BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bidang linguistik, penerjemahan biasanya dikelompokkan ke dalam bidang linguistik terapan karena berbagai teori yang telah dirumuskan dalam linguistik teoritis diterapkan pada bidang penerjemahan. Linguistik teoritis berfungsi sebagai pengembang dan pemerkaya teori penerjemahan. Namun, penerjemahan pun dapat pula dikelompokkan ke dalam linguistik interdisipliner, karena di dalam penerjemahan itu dibicarakan berbagai disiplin ilmu yang merupakan amanat dari sebuah nas. Amanat itu sendiri merupakan salah satu unsur pokok yang terlibat dalam proses penerjemahan. Proses ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. dan ketika seorang penerjemah mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima hal ini disebut dengan proses penerjemahan. Proses penerjemahan dapat pula diartikan sebagai suatu sistem kegiatan dalam aktivitas menerjemahkan. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan menjermahkan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap lainnya. Apabila hal yang seperti itu terjadi, terjemahan yang dihasilkan akan mengandung kesalahan-kesalahan (M. Rudolf Nababan, 2003:25). Kadang-kadang seorang penerjemah tidak dapat mengungkapkan makna kata bahasa sumber (BS) di dalam bahasa penerima (BP) karena kata itu tidak memiliki padanan yang tepat di dalam bahasa penerima atau penerjemah beranggapan bahwa kata itu memiliki pengertian yang sangat khas, sehingga jika diungkapkan hilanglah kekhasannya. Tatkala penerjemah menghadapi masalah seperti ini, biasanya penerjemah mengalihkan kata BS ke dalam BP. Cara penerjemahan dengan pengalihan ini dikenal dengan prosedur transfer (Syihabuddin, 2002:129). Prosedur Transfer merupakan salah satu prosedur penerjemahan yang berkenaan dengan kosa kata. Newmark (1988:81) dalam Syihabuddin (2002:129) mendefenisikan istilah transfer sebagai proses pangalihan sebuah kata dari bahasa sumber ke bahasa penerima. Selanjutnya dia menegaskan bahwa ada beberapa kosa kata yang lazim ditransfer ke dalam bahasa penerima. Kategori itu adalah nama orang, nama geografi, tofografi, judul penerbitan, nama institusi swasta
dan pemerintah, nama jalan dan alamat, objek kebudayaan. Hal yang hampir senada diungkapkan juga oleh Syihabuddin (2002:206) bahwa prosedur transfer dikenakan pada kosa kata yang dikategorikan sebagai nama orang, nama geografi, nama kitab suci, nama-nama Alla swt, dan istilah keagamaan yang sulit dipadankan. Sementara itu, prosedur transfer tidak dijabarkan ke dalam teknik seperti halnya prosedur lainnya, karena prosedur ini merupakan proses pengalihan kata atau frase dengan mengganti huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain dalam hal ini abjad bahasa Arab ke abjad bahasa Indonesia. Prosedur ini diikuti dengan penyesuaian ejaan pada tataran fonologi melalui proses penghilangan, penambahan, pemadanan dan penggantian fonem. Di samping itu penyesuaian juga meliputi tanda baca dan bentuk huruf (Syihabuddin, 2002:206). Ada juga kosa kata yang dialihhurufkan secara utuh. Cara ini berlaku untuk kosa kata bahasa Arab (BA) yang belum menjadi bahasa Indonesia (BI) seperti kata Muhkamāt dan Bakkah. sedangkan kosa kata BA yang telah masuk ke BI, bahkan telah didokumentasikan di dalam KBBI, kata itu semestinya mengikuti kaidah BI (Syihabuddin, 2002:206). Prosedur Transfer digunakan untuk kata-kata yang sama sekali tidak dapat dipadankan dengan bahasa penerima, juga untuk menarik perhatian pembaca, dan karena sebuah kata memiliki nuansa khusus di dalam bahasa sumber. Alasan tersebut sejalan dengan pandangan Newmark (1988:81) yang menegaskan bahwa prosedur transfer dipakai untuk memberi warna lokal, menarik perhatian pembaca, menciptakan keintiman antara teks dan pembaca dan karena suatu kata memiliki makna, nuansa dan konteks khusus. Contoh prosedur transfer sebagai berikut ; /Alif lām mīm/ Alif lām mīm. Pada surah Al-Baqarah ayat pertama, kata /aliflāmmīm/ ditransfer menjadi alif laam miim secara utuh, tanpa penyesuaian dengan BP. Penerjemahan hanya menyebutkan nama-nama huruf yang terputus-putus ini.
Kata di atas merupakan rangkaian huruf yang ditempatkan pada permulaan beberapa surah Al-Qur`an. Penempatan rangkaian yang tidak dikenal dalam konvensi masyarakat Arab ini bertujuan untuk menarik perhatian orang-orang yang tidak memperhatikan AlQur`an dan untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur`an (ash-shabuni:31). Kata ini ditransfer ke BP karena tidak diketahui maknanya dan grafemnya itu sendiri menunjukkan mukjizat. Jika diterjemahkan, maka hilanglah unsur kemukjizatannya. /żālika l-kitābu lā rayba fīhi hudān lilmuttaqīna/ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, Pada kata /al-kitābu/ ditransfer ke bahasa penerima menjadi Kitab. Cara ini memperlihatkan beberapa gejala penyesuaian, yaitu penghilangan huruf /al/, penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /t/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP dan penulisan huruf pertama kata yang ditransfer ke dalam BP dengan huruf kapital serta penghilangan bunyi /u/ pada huruf /b/ di akhir kata. Tuhan menamakan Al-Qur`an dengan Al-Kitabu yang di sini berarti yang ditulis dan termasuk salah satu nama Al-Qur`an sehingga nama ini ditransfer ke BP karena memiliki makna khusus sehingga tidak ada padanannya dalam BP dan termasuk nama kitab suci.. U U /Allażīna yu'minūna bi l-gaybi / (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib. Kata /al-gaybu/ ditransfer dalam terjemahannya menjadi Gaib, dengan menunjukkan gejala penghilangan huruf /al/, serta penghilangan bunyi /u/ pada huruf /b/ di akhir kata. Istilah gaib merupakan istilah khusus keagamaan dan sangat sulit mencari padanannya dalam bahasa penerima karena istilah-istilah khusus keagamaan sebaiknya ditransfer. Agorsiloku (2006) menyatakan Gaib secara sederhana didefenisikan dengan hal yang tidak tampak baik dengan mata, panca indera, atau alat apapun juga. Al-Qur`an mendefenisikan gaib sebagai berikut ; QS 27:65
/ Qul lā ya lamu man fi s-samāwāti wa l-arḍi l-gayba illā l-lahu wa mā yasy urūna ayyāna yub aṡūna/ Katakanlah : Tidak ada satu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah. /Wa iż qāla rabbuka lilmalā'ikati innī ja ilun fi l-arḍi khalīfatan qālū ataj alu fīhā man yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'a wa naḥnu nusabbiḥu bi ḥamdika wa nuqaddisu laka qāla innī a lamu mālā ta lamūna/ Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Aku hendak menjadikan khalifah di Bumi." mereka berkata: Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-mu dan menyucikan nama-mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Pada kata /al-malāikatu/ ditransfer ke bahasa penerima menjadi malaikat, dengan proses penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /l/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP, serta penghilangan bunyi /u/ pada huruf /t/ di akhir kata. Malaikat adalah satu dari ciptaan Allah swt yang maha kuasa yang ada di bumi Allah ini dan merupakan hamba Allah swt yang paling penurut kepada Allah swt. Malaikat artinya kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk pada perintah Allah swt. Berasal dari bahasa Arab `Malak` yang artinya kekuatan (www.organisasi.org).
Selanjutnya pada kata /khalīfatun/, mengalami proses tansfer dalam terjemahan sehingga menjadi khalifah. Pada hasil terjemahan ini ditunjukkan adanya gejala penghilangan vokal [i:] pada huruf /l/ menjadi vokal pendek [i] di dalam BP, dan pemadanan huruf /t/ ke dalam bahasa penerima menjadi /ah/ hal ini merujuk kepada pedoman transliterasi yang berlaku, serta penghilangan bunyi /u/ pada huruf /t/ di akhir kata. Khalifah dalam bahasa Indonesia artinya pengganti nabi Muhammad dan istilah ini diperuntukkan Allah swt kepada manusia sebagai penghuni Bumi ini. U U /Qāla yā ādamu anbi'hum bi asmā'ihim../ Dia (Allah) berfirman, Wahai Adam! Beritahukanlah pada mereka nama-nama itu! Pada kata /ādamu/ ditransfer dalam bahasa penerima menjadi Adam. Proses ini menunjukkan beberapa gejala penyesuain pada bahasa penerima, seperti penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /?/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP, serta penulisan huruf kapital pada huruf pertama kata yang ditransfert ke dalam bahasa penerima serta penghilangan bunyi /u/ pada huruf /m/ di akhir kata. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah swt untuk menjadi khalifah di bumi-nya dan dari Adam ini terlahir manusia melalui perkawinannya dengan Hawa. Selanjutnya peneneliti akan mencoba menganalisa, memaparkan, dan mendeskripsikan bagaimana prosedur transfer dalam terjemahan surah Al-Baqarah pada Syamil Al-qur`an dan apakah hasil terjemahannya konsisten. Dan sementara ini penulis sudah menemukan data berupa kata atau kelompok kata yang diterjemahkan dengan prosedur transfer berjumlah 52 kata yang tersebar pada surah Al-Baqarah.