BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel sekarang berkembang cukup pesat. Bisa dilihat dengan banyak munculnya bisnis ritel di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pendidikan. Pertumbuhan pendidikan dan pariwisata yang semakin meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemasaran Ritel. Sessi

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB 1 PENDAHULUAN. pertokoan yang ramai dikunjungi masyarakat Slahung, UKP Ria Nusantara. merupakan unit kesejahteraan pondok Ar-risalah, toko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan bisnis retail dewasa ini semakin ketat, hal ini ditunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet semakin pesat dalam era modern jaman ini karena didorong dengan kemudahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar juga menuntut peritel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel tersebut antara lain hypermart, supermarket, specialty store,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran jangka panjang yang tepat. Pesaing perusahaan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maupun pusat perbelanjaan serba ada (departement store). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. melalui media elektronik maupun media cetak. Peritel harus memiliki strategi untuk memunculkan minat beli

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisnis modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru seperti

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan pada

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel saat ini mengalami perkembangan yang pesat, khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan makin banyak bermunculan bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern maupun bisnis ritel yang baru lahir. Hal ini pun menuntut bisnis ritel untuk mengubah pandangan lama pengelolaan ritel tradisional menjadi pandangan pengelolaan ritel modern (Utami, 2008:3) Perkembangan bisnis ritel di Indonesia dewasa ini sedang berkembang amat pesat. Munculnya ritel ritel di Indonesia makin menyemarakkan bisnis ini. Kebutuhan dan keinginan konsumen saat ini mengalami perubahan yang drastis, dimana dalam perkembangannya masyarkat menginginkan sarana dan kebutuhannya dekat dengan rumah. Hal inilah yang menyebabkan banyak peritel berusaha untuk membuka banyak gerai di banyak lokasi, demi memenuhi kebutuhan konsumennya. Saat ini telah banyak perusahaan ritel yang melayani konsumen dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Berbagai ritel berkembang, baik hypermarket, departement store, supermarket, minimarket, toko, dan sebagainya. Salah satu toko ritel yang berkembang pesat saat ini adalah toko Stroberi. Toko Stroberi adalah salah satu toko aksesoris yang ada di Indonesia. Menurut Sulaiman dan Ambarwati (2011), toko Stroberi ini menjadi leader bagi toko aksesoris lainnya. Toko ini menjual berbagai macam aksesoris, seperti bando unik, dompet, kalung, gelang, cincin hingga aksesoris rambut. Toko Stroberi ini juga mempunyai harga yang murah dan kualitasnya baik. Toko ini dapat dijumpai di berbagai mall. Toko Stroberi ini mempunyai desain yang unik dengan variasi dinding 1

2 berwarna merah muda dan putih. Selain itu, desain toko yang dimiliki Stroberi ini tidak terlalu rumit, sehingga konsumen dapat dengan bebas melihat aksesoris dalam toko ini. Penyajian barang dagangan dari toko ini menggunakan konsep hands-on display, dimana konsumen dapat melihat, menyentuh, dan mencoba sendiri aksesoris yang ingin dibelinya. Bentuk dan konsep-konsep baru serta ide-ide kreatif mengenai bagaimana berbelanja dengan lebih nyaman dan menyenangkan dengan lokasi mudah dicapai dan memiliki point of interest bagi konsumen patut dipertimbangkan. Bentuk desain yang unik akan membantu para pemilik untuk dapat secara kreatif menciptakan suasana toko yang teatrikal bagi para pengunjung (Kusumowidagdo, 2010). Menurut Schloosser (1998), seorang konsumen sering menilai sebuah toko pada kesan pertamanya dilihat dari atmosphere toko tersebut, baik itu berupa tata letak, pencahayaan, musik, warna toko, dan tata ruangnya. Dan hal ini sering juga menjadi alasan mengapa seorang konsumen memiliki minat atau tidak untuk berbelanja di toko tersebut. Desain interior toko yang sesuai dengan harapan pengunjung dapat menarik pengunjung untuk menentukan pilihan toko. Menggiring benak pelanggan adalah salah satu tujuan awal. Selanjutnya, pasti bertujuan unuk mendorong hasrat membeli konsumen, sehingga terjadi transaksi. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa perencanaan dan penciptaan suasana interior yang tepat akan mendorong lajunya tingkat penjualan (Kusumowidagdo, 2010). Menurut Kotler (2000:601, dalam Gunawan dkk., 2009), desain toko setiap toko ritel mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk berputar putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda beda baik itu menarik, megah, dan suram. Desain toko harus membentuk desain terencana yang sesuai

3 dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut. Menurut Ma ruf (2006:201, dalam Gunawan dkk., 2009) desain dalam toko berperan penting memikat pembeli, membuat nyaman para konsumen, memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang perlu dimiliki baik keperluan pribadi maupun keperluan yang lain. Salah satu penemuan Underhill yang dikutip oleh Kotler (2004, dalam Gunawan dkk., 2009) tentang perancangan ruang toko yakni mengatur agar produk bisa disentuh. Saat ini, pelanggan memiliki keinginan untuk menyentuh sama halnya dengan mereka melihat, sehingga dapat merasakan tekstur, berat, dan besarnya suatu benda yang memberikan pengalaman pada tangan (hands-on experience). Sebuah toko dapat menawarkan bermacam macam produk berkualitas dari yang paling murah hingga paling mahal. Tetapi, jika pelanggan tidak dapat menyentuh atau mencobanya, sebagian daya tarik produk akan hilang. Pelanggan saat ini tidak hanya berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya saja, tetapi pelanggan yang berorientasi pada rekreasi akan mencari toko yang memberikan pengalaman menyenangkan. Dengan demikian pelanggan memiliki harapan yang dipengaruhi oleh pengalaman pembelian mereka sebelumnya. Baker et al. (2002, dalam Gunawan dkk., 2009) menyatakan bahwa pada saat evaluasi terhadap lingkungan toko yang terdiri dari desain, sosial dan lingkungan ambient dilakukan oleh pelanggan, mereka yakin bahwa lingkungan ini memberikan informasi tentang atribut product-related seperti kualitas, harga, dan pengalaman berbelanja (the shopping experience), yang kerap disebut sebagai shopping experience costs. Persepsi ini adalah pengalaman berbelanja yang membentuk persepsi pelanggan dari waktu (time) dan usaha (effort) yang mereka korbankan

4 dengan berbelanja pada sebuah toko serta psychic cost yang membentuk stres dan emosional saat berbelanja. Dengan adanya pengalaman belanja yang baik oleh konsumen, maka akan memunculkan adanya store repatronage intentions. Store repatronage intentions adalah keinginan konsumen untuk berlangganan dalam sebuah toko ritel. Salah satu yang mendahului terjadinya store repatronage adalah kepuasan. Ketika kepuasan konsumen tercapai, loyalitas konsumen akan semakin kuat dan memungkinkan konsumen untuk kembali berlangganan di toko ritel tersebut (Hicks et al, 2005, dalam Gunawan dkk., 2009). Lingkungan toko dapat memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif dari lingkungan toko antara lain meningkatnya perasaan senang, sedangkan pengaruh negatif lingkungan toko yang buruk (contoh: penataan layout toko yang membingungkan) dapat mengakibatkan berkurangnya kenikmatan berbelanja. Desain dapat mempengaruhi harapan pelanggan atas kemudahan bergerak di toko yang bertujuan untuk kemudahan untuk masuk serta keluar, mencari barang dengan mudah, juga memberikan rasa senang dalam berbelanja. Desain toko yang menggunakan hands-on display juga akan memudahkan konsumen dalam menyentuh dan merasakan setiap barang yang ingin dibelinya. Dengan adanya kemudahan dan kenyamanan yang diberikan kepada konsumen, maka akan menciptakan kepuasan konsumen akan ritel tersebut. Ketika kepuasan tercapai, loyalitas konsumen diperkuat dan dia lebih mungkin untuk kembali berlangganan (repatronage) di toko (UU et al, 2004; Hicks et al, 2005, dalam Yang dan Chang, 2011). Baker et al. (2002, dalam Gunawan dkk.) menyatakan bahwa pada saat evaluasi terhadap lingkungan toko yang terdiri dari desain, sosial dan lingkungan ambient dilakukan oleh pelanggan, mereka berkeyakinan bahwa

5 lingkungan ini memberikan informasi tentang atribut product-related seperti kualitas, harga, dan pengalaman berbelanja (the shopping experience). Pelanggan akan memutuskan apa yang hendak dilakukan pada masa mendatang ketika menerima pengalaman. Pengalaman diperoleh pelanggan pada saat berada di dalam toko dan dari pengalaman tersebut tersebut, maka pelanggan melaksanakan evaluasi atas apa yang akan dilakukan. Evaluasi yang dilaksanakan oleh pelanggan adalah evaluasi atas harapan yang diinginkan dibandingkan dengan keadaan sesungguhnya. Keputusan untuk menjadi pelanggan (patronize) pada beberapa toko menurut Meyo (2000) biasanya berawal dari karakteristik atau atribut yang dirasa penting oleh pelanggan dan terjadi saat dipenuhi keinginan dan kebutuhannya pada sebuah toko. Pengalaman berbelanja yang berbeda dan tidak didapat dari tempat berbelanja lain, maka menimbulkan keinginan pada pelanggan tetap berbelanja pada toko yang sama. Persepsi dari shopping experience costs ini adalah pengalaman berbelanja yang membentuk persepsi pelanggan dari waktu (time) dan usaha (effort) yang mereka habiskan dengan berbelanja pada sebuah toko serta psychic cost yang membentuk stres dan emosional saat berbelanja. Berdasarkan shopping experience cost yang dimiliki oleh konsumen, hal tersebut akan berpengaruh terhadap store repatronage intentions. Pelanggan memiliki keinginan atas cost yang timbul ketika mereka berbelanja, sehingga ketika memasuki sebuah toko mereka telah memilih harapan untuk dipenuhi dan dievaluasi. Evaluasi pelanggan atas pengalamannya mempengaruhi terbentuknya keputusan untuk berniat melanjutkan menjadi pelanggan toko (store patronize) dan komitmen untuk repatronage dimasa mendatang (Arnould et al, 2002, dalam Gunawan dkk, 2009).

6 Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menganalisa Pengaruh Persepsi Konsumen atas Desain Toko terhadap Store Repatronage Intentions dengan Shopping Experience Costs sebagai Intervening di Toko Aksesoris Stroberi Surabaya. Penelitian ini mengadaptasi penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dkk. (2009) dengan objek penelitian yang berbeda, yaitu di sebuah toko elektronik. Peneliti tertarik mengadaptasi jurnal ini karena peneliti ingin menganalisa lebih lanjut mengenai konsep hands-on display pada toko Stroberi Surabaya. Konsep hands-on display seharusnya tidak terlalu mempunyai pengaruh pada toko elektronik X, karena dengan adanya konsumen menyentuh, melihat dan juga merasakan alat elektronik yang dibelinya tidak akan berdampak besar terhadap hal tersebut. Berbeda dengan penerapan konsep tersebut pada toko Stroberi. Dengan adanya konsep tersebut, maka konsumen dapat melihat, menyentuh dan juga merasakan sendiri aksesoris yang ingin dibeli. Konsumen dapat merasakan apakah aksesoris yang mereka beli tersebut cocok ketika dipakai oleh konsumen tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah persepsi konsumen atas store design berpengaruh terhadap shopping experience costs di toko aksesoris Stroberi Surabaya? 2. Apakah persepsi konsumen atas store design berpengaruh terhadap store repatronage intentions di toko aksesoris Stroberi Surabaya? 3. Apakah shopping experience costs berpengaruh terhadap store repatronage intentions di toko aksesoris Stroberi Surabaya?

7 4. Apakah shopping experience costs memediasi pengaruh store design terhadap store repatronage intentions di toko aksesois Stroberi Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Mengetahui pengaruh persepsi konsumen atas store design terhadap shopping experience costs di toko aksesoris Stroberi Surabaya. 2. Mengetahui pengaruh persepsi konsumen atas store design yang terhadap store repatronage intentions di toko aksesoris Stroberi Surabaya. 3. Mengetahui pengaruh shopping experience costs terhadap store repatronage intentions di toko aksesoris Stroberi Surabaya. 4. Mengetahui shopping experience costs sebagai variabel mediasi pengaruh store design terhadap store repatronage intentions di toko aksesoris Stroberi Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Manfaat akademik : Sebagai bentuk nyata dalam menerapkan teori-teori semasa kuliah dengan kenyataan sebenarnya yang ada di bisnis ritel khususnya tentang pengaruh persepsi konsumen atas store design, store repatronage intentions, shopping experience costs. Selain itu, hasil

8 penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis : Dapat memberikan informasi yang akan berguna dan dapat menjadi masukan bagi toko aksesoris Stroberi Surabaya dalam usaha meningkatkan penjualan melalui store design, store repatronage intentions, dan shopping experience costs. 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi Penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab sebagai berikut : BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 : TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu dan landasan teori mengenai persepsi konsumen atas store design, store repatronage intentions, dan shopping experience costs, hubungan antar variabel dan kerangka penelitian serta hipotesis. BAB 3 : METODE PENELITIAN Bab ini berisi variabel penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.

9 BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dan pengujian hipotesis dari pembahasan yang dilakukan serta pengajuan saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.