TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia sendiri (Mulyanto, 2007). bahan organik karena faktor terbawa arus (Widi, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

TINJAUAN PUSTAKA. dalamnya banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Kordi, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ± Ha, yang terdiri dari danau Ha, sungai Ha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

Transkripsi:

5 TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sejak jaman purba sungai merupakan suatu unsur alam yang berperan di dalam membentuk corak kebudayaan suatu bangsa. Ketersediaan airnya, lembahnya yang subur, dan lain-lain potensinya menarik manusia untuk bermukim di sekitarnya. Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari memanfaatkan sungai dengan konsekuensi manusia akan melakukan rekayasa terhadapnya untuk lebih banyak mengambil manfaat darinya dan lambat laun akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia sendiri (Mulyanto, 2007). Sungai terbentuk oleh sumber air tanah atau oleh air permukaan tanah, air sungai akan terus menerus mengalami perubahan karena larutan benda-benda organik, erosi dan pengendapan. Temperatur air berfluktuasi, tetapi termperatur lapisan atas dan bawah umumnya hampir seragam. Umumnya air sungai jernih, mengandung oksigen terlarut, cahaya dan substratnya tidak banyak mengandung bahan organik karena faktor terbawa arus (Widi, 2000). Sungai mempunyai fungsi vital kaitannya dengan ekologi. Sungai dan bantarannya merupakan habitat yang kaya akan flora dan fauna sekaligus barometer kondisi ekologi daerah tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air sungai (Maryono, 2005). Menurut Diester (1996) dalam Maryono (2005), secara umum ekosistem sungai juga mengikuti kaidah ekosistem lainnya. Komponen ekosistem sungai

6 terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berpengaruh menjadi satu kesatuan dan memiliki kemampuan untuk membuat sistem aturannya sendiri. Pengaruh kompenen fisik misalnya kecepatan aliran sungai, substrat, salinitas, kualitas air, iklim mikro, karakteristik penyinaran matahari, dan pengaruh temperatur sangat menentukan jenis-jenis fauna yang ada pada wilayah sungai tersebut. Dewasa ini terdapat berbagai klasifikasi atau pengelompokan sungai besar, sungai menengah, dan sungai kecil. Klasifikasi biasanya berdasarkan pada lebar sungai, kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai, debit dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari sudut ekologi klasifikasi berdasarkan vegetasi yang hidup di tebing atau pinggir sungai. Menurut Kern (1994) dalam Maryono (2005), klasifikasi sungai dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan lebar sungai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Sungai Berdasarkan Lebar Sungai Klasifikasi Nama Lebar Sungai Sungai Kecil Kali kecil dari suatu mata air < 1 m Kali kecil 1-10 m Sungai Menengah Sungai kecil 10-20 m Sungai menengah 20-40 m Sungai 40-80 m Sungai Besar Sungai besar 80-220 m Sungai bengawan > 220 m Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, dan DAS Ular, dengan luas areal 378.841 ha, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka

7 dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian (BPS Deli Serdang, 2014). Sungai Belumai sendiri Daerah Aliran Sungai (DAS) + 78.624,55 ha dengan melintasi 3 kecamatan yaitu: Kecamatan STM hilir, Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Beringin. Aktivitas yang ada di sepanjang aliran Sungai Belumai meliputi industri, pertanian, PDAM rumah sakit dan perumahan. Masyarakat di Sungai Belumai masih memanfaatkan sungai untuk kegiatan penangkapan ikan, mandi, cuci dan kakus (MCK) (Fisesa, 2014). Menurut Batubara (2011) dalam Fisesa (2014), menyatakan bahwa masyarakat yang sering memanfaatkan air Sungai Belumai lebih rentan terjangkit penyakit kulit dan iritasi mata. Data BPS Deli Serdang pada tahun 2012 terdapat 12.397 unit industri di Kabupaten Deli Serdang baik industri skala besar, menengah dan kecil diantaranya pabrik kertas, perusahaan ternak ayam, perakit mesin minyak kelapa sawit, pabrik sarung tangan, pabrik kayu, pabrik pengecoran logam, dan pabrik tekstil. Umumnya industri ini membuang limbah baik yang telah diolah maupun tidak melalui Sungai Belumai sehingga patut diduga telah memberikan dampak pada perubahan kualitas perairan ini. Menurut wawancara salah satu masyarakat setempat, jumlah nelayan tetap yang menangkap ikan di sungai Belumai + 40 orang dengan setengahnya bukan termasuk nelayan tetap. Jenis ikan yang sering tertangkap nelayan ialah seperti ikan Jurung, Baung, Lemeduk, Hampala, Siakap, Paitan dll.

8 Ikan Ikan merupakan organisme air yang bernafas menggunakan insang dan bergerak menggunakan sirip (fin). Ikan juga memiliki gelembung udara yang berfungsi sebagai alat mengapung, melayang atau menenggelamkan diri pada dasar perairan. Ikan tersebar diberbagai jenis perairan diseluruh permukaan bumi. Ikan mempunyai pola adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang baik, sehingga ikan mempunyai penyebaran yang luas. Hal ini dikarenakan ikan memiliki mobilitas yang tinggi (Barus, 2004). Menurut Tjakrawidjaya (2001) dalam Nursyahra (2012), menyatakan bahwa ikan termasuk hewan bertulang belakang, berdarah dingin, berinsang dan hidup di perairan. Diantara hewan bertulang belakang (vertebrata), ikan merupakan kelompok terbesar dengan jumlah jenis terbanyak yaitu 42,6 % dari jumlah vertebrata yang sudah dikenal. Kelompok ikan ini mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi baik dalam bentuk, ukuran, prilaku maupun habitatnya. Jenis ikan yang hidup di sungai akan dipengaruhi oleh kecepatan arus, tingkat sedimentasi air sungai, temperatur, morfologi sungai, vegetasi tepi sungai, vegetasi akuatik dan lain sebagainya. Kemudian, ukuran panjang dan lebar ikan di sungai dapat menggambarkan sifat karakteristik fisik sungai tersebut. Menurut Maryono (2007), bahwa ikan bertubuh panjang dan membulat merupakan penghuni wilayah perairan dengan kecepatan arus air tinggi, sebaliknya ikan dengan postur tubuh pendek dan pipih sering dijumpai pada kondisi sungai berarus rendah.

9 Ikan dapat digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai daya respon terhadap adanya bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu (Cahaya, 2003). Rahardjo (2011), menyatakan bahwa ikan terbagi kedalam 3 (tiga) kelas berdasarkan taksonominya, yaitu: 1) Kelas Cephalaspidomorphi Ciri ikan ini tidak memiliki rahang, sungut, tidak mempunyai lengkungan insang sejati untuk menyokong dan melindungi insang dan sebagai gantinya mempunyai suatu kantung yang terletak diluar insang, arteri insang dan saraf insang terletak didalamnya. Satu lubang hidung, tidak mempunyai sirip berpasangan, sirip dorsal satu atau dua. Salah satu contoh spesies ikan ini ialah ikan Lamprey. Ikan ini tergolong jenis parasit atau predator dan jumlah anggota spesies ini tercatat hampir 40 spesies. 2) Kelas Elasmobranchii Ciri ikan ini mempunyai rahang. Jumlah insang dan celah insang berkisar antara 5-7 pasang, lengkung insang berupa tulang rawan yang didalamnya terdapat arteri insang dan saraf insang dan mempunyai sirip yang berpasangan. 3) Kelas Actinopterygii Kelas ini merupakan kelas yang dominan di dunia. Ciri ikan ini mempunyai rahang, rangka terdiri atas tulang sejati, lengkung insang merupakan tulang sejati yang terletak dibagian tengah insang, mempunyai arteri dan saraf, terdapat sirip berpasangan, sepasang lubang hidung serta mempunyai sisik.

10 Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Diperkirakan terdapat 50.000 jenis ikan yang hidup di perairan seluruh dunia dan hanya 22.000-25.000 jenis saja yang telah diberi nama. Di Indonesia terdapat tidak kurang 4000 jenis ikan, 800 jenis diantaranya merupakan ikan tawar dan payau (Djajadireja, 1977 dalam Muchlisin dkk, 2003). Jumlah jenis ikan yang hidup di perairan Indonesia mungkin sudah jauh bertambah seiring dengan ditemukannya jenis-jenis baru dan bahkan genus baru, selama kurun waktu 30 tahun terakhir. Kottelat et al., (1993), melaporkan paling kurang ada 900 jenis ikan air tawar baik bersifat hidup menetap maupun sementara berada di kawasan Indonesia bagian barat dan Sulawesi, sebagai pembanding di perairan Amerika Utara hanya hidup 2500 jenis ikan saja. Menurut Lloyod & Ghelardi (1964) dalam Genisa (2006), menyatakan bahwa keanekaragaman tinggi apabila banyak jenis yang mendominasi ekosistem tersebut, dan keanekaragaman rendah bila hanya satu jenis saja yang terdapat di dalamnya mendominasi komunitas tersebut. Tinggi rendahnya keanekaragaman dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor adalah kualitas lingkungan. Beragamnya habitat yang ada, akan memberikan relung yang luas bagi tingginya keanekaragaman dan populasi ikan, sehingga sumberdaya ikan akan berlimpah. Kondisi ini memicu terjadinya tingkat eksploitasi ikan yang cukup tinggi, apabila tidak diantisipasi maka akan terjadi menurunnya keanekaragaman dan populasi ikan yang ada (Syahrir, 2013). Hasil penelitian Mulya (2004), dijumpai lima jenis ikan yang ada di perairan Sungai Deli Sumatera Utara yaitu: C. batrachus, C. cyanospylus, C. carpio, Dactyloptena sp dan T. mossambica. Selain itu, hasil penelitian

11 Simanjuntak (2012), pada sungai Asahan ditemukan 31 spesies dan 11 famili. Cyprinidae umumnya paling banyak tertangkap. Sungai Deli dan sungai Asahan memiliki karakteristik hampir sama dengan Sungai Belumai. Menurut nelayan di sekitar Sungai Belumai keanekaragaman jenis ikan yang ada cukup tinggi seperti ikan Jurung, Baung, Lemeduk, Hampala, Siakap, Paitan dll. Namun, semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk maupun industri-industri di sekitar DAS Sungai Belumai membuat kondisi ini membahayakan bagi organisme-organisme air khususnya ikan. Menurut Kottelat et al., (1993), ancaman yang serius terhadap kelangsungan hidup dan habitat ikan adalah penggundulan hutan. Ada 4 (empat) alasan yang mendukung hal ini yaitu: Pertama, banyak jenis ikan yang hidupnya bergantung kepada bahan yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang jatuh ke dalam air serta vegetasi yang menggantung di atas air. Kedua, kenaikan suhu yang disebabkan berkurangnya naungan. Dengan naiknya suhu air maka konsentrasi oksigen terlarut dalam air akan menurun pula. Ketiga, meningkatnya kekeruhan air karena endapan yang menumpuk, yang berasal dari tanah yang terhanyut dalam sungai. Lumpur ini dapat menyebabkan kematian ikan, alga dan organisme lainnya serta menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai. Keempat, adanya hutan terutama hutan-hutan yang tergenang air akan menciptakan habitat yang beragam dan bersifat heterogen yang tercermin dari keanekaragaman hayatinya. Selain penggundulan hutan ancaman lainnya adalah dari pencemaran. Menurut Kottelat et al., (1993), bentuk pencemaran utama yang terdapat di sungai dan danau adalah limbah organik yang berasal dari rumah tangga dan saluran

12 pembuangan, serta limbah industri yang berupa bahan pewarna dan logam berat, serta pestisida dan herbisida yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Fisika Kimia Air Menurut Suin (2002), mengatakan bahwa faktor fisika kima perlu diukur dalam penelitian ekologi perairan, antara lain: 1) Suhu Diukur dengan menggunakan termometer Hg. Kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan kehidupan ikan berkisar antara 15-30 o C. Suhu juga merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran ikan di perairan. 2) Kecepatan Arus Kecepatan arus suatu perairan juga menentukan jenis ikan yang ada pada suatu perairan. Biasanya sungai berarus deras bentuk tubuh ikan pipih memanjang sebab sifat ikan akan melawan arus dan membutuhkan tenaga yang lebih. 3) Kekeruhan Kekeruhan salah satu indikasi tingginya kelimpahan ikan. Kondisi ini berkaitan dengan intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Semakin tinggi kecerahan maka semakin tinggi kelimpahan ikan. 4) Kedalaman Kedalaman suatu perairan juga merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman suatu jenis ikan. Semakin dalam suatu perairan maka organisme akuatik yang ada semakin banyak pula.

13 5) ph Air Kisaran ph atau derajat keasaman perairan yang cocok untuk ikan berkisar antara 6-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena dapat mengganggu sistem metabolisme dan respirasi tubuh. 6) DO (Oksigen Terlarut) Kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan. Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Umumnya nilai DO yang terlarut dalam air bervariasi antara 5-7 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa kondisi air cukup baik bagi kehidupan organisme akuatik, tetapi apabila DO berada di bawah 4 mg/l maka hal ini merupakan suatu tanda bahwa kondisi air cukup membahayakan bagi biota pengguna oksigen. Oksigen diperlukan oleh ikan untuk menghasilkan energi yang sangat penting bagi pencemaran dan asimilasi makanan, pemeliharaan keseimbangan osmotik dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen di perairan sangat sedikit maka perairan tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidupnya.