BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WELCOME MATA PELAJARAN : MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH FIQIH. Kelas : XI (Sebelas), Semster : Ganjil Tahun Pelajaran : 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. barang siapa yang melanggar larangan tersebut 1. Tindak pidana juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum ada tiga unsur seseorang dianggap telah melakukan

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Tabiat manusia yang cenderung pada sesuatu yang menguntungkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 5667/PDT.G/2013/PA. Kab Mlg TENTANG PENAMBAHAN NAFKAH ANAK SETIAP PERGANTIAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penambahan 1/3 Hukuman dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, Ali, Zainuddin Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. 1 Perbarengan tindak pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB III PENUTUP. 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

ANALISIS HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA Oleh: M. Fahmi Al Amruzi

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

IMPLEMENTASI PEMBINAAN ANAK PIDANA BERDASARKAN PASAL 20 UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN SKRIPSI

BAB III REMISI DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN maupun yang sudah tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pula. Fitrah telah menentukan bahwa individu tidak akan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN A. Ketentuan tentang Remisi menurut Keppres RI No 174 Tahun 1999

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan perlindungan yang berintikan keadilan dan kebenaran. Untuk mewujudkan ketentuan tersebut, maka diperlukan adanya suatu aturan yang dibuat untuk ditaati dan dijalankan oleh setiap individu yang tergabung dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.aturan yang menyangkut kehidupan orang banyak biasa disebut dengan hukum. Hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum dan diancam dengan hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan disebut denganhukum pidana. Selain untuk menakutnakuti orang agar tidak melakukan perbuatan pidana, hukum pidana juga bertujuan untuk mendidik orang yang telah melakukan tindak pidana agar menjadi orang baik dan dapat diterima kembali ditengah masyarakat. 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP ) maupun hukum pidana Islam mengatur bentuk dan ancaman pidana yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah tindak pidana penganiayaan.penganiayaan adalah suatu perbuatan yang 1 Yulies Tiene Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 60 1

2 menimbulkan luka atau rasa sakit pada tubuh orang lain, perbuatan tersebut bisa berupa pemukulan, pengirisan, pelukaan dan lain sebagainya. 2 Jika dilihat dari sisi materi, perbuatan dan hukuman, penganiayaan menurut hukum pidana islam dibedakan atas penganiayaan disengaja dan penganiaayaan tidak disengaja, namun keduanya memiliki banyak kesamaan dalam hukum. Oleh sebab itu, para Fuqaha lebih mendasarkan pembagian penganiayaan baik yang disengaja mau pun yang tidak disengaja kedalam lima bagian, diantaranya yaitu : 1. Memisahkan anggota badan atau yang sejenisnya 2. Menghilangkan manfaat pada anggota badan, tetapi anggota badan tersebut masih tetap ada 3. Melukai kepala dan muka (as-syajjah) 4. Melukai selain kepala dan muka 5. Yang tidak termasuk empat jenis sebelumnya. 3 Sedangkan didalam KUHP, tindak pidana penganiayaan dibedakan menjadi beberapa macam, diantarannya adalah sebagai berikut : 1. Penganiayaan Biasa (Pasal 351 KUHP) 2. Penganiayaan Ringan (Pasal 352 KUHP) 3. Penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHP) 4. Penganiayaan Berat (Pasal 354 KUHP) 5. Penganiayaan Berat Berencana (Pasal 355 KUHP). 4 Dari pembagian jenis penganiayaan diatas, maka ancaman hukumannyapun berbeda-beda sesuai dengan jenis penganiayaan yang dilakukannya. Hukum pidana 2 Leden Marpaung, Azas,Teori dan Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.ke-1, h.46 3 Abdul Qadir Al-Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2008) Cet.ke-1, h. 21 4 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu Dalam KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.75

3 Islam memberikanancaman hukuman terhadap tindak pidana penganiayaan yang terbagi kedalam tiga hukuman, yaitu qishash, diyat dan ta zir. Berbeda dengan ancaman hukuman menurut hukum konvensional yang terdiri dari hukuman pokok dan hukuman tambahan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam pasal 10 KUHP. Hukum pidana islam dan hukum pidana konvensional walaupun mempunyai perbedaan bentuk pidana yang mendasar, namun kedua bentuk pidana tersebut samasama bertujuan untuk melindungi dan memelihara kepentingan orang banyak.pidana penjara maupun pidana lain yang menghilangkan kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir tujuannya adalah tetap untuk melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan. 5 Demi tercapainya tujuan tersebut, maka Undang-undang dalam penerapannya pun mulai disesuaikan dengan prinsip keadilan melalui perlindungan terhadap hakhak narapidana. Komitmen ini pun secara eksplisit ditegaskan dalam pasal 5 Undangundang Nomor 12 Tahun 1995, dimana Sistem Pembinaan Pemasyarakatan (SPP) dilaksanakan berdasarkan asas : a. Pengayoman b. Persamaan perlakuan dan pengayoman c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan harkat dan martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan g. Terjaminya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. 6 5 Widiada Gunakaya, Sejarah Dan Konsepsi Pemasyarakatan, (Bandung: CV ARMICO), h. 42 6 Widya Puspa Rini Soewarno, Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2012), h.46

4 Perlindungan terhadap hak narapidana lebih lanjut diatur dalam pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 diantaranya adalah mendapatkan remisi. Remisi adalah keringanan berupa pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hukum Islam, fuqaha menyebut keringanan hukuman (remisi) dengan istilah yang berbeda-beda, namun yang menjadi dasar hukumnya adalah Firman Allah Surat Al-Baqarah 178, yang berbunyi ; Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar ( diyat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. Al-Baqarah:178). 7 Remisi sebagai hak narapidana sebagaimana tercantum dalam pasal 14 Ayat (1) Undang-undangNomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, diatur lebih lanjut 7 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah, (Semarang : Cv Asy Syifa, 2000), h. 21

5 didalam Keputusan Presiden R.I Nomor 174 tahun 1999 tentang remisi. Remisi merupakan suatu sarana hukum yang penting dalam mewujudkan tujuan pemasyarakatan. Dengan demikian maka perlu dipertanyakan, apakah pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana khususnya penganiayaan, sudah sesuaikan dengan prinsip pemasyarakatan? Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, menarik minat penulis untuk mengetahui bagimana remisi itu diberikan mengingat hanya narapidana yang mempunyai syarat-syarat tertentu saja yang bisa menerima remisi tersebut. Selain itu penulis marasa tertarik untuk mengetahui remisi itu ditinjau dari perspektif hukum Islam, kemudian menganalisa dalam bentuk skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pemberian Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan ( Studi Analisis Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi ) B.Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah, maka diperlukan adanya batasan-batasan masalah yang diteliti. Penelitian ini difokuskan pada ditinjauan hukum pidana Islam terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana penganiayaan (Studi Analisis Keppres RI Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi). C.Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah, diantaranya adalah sebagai berikut:

6 1. Bagaimanakah kebijakan Keppres RI Nomor 174 Tahun 1999 terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana penganiayaan terkait dengan prinsip pemasyarakatan? 2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap kebijakan pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana penganiayaan? D.Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kebijakan pemberian remisi ditinjau dari sistem pemasyarakatan. 2. Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana Islam tentang Keppres RI No 174 tahun 1999 terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana penganiayaan E. Manfaat Penelitian Setelah tercapainya tujuan di atas, diharapkan penelitian ini akan memperoleh manfaat sebagai berikut : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan legislatif selaku pemegang kebijakan untuk mengkaji ulang aturan pemberian remisi kepada narapidana khususnya pelaku tindak pidana penganiayaan. b. Menjadikan sumber inspirasi danpengetahuan baru demi memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai remisi. F.Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

7 Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif, yang juga sering disebut dengan penelitian kepustakaan ( Library Research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber tertulis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Menurut Bambang Sunggono,SH.M.S pada penelitian ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya sehingga penelitian yang dilakukan bukanlah aktivitas yang bersifat trial and error. 8 Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau sumber tertulis seperti buku, majalah, jurnal dan berbagai sumber lainnya. 2. Pendekatan Masalah Sehubungan dengan type penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, maka pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan analistis ( analytical appoarch). Pendekatan undang-undang ini dilakukan untuk meneliti aturan mengenai hak terpidana berupa remisi. pendekatan analitisdilakukan untuk menganalisis hak terpidana untuk memperoleh remisi. 3. Sumber Data Sumber data merupakan bahan-bahan yang diperoleh berdasarkan dari datadata primer dan sekunder, yaitu : a) Data Primer : Keppres RI Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi, sebagai data pokok yang dianalisa dalam skripsi ini. 8 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998 ),h.114

8 b) Data Sekunder : berupa buku-buku, makalah, catatan kuliah, atau bahan-bahan hukum yang diambil dari pendapat atau tulisan-tulisan para ahli dalam bidang remisi untuk digunakan dalam membuat konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan penelitian ini dan dianggap sangat penting. 4. Analisis Data Keseluruhan data yang diperoleh akan akan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif ini akan dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data. Selanjutnya semua data yang diseleksi dan diolah, kemudian dianalisis secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan, diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini. F.Sistematika Penulisan Penulis membagi sistematika penulisan sebagai berikut ; BAB I PENDAHULUAN Terdiri darilatar belakang masalah,rumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan. BAB II PIDANA PENGANIAYAAN DAN PEMBERIAN REMISI DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pemidanaan, sistem pemasyarakatan, serta hal-hal seputar remisi baik pengertian, dasar hukum, jenis dan prosedur pemberian remisi.

9 BAB III PEMBERIAN REMISI TERHADAP PENGANIAYAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM Pembahasan dalam bab ini, penulis akan menguraikan tindak pidana penganiayaan dan pemberian remisi menurut hukum pidana Islam, mulai dari pengertian, dasar hukum, jenis-jenis dan hukuman. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bersikan analisis kebijakan Keppres RI Nomor 174 Tahun 1999 dalam pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan menurut Sistem Pemasyarakatan dan analisis pemberian remisi terhadap pelaku penganiayaan ditinjau menurut perspektif hukum pidana Islam (fiqh Jinayah). BAB V PENUTUP Pada penutup berisikan kesimpulan dan saran.