Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (Biofertilizer) DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN. Jumlah mikroba (CFU/ml) penyusun pupuk hayati (Biofertilizer) pada media selektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

PENGARUH PEMBERIAN BIOFERTILIZER DAN JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DAN FREKUENSI BIOFERTILIZER TERHADAP PRODUKTIVITAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

ABSTRAK. Oleh. Mitra Suri. Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. dan Teknologi Universitas Airlangga dan di rumah kaca (green haouse) UPT

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

Oleh: Norma Rahmawati Dosen Pembimbing: Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Diah Sudiarti 1) Haning Hasbiyati 2) Universitas Islam Jember

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PH-E TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae. L)

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (30-34) E-ISSN

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN Effective Microorganism 10 (EM 10 ) PADA PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

169 ZIRAA AH, Volume 35 Nomor 3, Oktober 2012 Halaman ISSN

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) ( X Print) 1

KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

PENGARUH PUPUK DAUN GREEN-TAMA DAN ZPT ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) VARIETAS BERLIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BIOETANOL JAGUNG

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

TUGAS AKHIR (SB )

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

PENGARUH PEMBERIAN NIGHSOIL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAK CHOY (Brassica chinensis L)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

(The Response of Various Compound Manure and Growing Media to Growth and Yield of Tomato (Solanum lycopersicum) Permata Variety as Hydrophonic)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap Pemberian Giberelin dan Pupuk TSP

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

PENAMPILAN FENOTIPE BAYAM MERAH AKIBAT DARI PEMBERIAN PUPUK UREA DAN URINE SAPI

Soilrens, Volume 14 No.2 Tahun 2016

ABSTRACT. Key words: Green beans (Vigna radiate L), biofertilizer dilution 1:10, Growth, productivity.

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

THE EFFECTIVENESS OF BIOFERTILIZER ON PLANT GROWTH SOYBEAN EDAMAME (Glycin max)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

PENGARUH PUPUK ORGANIK SUPERNASA PADA BERBAGAI DOSIS DAN FREKWENSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. METODE PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

[EFFECTS OF NUTRIENT COMPOSITION IN THE SOLUTION ON GROWTH AND YIELD OF PAKCHOY (Brassica chinensis) PLANTED BY HYDROPONIC]

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK DAN MEDIA TANAM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) PADA POLYBAG Ainun Masfufah, Agus Supriyanto, Tini Surtiningsih Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Ainunmasfufah08@gmail.com Abstract This study aims to determine the effect of dose biofertilizer, the influence of growing media, and the influence of the combinations of biofertilizer dose and growing media on growth and productivity of tomato plants. The study used a completely randomized design factorial 2x5 pattern was repeated 3 times. The first factor is the fertilizer dose (D) which consisted of D 0 = no fertilizer, Da = NPK fertilizer dose 10 g/plant, D 5 = biofertilizer dose 5 ml/plant, D 10 = biofertilizer dose 10 ml/plant, and D 15 = biofertilizer dose 15 ml/plant. The second factor is the growing medium (M) which consists of M 1 (soil) and M 2 (soil:compost = 1:1). The variable of observation consists of plant height (cm), leaf number (strand), tomato fruit number per plant (fruit), and tomato fruit weight (g). Analysis of the data used by Two- way ANOVA and Independent Sample T- Test. The results of statistical analysis show that the biofertilizer dose affect on plant height, but had no effect on leaf number, tomato fruit number per plant, and tomato fruit weight. Whereas. The growing media is also effect on leaf number and tomato fruit weight, but had no effect on plant height and tomato fruit number per plant. However, the combination of biofertilizer dose and growing media had no effect on any response to the growth and productivity of tomato plants. Biofertilizer dose 10 ml/plant showed the best result compared with other treatments on plant height, and the soil growing medium showed better result on leaf number and tomato fruit weight. Keywords: Biofertilizer, doses, growing esculentum). media, tomato plants (Lycopersicon Pendahuluan Tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber alternatif pendapatan petani (Cahyono, 2008). Hal ini

ditunjang dengan permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hanindita, 2008). Permintaan pasar yang tinggi tidak diimbangi dengan produktivitas tomat yang tinggi pula (Purwati dan Khairunisa,2007). Untuk meningkatkan hasil produksinya, pada umumya petani menggunakan pupuk NPK (Cahyono, 2008). Akan tetapi, bagi para petani, harga pupuk kimia ini masih tergolong sangat mahal (Astuti dan Robert, 2011). Selain itu, pupuk ini juga dapat memberi dampak buruk bagi lingkungan yang berimbas pada rusaknya ekosistem yang dapat dilihat dari tingginya tingkat pencemaran air dan tanah (Cahyono, 2008). Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non simbiotik Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat Bacillus subtillis; (5) mikroba dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba dekomposer Lactobacillus sp.; dan (7) mikroba dekomposer Saccharomyces cereviceae (Suwahyono, 2011). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan penggunaan media tanam yang berbeda sehingga didapatkan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Metode Penelitian Tahap pembuatan pupuk hayati (biofertilizer) Setiap isolat bakteri dimasukan ke dalam larutan 100 ml media NB dan glukosa 1% steril dan diinkubasi 24 jam. Kemudian semua kultur bakteri dimasukan ke dalam larutan molase 2% dan diinkubasi 24 jam. Tahap perlakuan Polybag dibagi menjadi dua perlakuan, yaitu (1) polybag diisi dengan tanah; dan (2) polybag diisi dengan campuran tanah dan kompos (1:1). Pemberian pupuk hayati (Biofertilizer) diberikan pada tanaman tomat di dalam polybag dengan cara disemprotkan pada media tanam dengan dosis 5 ml, 10 ml, dan 15 ml

tiap tanaman, sedangkan pemberian pupuk NPK dengan dosis 10 g/tanaman diberikan dengan cara ditaburkan pada media tanam. Masing-masing pupuk diberikan 4 kali, yaitu 3 hari sebelum transplanting, 7 hari pasca transplanting, 30 hari pasca transplanting, dan 70 hari pasca transplanting. Rancangan penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x5 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk (D) yang terdiri atas D 0 = tanpa perlakuan, Da= dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D 5 = dosis biofertilizer 5 ml/tanaman, D 10 = dosis biofertilizer 10 ml/tanaman, dan D 15 = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman. Faktor kedua adalah media tanam (M), yang terdiri atas M 1 (tanah) dan M 2 (tanah : kompos = 1:1). Variabel yang diamati terdiri atas tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah buah per tanaman (buah), dan berat buah per tanaman (g). Prosedur memperoleh data Data tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai pada ujung tunas tertinggi dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu. Jumlah daun (helai) dihitung dengan cara menjumlahkan semua daun yang ada pada tanaman dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu. Jumlah buah (buah) dihitung dengan cara menjumlahkan semua buah yang dihasilkan tiap tanaman. Berat buah (g) dihitung dengan cara menimbang semua buah yang dihasilkan tiap tanaman. Analisis data Data tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah buah (buah), dan berat buah (g) dianalisis secara statistik menggunakan uji Two-way Analysis of Varians (ANOVA) dan uji Independet-Samples T Test dengan asumsi data berdistribusi normal.

Hasil dan Pembahasan Pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) Tabel 4.1 Pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat (n=3) Dosis Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah buah Berat buah (helai) (cm) (buah) (g) D 0 18±3.53 (a) 49.55±13.55 (a) 4±1.86 26.75±14.46 D a 23±1.41 (b) 67.88±0.88 (bc) 12±7.46 45.82±28.66 D 5 22±4.95 (ab) 53.00±13.29 (ab) 6±4.02 39.42±35.28 D 10 20±2.12 (ab) 75.92±10.44 (c) 10±5.18 46.94±18.63 D 15 18±0.00 (a) 47.08±3.84 (a) 5±0.82 43.84±20.86 Keterangan : D 0 = tanpa pemupukan, D a = dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D 5 = dosis biofertilizer 5 ml/tanaman, D 10 = dosis biofertilizer 10 ml/tanaman, dan D 15 = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, dosis pupuk hayati (biofertilizer) berpengaruh terhadap tinggi tanaman tomat. Hal ini menunjukan bahwa pemberian biofertilizer pada dosis yang berbeda, menunjukan respon tinggi tanaman yang berbeda pula. Menurut Suwahyono (2011), mikroba yang ada di dalam biofertilizer yang diaplikasikan pada tanaman mampu mengikat nitrogen dari udara, melarutkan fosfat yang terikat di dalam tanah, memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan memacu pertumbuhan tanaman. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian dosis biofertilizer 10 ml/tanaman (D 10 ) memberikan hasil rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik jika dibandingkan pemberian biofertilizer pada dosis yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan D 10 merupakan dosis pupuk yang paling sesuai untuk pertumbuhan tinggi tanaman tomat. Menurut Uno (2001) dalam Puspitasari (2010), bila suatu tanaman ditempatkan pada kondisi yang mendukung dengan unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, maka tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan ke atas dan menjadi lebih tinggi. Pemberian biofertilizer dengan dosis 5 ml/tanaman (D 5 ) dan dosis 15 ml/tanaman (D 15 ) memberikan hasil yang kurang bagus dibandingkan dengan

pemberian biofertilizer pada dosis 10 ml/tanaman (D 10 ). Hal ini dimungkinkan karena pada dosis biofertilizer 5 ml/tanaman (D 5 ), jumlah mikroba yang ada kurang mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Sedangkan pada dosis biofertilizer 15 ml/tanaman (D 15 ), dimungkinkan karena tingginya persaingan antar mikroba dalam memperoleh makanan yang menyebabkan kebutuhan nutrisi mikroba kurang terpenuhi sehingga mikroba bekerja kurang optimal yang menyebabkan pengaruhya terhadap tinggi tanaman juga kurang optimal (Simanungkalit dkk., 2006). Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, dosis pupuk hayati (biofertilizer) berpengaruh terhadap jumlah daun dan jumlah buah. Akan tetapi, pada dosis berapakah yang memberikan hasil yang paling baik terhadap jumlah daun dan jumlah buah tomat, tidak dapat diamati pada hasil analisis statistik. Hal ini disebabkan karena nilai p jumlah daun = 0.040 dan nilai p jumlah buah = 0.013 yang mendekati α (0.05), yang menunjukan bahwa ada pengaruh dosis pupuk hayati (biofertilizer) terhadap respon, akan tetapi hasilnya tidak terlalu berbeda nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk hayati (biofertilizer) menunjukan hasil yang signifikan saat diuji bersama, akan tetapi menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap respon jumlah daun dan jumlah buah saat diuji terpisah. Hasil analisis data secara statistik juga menunjukan bahwa dosis pupuk hayati (biofertilizer) tidak berpengaruh terhadap berat buah tomat. Hal ini disebakan karena tidak berbeda nyatanya hasil yang ditunjukan oleh pengaruh dosis biofertilizer terhadap jumlah daun tomat. Jumlah daun erat kaitannya dengan berat buah tomat yang dihasilkan. Menurut Harjadi (1979), daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis karena mengandung klorofil, sehingga dapat mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat ini kemudian digunakan untuk membentuk senyawa-senyawa lain yang dibutuhkan dalam pembentukan struktur sel tanaman dan untuk mendukung aktivitas metabolisme lain atau diakumulasikan dalam sel organ tertentu (Sitompul dan Bambang, 1995).

Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) Tabel 4.2 Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tomat (n=3) Media tanam Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) Jumlah buah (buah) Berat buah (g) M 1 22±2.77 62.01±7.67 9±4.32 53.25±8.80 M 2 18±2.19 55.70±18.82 6±3.63 27.39±11.05 Keterangan : M 1 = media tanam tanah, M 2 = media tanam tanah : kompos (1:1) Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, media tanam berpengaruh terhadap jumlah daun dan berat buah, dimana jumlah daun dan berat buah tomat paling tinggi terdapat pada perlakuan media tanah (M 1 ), sementara perlakuan media campuran tanah dan kompos 1:1 (M 2 ) memiliki jumlah daun dan berat buah yang lebih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suliasih dkk. (2010) dan Kurnia (2007), yang menunjukan bahwa penggunaan kompos memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan media tanah terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kematangan kompos yang masih kurang. Menurut Simanungkalit dkk. (2006), kematangan kompos dapat dilihat dari rasio C/N yang rendah, ph, warna seperti warna tanah, dan suhu yang rendah (< 30 0 C). Kompos yang digunakan dalam penelitian ini memiliki warna coklat kehitaman dan suhu 30 0 C. Suhu ini dapat dikatakan masih cukup tinggi, sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri pengurai yang terdapat pada kompos kurang optimal. Kurang optimalnya pertumbuhan bakteri pengurai menyebabkan kompos kurang terurai sempurna sehingga kandungan C/N masih cukup tinggi dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, kompos yang kurang matang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat karena pengaruh suhu yang panas serta adanya senyawa fitotoksik yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, media tanam tidak berpengaruh terhadap respon tinggi tanaman dan jumlah buah tomat. Hal ini

dimungkinkan karena pengaruh sifat genetik tanaman. Pada varietas yang sama, sifat genetik yang dimiliki pada tanaman juga hampir sama. Sehingga, pemberian perlakuan media tanam yang berbeda akan menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah buah tomat yang hampir sama karena sifat genetik tanaman lebih dominan (Saragih, 2008). Pengaruh kombinasi dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) Gambar 1. Diagram Pertumbuhan Gambar 2. Diagram Produktivitas Keterangan : D 0 = tanpa pemupukan, D a = dosis pupuk NPK 10 g/tanaman, D 5 = dosis biofertilizer 5 ml/tanaman, D 10 = dosis biofertilizer 10 ml/tanaman, dan D 15 = dosis biofertilizer 15 ml/tanaman, M 1 = media tanah, M 2 = media tanah: kompos (1:1) Berdasarkan hasil analisis data secara statistik, kombinasi dosis pupuk hayati (biofertilizer) dan media tanam tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah. Hal ini dimungkinkan karena nilai standard deviasi yang tinggi pada masing-masing kombinasi perlakuan sehingga menyebabkan tidak berpengaruhnya perlakuan kombinasi dosis biofertilizer dan penggunaan media tanam terhadap terhadap semua respon pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Secara deskriptif, pada semua respon pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat, kombinasi pemberian pupuk hayati (biofertilizer) pada berbagai dosis dengan media tanam tanah menunjukan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan media tanam campuran tanah: kompos (1:1).

Hal ini dimungkinkan karena kompos yang digunakan masih kurang matang, sehingga penggunaan kompos sebagai media tanam memberikan pengaruh yang tidak lebih baik jika dibandingkan dengan media tanam tanah karena kandungan organik dalam kompos belum terurai secara sempurna sehingga unsur hara bagi tanaman juga kurang yang menyebabkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat juga kurang optimal (Simanungkalit dkk., 2006). Pada respon jumlah daun, perlakuan M 1 D 5 menunjukan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa mikroba yang terdapat dalam biofertilizer mampu menyediakan unsur hara yang dapat ditangkap oleh tanah dan kemudian dapat diserap oleh tanaman. Menurut Ashari (1995), partikel koloid tanah yang bermuatan negatif lebih memungkinkan unsur hara terikat pada partikel tersebut, hal ini penting terutama dalam mempertahankan nutrisi dari pencucian. Dengan demikian tanah menjadi kaya unsur hara yang berguna bagi tanaman. Pada respon berat buah, perlakuan M 1 D 5 menunjukan hasil berat buah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan M 1 D a. Hasil berat buah ini erat kaitannya dengan jumlah daun yang terdapat pada tanaman tomat. Pada respon jumlah daun, tanaman dengan perlakuan M 1 D 5 menunjukan hasil jumlah daun yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil berat buah yang diperoleh pada tanaman dengan perlakuan yang sama. Menurut Harjadi (1979), jika suatu tanaman yang sedang berada pada fase reproduktif dari perkembangan tanaman, maka karbohidrat hasil fotosintesis yang terjadi di daun, tidak seluruhnya dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, akan tetapi disimpan (ditimbun) untuk perkembangan bunga, biji, buah, atau alat-alat persedian yang lain. Pada respon tinggi tanaman, perlakuan M 2 D 10 menunjukan hasil paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa meskipun kompos yang digunakan kurang matang, akan tetapi dengan pemberian biofertilizer pada dosis yang sesuai, dapat memperbaiki kondisi media tanam sehingga pertumbuhan tanaman juga dapat optimal. Mikroba pada pemberian

biofertilizer dengan dosis 10 ml/tanaman dimungkinkan mampu memanfaatkan nutrisi yang terdapat pada kompos dengan sebaik mungkin sehingga dapat tumbuh dengan optimal dan dapat memperbaiki kondisi media tanam campuran tanah dan kompos (1:1) yang kurang matang menjadi lebih baik. Menurut Simanungkalit dkk. (2006), jika dosis pupuk hayati (biofertilizer) diberikan pada media tanah yang dicampur dengan kompos (1:1), maka pertumbuhan tanaman akan optimal. Bahan organik yang ada pada kompos berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyedian unsur hara tanaman. Pada respon tinggi tanaman, perlakuan M 2 D 5 menunjukan hasil tinggi tanaman yang hampir sama dengan perlakuan M 2 D 15, hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan M 2 D 5 kurang mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada perlakuan M 2 D 15, tingginya persaingan antar mikroba dalam memperoleh nutrisi yang menyebabkan kebutuhan nutrisi mikroba kurang terpenuhi sehingga mikroba bekerja kurang optimal (Simanungkalit dkk, 2006). Menurut Schlegel (1994), nutrisi merupakan faktor penting yang harus terpenuhi oleh mikroba, karena nutrisi ini dapat digunakan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikroba dalam mempertahankan kehidupan mikroba. Pada respon jumlah buah, perlakuan M 1 D 10 dan M 2 D 10 menunjukan hasil jumlah buah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan kombinasi yang lain. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh faktor tinggi tanaman dan lingkungan yang juga turut berperan dalam optimalisasi pembentukan buah. Menurut Wijayani dan Widodo (2005), kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan faktor lingkungannya. Menurut Zulfitri (2005), tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil per tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan tanaman yang lebih tinggi dapat mempersiapkan organ vegetatifnya lebih baik sehingga organ fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak.

Kesimpulan Pupuk hayati (biofertilizer) pada dosis pupuk yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana hasil terbaik diperoleh pada pemberian biofertilizer dengan dosis 10 ml/tanaman; akan tetapi dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah tomat. Penggunaan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berat buah tomat, dimana hasil terbaik diperoleh pada penggunaan media tanam tanah; tetapi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah buah tomat. Sedangkan kombinasi dosis biofertilizer dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah tomat. Daftar Pustaka Ashari, S., 1995, Hortikultura Aspek Budidaya, Cetakan I, Universitas Indonesia Press. Astuti, R. S. dan Robert, A. K., 2011, Serapan Pupuk Kimia Rendah, Kompas, Madiun. Cahyono, I., 2008, Tomat : Usaha Tani dan Penganganan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta. Hanindita, N., 2008, Analisis Eksport Tomat Segar Indonesia, Ringkasan Eksekutif, Institut Pertanian Bogor. Harjadi, S. S., 1979, Pengantar Agronomi, PT. Gramedia, Jakarta. Purwati, E. dan Khairunisa, 2007, Budi Daya Tomat Dataran Rendah, Penebar Swadaya, Depok. Puspitasari, D., 2010, Bakteri Pelarut Fosfat Sebagai Biofertilizer Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Saragih, W. C., 2008, Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Solanum Lycopersicum Mill. ) Terhadap Pemberian Pupuk Fosfat dan Berbagai Bahan Organik, Skripsi, Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Schlegel, H. G., 1994, Mikrobiologi Umum, Ed. Ke-6, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat. Sitompul, S. M., Bambang G., 1995, Analisis Pertumbuhan Tanaman, Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Suliasih, S., Widawati, A. Muharam, 2010, Aplikasi Pupuk Organik dan Bakteri Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat dan Aktivitas Mikroba Tanah, J. Hort 20(3): 241-246. Suwahyono, U., 2011, Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien, Penebar Swadaya, Jakarta. Wijayani, A., Widodo, W., 2005, Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik, Ilmu Pertanian 12(1): 77 83. Zulfitri, 2005, Analisis Varietas dan Polybag Terhadap Pertumbuhan serta Hasil Cabai (Capsicum annum L.) Sistem Hidroponik, BULETIN Penelitian (08), Universitas Mercu Buana, Jakarta.