adapun model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut. Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan John Elliot (dalam Suharsimi, dkk 2008:16)

30 3.2 Subjek Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian di SMA Negeri 23 Bandung, dengan mengambil kelas XI IPA 1 yang berjumlah 37 orang sebagai objek penelitian. Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahap Pendahuluan Tahap ini dilakukan sebagai kegiatan awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dan perlu untuk segera ditangani, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis naskah drama. Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi ke kelas untuk mewawancarai siswa berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran menulis naskah drama dan menyebarkan angket. Setelah proses di atas dilakukan, maka diketahui bahwa umumnya pada pembelajaran menulis naskah drama, siswa kesulitan menentukan tema, memusatkan pikiran pada ide yang telah didapat, menentukan watak tokoh, membuat dialog dan menggambarkan keadaan. Berdasarkan hal di atas, peneliti menerapkan teknik parafrase cerpen dalam pembelajaran menulis naskah drama untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa tersebut.

31 3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian 1) Penyusunan Rencana Dari hasil studi pendahuluan, dilanjutkan pada penyusunan rencana. Pada tahap ini peneliti menetapkan dan menyusun rancangan program tindakan perbaikan pembelajaran menulis naskah drama dengan teknik parafrase cerpen. Hal ini difokuskan pada masalah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama. Sebelum melaksanakan PTK, peneliti melakukan persiapanpersiapan sebagai berikut: a) menyusun RPP, b) menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru, serta menyusun jurnal siswa, c) merencanakan dan melakukan diskusi mengenai aktivitas siswa dan peneliti. 2) Pelaksanaan Tindakan Tahap berikutnya yaitu melaksanakan tindakan pembelajaran menulis naskah drama yang sudah terlebih dahulu direncanakan dan dirumuskan. Tindakan dalam penelitian ini menggunakan teknik parafrase cerpen dan terdiri atas tiga siklus. Pada pertemuan sebelum tindakan siklus I guru menugaskan siswa untuk membawa satu cerpen yang paling disukai siswa. Kegiatan pembelajaran siklus I yaitu guru menerangkan tentang drama, unsur-unsur drama, teknik parafrase

32 cerpen, dan menulis drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen. Setelah itu siswa diberi waktu untuk memahami cerpen yang telah dibawa kemudian mulai menulis naskah drama berdasarkan cerpen tersebut. Pada siklus II, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I diperbaiki, baik kekurangan dalam hal penyusunan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yaitu naskah drama siswa. Begitu pula pada siklus III, kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam siklus II diperbaiki sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama meningkat. 3) Observasi Observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengukur aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar, pengamatan ini dilakukan dengan bantuan dua pengamat. Alat yang digunakan adalah lembar observasi, sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus untuk perbaikan siklus berikutnya. Hal direfleksi yaitu penyusunan rencana pembelajaran, proses pembelajaran yaitu aktivitas guru dan siswa, serta hasil naskah drama siswa. Pada pelaksanaan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru tersebut, peneliti bekerjasama dengan dua rekan yang akan bertindak sebagai pengamat, di antaranya:

33 1. Nunik Andini, 2. Syarifah Mudaim. 4) Refleksi Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi diri ini akan dapat diketahui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan nontes. Tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen pada setiap siklus, sedangkan instrumen nontes yang digunakan sebagai berikut. 3.4.1 Jurnal Siswa Jurnal digunakan terhadap siswa setelah pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen. Pertanyaan yang diajukan dalam jurnal berbeda di setiap siklusnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disesuaikan dengan hasil refleksi.

34 Pada siklus I jurnal berisi empat pertanyaan. Pertanyaan pertama mengenai materi yang sudah didapatkan. Pertanyaan kedua mengenai kesan yang didapat setelah pembelajaran. Pertanyaan ketiga mengenai kesulitan yang dihadapi siswa. Pertanyaan keempat mengenai saran yang diberikan siswa untuk pembelajaran berikutnya. Dengan pertanyaan itu, penulis dapat mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran menulis naskah drama yang sudah dilakukan. Pada siklus II jurnal berisi empat pertanyaan. Pertanyaan pertama mengenai kesan yang didapat setelah pembelajaran. Pertanyaan kedua mempertanyakan tingkat kesulitan pada siklus I teratasi. Pertanyaan ketiga mengenai kesulitan yang dihadapi. Pertanyaan keempat mengenai saran untuk pembelajaran berikutnya. Pada siklus III jurnal berisi dua pertanyaan. Pertanyaan pertama mengenai tingkat kesulitan siswa pada pembelajaran sebelumnya dapat teratasi. Pertanyaan kedua kesan dan pesan setelah pembelajaran. 3.4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar observasi siswa merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

35 1) Aktivitas siswa selama mengikuti PBM - Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen - Siswa serius menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen sesuai prosedur yang telah dijelaskan guru - Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama - Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama 2) Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan PBM - Melamun - Mengobrol dengan temannya - Melakukan pekerjaan lain 3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi guru merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

36 1) Kemampuan membuka pelajaran - Menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi - Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan 2) Sikap guru dalam proses pembelajaran - Kejelasan suara - Antusiasme penampilan atau mimik 3) Proses pembelajaran - Kesesuaian penggunaan teknik parafrase cerpen dengan pokok bahasan - Kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen serta kejelasan dalam memberikan contoh 4) Kecermatan dalam pemanfaatan media - Kemampuan menggunakan media yang berkaitan dengan teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen - Keterampilan dan ketepatan saat penggunaan media 5) Evaluasi - Ketepatan dalam penggunaan waktu - Kemampuan menggunakan penilaian lisan saat pelaksanaan menulis naskah drama dengan teknik parafrase cerpen

37 6) Kemampuan menutup pelajaran - Memberikan tugas ko-kulikuler kepada siswa dan menginformasikan bahan atau materi pembelajaran selanjutnya - Meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa 3.4.4 Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan catatan harian yang ditulis oleh guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Catatan lapangan dimaksudkan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru yang tidak dapat diungkap dengan menggunakan lembar observasi dan sebagai bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu teknik tes, lembar observasi siswa dan guru, catatan lapangan dan jurnal siswa. Teknik tes dilakukan pada setiap siklus. Pada tahap ini siswa diminta untuk menulis naskah drama secara berkelompok. Data yang diperoleh dari hasil tes siswa pada setiap siklus menjadi bahan untuk memperoleh hasil tindakan tersebut. Teknik observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase

38 cerpen. Teknik ini dilakukan dalam setiap siklus. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi. Catatan lapangan merupakan deskripsi pelaksanaan pembelajaran dari tiap siklus. Catatan ini diperlukan untuk mengetahui proses interaksi dan tingkah laku siswa dan guru. Jurnal siswa diberikan pada setiap siklus setelah pembelajaran berakhir. Jurnal sangat bermanfaat untuk mengetahui kesan, kesulitan dan saran dari siswa untuk perbaikan pada siklus berikutnya. 3.6 Analisis Data Data yang terkumpul kemudian dianalisis, data-data didapat dari beberapa sumber yang telah dikumpulkan yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan guru, jurnal siswa dan catatan lapangan. Data-data tersebut kemudian dikategorisasikan. Data kuantitatif maupun kualitatif terlebih dahulu dianalisis kemudian dideskripsikan dengan menampilkan hasil data yang selanjutnya dipersentasekan. Setelah dianalisis dan dideskripsikan, langkah selanjutnya direfleksikan untuk menarik sebuah kesimpulan. 3.6.1 Kategorisasi dan Interpretasi Data Data yang dianalisis dan direfleksi terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa menulis naskah drama setelah mendapatkan pembelajaran

39 menulis naskah drama dengan menggunakan teknik parafrase cerpen. Hasil naskah drama tersebut dianalisis berdasarkan kriteria penilaian yang ditentukan kemudian dikategorikan ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Interpretasi data dilakukan berdasarkan kriteria tingkat keberhasilan, yaitu kriteria tingkat keberhasilan perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan teknik parafrase cerpen, kriteria tingkat keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan teknik parafrase cerpen, dan hasil pembelajaran menulis naskah drama dengan teknik parafrase. Data-data yang didapat terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti di antaranya sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan. 2) Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus. 3) Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap siklus untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan. Untuk mengukur daya serap siswa (Suherman, dalam Romance, 2008: 62) menggunakan penilaian sistem PAP skala lima, yaitu: 85 % < A < 100 % (sangat tinggi), 70 % < B < 85 % (tinggi), 55 % < C < 70 % (cukup),

40 40 % < D < 55 % (rendah), 0 % < E < 40 % (sangat rendah). 4) Menganalisis hasil observasi aktivitas siswa. Menghitung persentase tiap kategori untuk setiap siklus yang dilakukan oleh setiap observer dan menghitung rata-rata persentase dari dua observer. Rata rata Persentase aktivitas siswa = 100 Jumlahsiswa Rata-rata = Keterangan: O1 + O2 2 O1 = Penilaian yang diberikan observer pertama untuk tiap kategori pengamatan. O2 = Penilaian yang diberikan observer kedua untuk tiap kategori pengamatan. 5) Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokkan pendapat siswa ke dalam kelompok pendapat atau komentar positif, negatif dan biasa. Kemudian mencari persentase jenis komentar untuk setiap tindakan dengan rumus sebagai berikut. Frekuensikomentar Persentase jenis komentar tiap siklus = 100 Jumlahsiswa PKS1+ PKS2 + PKS3 Persentase rata-rata jenis komentar = 100 3 Keterangan: PKS1 = Persentase komentar siklus 1. PKS2 = Persentase komentar siklus 2. PKS3 = Persentase komentar siklus 3.

41 3.6.2 Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, peneliti menentukan beberapa kriteria penilaian. Berikut ini kriteria penilaian menulis naskah drama. Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama Aspek Penilaian Kelengkapan Kesesuaian Kreatifitas Kesesuaian No Nama Aspek Formal Naskah Drama Penggunaan Jumlah Naskah Drama dengan Cerpen Bahasa 5-25 5-25 5-25 5-25 Keterangan: 1. Kelengkapan aspek formal naskah drama: 21-25 = jika terdapat judul, informasi tokoh, wawancang (dialog), kramagung, dan pembagian babak 16-20 = jika hanya terdapat judul, informasi tokoh, wawancang (dialog), dan kramagung 11-15 = jika hanya terdapat judul, informasi tokoh, dan wawancang (dialog) 6-10 = jika hanya terdapat judul dan wawancang (dialog) 1-5 = jika hanya terdapat wawancang (dialog) 2. Kesesuaian naskah drama dengan cerpen: 21-25 = jika cerita dalam naskah drama sesuai dengan isi cerpen dan cerpen terangkum secara lengkap dalam naskah drama 16-20 = jika cerita dalam naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen dan cerpen terangkum secara lengkap dalam naskah drama

42 11-15 = jika cerita dalam naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen namun cerpen kurang lengkap terangkum dalam naskah drama 6-10 = jika cerita dalam naskah drama kurang sesuai dengan isi cepen dan cerpen kurang lengkap terangkum dalam naskah drama 1-5 = jika tidak ada kesesuaian antara naskah drama dengan cerpen 3. Kreatifitas: 21-25 = jika sangat mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 16-20 = jika mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 11-15 = jika cukup mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 6-10 = jika kurang mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 1-5 = Jika tidak mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi 4. Kesesuaian penggunaan bahasa: 21-25 = ragam bahasa disesuaikan dengan dimensi tokoh, diksi tepat, memperhatikan kaidah EYD 16-20 = ragam bahasa disesuaikan dengan dimensi tokoh, diksi tepat, terdapat 1-5 kesalahan kaidah EYD 11-15 = ragam bahasa disesuaikan dengan dimensi tokoh, diksi kurang tepat, terdapat 5-10 kesalahan kaidah EYD 6-10 = ragam bahasa disesuaikan dengan dimensi tokoh, diksi kurang tepat, terdapat > 10 kesalahan kaidah EYD 1-5 = Ragam bahasa tidak sesuai dengan dimensi tokoh, diksi kurang tepat, terdapat > 15 kesalahan EYD