BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS PENYELIDIKAN TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB III METODOLOGI. konsultasi kepada dosen pembimbing merupakan rangkaian awal dalam pekerjaan

Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

distabihsasi dan pengujian sifat mekanis contoh tanah yang telah distabilisasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH LEMPUNG UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LOKASI GEDUNG GRHA WIDYA (Studi Laboratorium).

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Penelitian yang dilakukan di laboratorium secara garis besar adalah untuk mengetahui

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

TINJAUAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO YANG DISTABILISASI DENGAN GARAM DAPUR (NaCl) PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DENGAN LAMANYA WAKTU PERAWATAN (CURING) TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

PERBAIKAN SIFAT MEKANIK LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN TETES TEBU DAN KAPUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1.

Naskah Publikasi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

TUGAS AKHIR PENGUJIAN CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU VULKANIK

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium bertujuan untuk mengetahi sifat fisik mekanik tanah dari tanah asli maupun tanah campuran dengan semen. 4.1.1 Karakteristik Tanah Asli Berdasarkan pengamatan secara visual menunjukan bahwa tanah tersebut berbutir halus berwarna coklat pada saat tanah basah maupun pada saat tanah kering. Selain itu, pada saat keadaan basah tanah tersebut lengket atau liat, sedangkan pada keadaan kering tanah tersebut mengeras. Pada pengujian tanah asli sudah dilakukan oleh peneliti Rahman,HR,2011. Adapun hasil pengujian dan penelitian tanah di laboratorium mengenai karakteristik tanah meliputi batas batas Atterberg, klasifikasi butiran, kerapatan maksimum, kadar air optimum, berat jenis, CBR dan nilai kembang susut (swelling) seperti pada tabel 4.1. IV - 1

Tabel 4.1 Karakteristik Tanah Asli Berat jenis 2,65 gr/cm 2 Batas cair 64,85% Batas plastis 31,55% Batas susut 13,74% Indeks plastis 33,3% Lanau/Lempung lolos saringan 25,3% No.200 Lempung (fraksi < 0.002mm) 45,82% Kerapatan kering maksimum 1,565 Kadar air 24% CBR 4,62% Swelling potensial 4.44% Dari klasifikasi tanah sistem USCS hasil analisa butir hidrometer analysis dan sieve analysis dapat diketahui bahwa klasifikasi menurut AASHTO tergolong klasifikasi A 7-5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanah memiliki indeks plastisitas kurang dari 35%, dengan batas cair kurang dari 50. Menurut ASTM tanah berbutir halus yang merupakan lempung dan lanau, ini menunjukkan bahwa tanah ini adalah jenis CH (lanau organik dengan plastisitas rendah sampai sedang yang berupa lempung kerikilan, lempung kepasiran, lempung kelanauan dan lempung humus). IV - 2

Pengidentifikasian tanah ekspansif pada awal penyelidikan tanah, diperlukan untuk melakukan metode pengujian yang tepat di laboratorium. Klasifikasi yang didasarkan atas index properties tanah seperti kandungan lempung dan plastisitas, yang umum dilaksanakan dalam praktek untuk pengidentifikasian tanah ekspansif. Lempung ekspansif dapat digolongkan berdasarkan lolos saringan NO.200, batas cair dan digolongkan berdasarkan batas susut. Tabel 4.2 Klasifikasi Tanah Ekspansif Berdasarkan % Lolos Saringan No.200 dan Batas Cair Laboratory and Field Data Persen Passing LL Standart No.200 (%) Penetration % Total Volume Change Degree Of Ekspansion >95 >65 >30 >10 Very High 60-95 40-60 20-30 3-10 High 30-60 30-40 10-20 1-5 Medium <30 <30 <20 <1 Low Sumber : Chen (1965) dalam chen (1988) Tabel 4.3 Klasifikasi Tanah Ekspansif Berdasarkan Batas Susut Linier SL Probable Shrinkage (%) Swell Degree Of Ekspansion <5 >12 <0.5 Non Critical 5-8 10-12 0.5-1.5 Marginal >8 <12 <1.5 Critical Sumber : Altmeyer (1955) dalam Altmeyer (1955) Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tanah ekspansif berdasarkan batas susut mempunyai nilai sebesar 13,74%. Maka ini tergolong dalam ekspansifitas yang tidak kritis. IV - 3

4.2 Pengujian Tanah Yang Distabilisasi dengan Semen Pada pengujian ini tanah yang akan diuji adalah tanah yang akan dicampur dengan semen. Persentase campuran semen adalah 7%, 9%, 11%, 13%, 15% dari berat tanah. Proses stabilisasi ini dilakukan pemeraman selama 7 hari, 14 hari, dan 21 hari dikarenakan adanya proses kimia. 4.2.1 Pengujian Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan ratio perbandingan berat butir tanah dengan berat air destilasi di udara dengan volume yang sama dan pada temperatur tertentu. Adapun hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 4.1 3 2,5 Berat Jenis 2 1,5 1 0,5 7hari 14hari 21hari 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen Gambar 4.1 Kurva Berat Jenis Tanah Berdasarkan Persentase Semen IV - 4

Pada gambar diatas dapat dilihat hasil dari pengujian berat jenis terhadap kadar semen mengalami peningkatan di setiap penambahan kadar semen. Pada grafik menunjukan bahwa pada kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari ke 14 hari dan ke 21 hari mengalami penurunan. Kemudian, pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari,14 hari, dan 21 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari,14 hari, dan 21 hari mengalami penurunan. Pada kadar semen 13% dengan pemeraman 7 hari dan 21 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan dan pada pemeraman 14 hari mengalami penurunan. Kemudian pada kadar semen 15% denagn pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari didapatkan berat jenis sebesar 2,05 gr/cm 2, pada prosentase semen 9% dengan pemeraman 7 hari berat jenis yang didapat sebesar 2,35 gr/cm 2, pada prosentase semen 11% dengan pemeraman 7 hari berat jenis yang didapat sebesar 1,53 gr/cm 2, pada prosentase kadar semen 13% dengan pemeraman 7 hari berat jenis yang didapat sebesar 1,79 gr/cm 2, dan pada prosentase kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari didapat berat jenis sebesar 2,4 gr/cm 2. Ini berarti campuran tanah dengan semen pada prosentase 15% adanya perubahan dan berpengaruh pada nilai nilai daya dukung tanah. Adapun hasil yang didapat per tiap persentase dan tiap pemeraman dapat dilihat dilampiran. IV - 5

4.2.2 Pengujian Batas Plastic Pengujian batas plastis bertujuan untuk menentukan kadar air tanah pada kondisi plastis dengan campuran semen 7%,9%,11%,13%,15%. Adapun hasil yang didapat dalam pengujian batas plastis ini dengan umur pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari dapat dilihat di gambar 4.2. Batas Plastis 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen 7hari 14 hari 21hari Gambar 4.2 Kurva Batas Plastis Berdasarkan Persentase Semen Pada gambar kurva batas plastis diatas dapat dilihat bahwa pada kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari mengalami kenaikan. Tetapi, pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari masih mengalami penurunan. Kemudian, Pada kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari mengalami penurunan, sedangkan pada pemeraman 14 hari dan 21 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. IV - 6

Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa pengujian batas plastis cenderung menurun dengan semakin meningkatnya prosentase kadar semen. Pada tanah asli batas plastis yang didapat adalah 31,55% sedangkan pada tanah yang dicampur dengan prosentase semen 7% dengan pemeraman 7 hari sebesar 40,55%, pada prosentase semen 9% dengan pemeraman 7 hari didapat batas plastic sebesar 24.43%, pada prosentase 11% dengan pemeraman 7 hari didapat batas plastic sebesar 22,13%, pada prosentase 13% dengan pemeraman 7 hari didapat batas plastic sebesar 26.975%, dan pada prosentase 15% dengan pemeraman 7 hari didapat batas plastic sebesar 8.905%. Dengan menurunnya hasil pengujian batas plastic yang dicampurkan dengan semen, ini berarti adanya peningkatan terhadap stabilitas tanah sekaligus potensi pengembangan menjadi lebih kecil. 4.2.3 Pengujian Batas Cair Pengujian batas cair bertujuan untuk menentukan batas cair tanah dan untuk mengetahui jenis serta sifat - sifat tanah dari bagian tanah yang mempunyai ukuran butir lolos saringan no.40 pada campuran tanah dengan semen 7%,9%,11%,13%,15% untuk pemeraman selama 7 hari, 14 hari dan 21 hari. IV - 7

60 50 Batas cair 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 7hari 14 hari 21hari Kadar Semen Gambar 4.3 Kurva Batas Cair Berdasarkan Persentase Semen Pada gambar 4.3 terlihat bahwa kadar semen 7% umur 7 hari meningkat dan pada pemeraman 14 hari,21 hari grafik menunjukan penurunan. Setelah itu, pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari dan 14 hari mengalami penurunan, tetapi pada pemeraman 21 hari grafik menunjukan kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari,14 hari, dan 21 hari mengalami peningkatan. Kemudian pada kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari, 14 hari, dan 21 hari mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan. IV - 8

Indeks Plastic 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen 7hari 14 hari 21hari Gambar 4.4 Kurva Indeks Plastis Berdasarkan Persentase Semen Pada hasil penelitian ini nilai PI pada setiap penambahan kadar semen meningkat. Pada kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari indeks plastic mengalami peningkatan. Kemudian pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari,14 hari mengalami peningkatan yang tidak signifikan, tetapi pada pemeraman 21 hari nilai plastis indeks mengalami peningkatan yang mencapai titik optimum. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari,14 hari mengalami peningkatan dan pada pemeraman 21 hari nilai indeks plastis menurun Pada kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari nilai indeks plastis mengalami peningkatan. Pada grafik diatas, garis warna hijau menunjukkan data yang kurang benar dengan ditandai tanda silang, untuk secara umum data yang benar, biasanya grafik ditunjukkan dengan warna garis jingga. Kesalahan ini bisa di mungkinkan terdapat kesalahan teknis pada praktek. IV - 9

PI, PL dan LL 70 60 50 40 30 20 10 LL PL PI 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Kadar Semen Gambar 4.5 Kurva Hubungan Batas Cair, Batas Plastic, Indeks Plastis Berdasarkan Persentase Semen 7%,9%,11%,13%,15% Pada hasil penelitian ini nilai PI, LL, PL pada prosentase semen 7%,9%,11%,13%,15% menurun dari tanah asli. Hasil dari tanah asli LL didapat sebesar 64,85% dan PL didapat sebesar 31,55%. Penurunan nilai PI tersebut dapat mengurangi potensi pengembangan dan penyusutan dari tanah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan terutama oleh proses hidrasi dari semen yang ditambahkan ke tanah. Proses ini memperkuat ikatan antara partikel - partikel tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan stabil. Terisinya pori - pori tanah memperkecil terjadinya rembesan pada campuran tanah - semen tersebut yang berdampak pada berkurangnya potensi kembang susut. Dan menurut Anastia (1991) dari penelitianya, bahwa penurunan LL (liquid limit) 30% - 40% dan menaikan PL(batas plastis) 15% - 20%, ini dianggap pengaruh campuran cukup berarti dan dianggap signifikan, sedang berdasarkan IV - 10

hasil percobaan batas - batas atterberg pada campuran tanah dengan prosentase semen 7% menurunkan LL 26% dan PL 4,52%, pada prosentase 9% menurunkan LL 27% dan PL 12,65%, pada prosentase 11% menurunkan LL 21,66% dan PL 13,61%, pada prosentase 15% menurunkan LL 37,55% dan PL 16,28%. Hal ini berarti bahwa pengaruh penambahan semen dengan prosentase 7%,9%,11%,15% pengaruhnya tidak signifikan. 4.2.4 Pengujian Batas Susut Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah pada kondisi batas susut, yaitu kadar air minimum yang masih dalam keadaan semi solid dan juga merupakan batas antara keadaan semi solid dengan solid. Dapat dilihat di gambar 4.6 hasil pengujian dengan prosentase 7%,9%,11%,13%,15% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari. Batas Susut 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen 7hari 14 hari 21 hari Gambar 4.6 Kurva Batas Susut Berdasarkan Persentase Semen IV - 11

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pada kadar semen 7% pemeraman 7 hari mengalami kenaikan dan sedangkan pada pemeraman 14 hari,21 hari mengalami penurunan. Pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari mengalami penurunan. Kemudian pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari mengalami penurunan, sedangkan pada pemeraman 14 hari dan 21 hari grafik menunjukan peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 13% dengan pemeraman 7 hari dan 21 hari mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, sedangkan pada pemeraman 14 hari grafik menunjukan penurunan. Kemudian pada kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari dan 21 hari mengalami penurunan, sedangkan pada pemeraman 14 hari mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada gambar 4.6 bahwa pengujian batas susut terlihat naik dari tanah asli. Hasil yang diperoleh tanah asli batas susut sebesar 13,74% sedangkan penambahan semen hasil yang diperoleh adalah sebesar 22,14%. Hal ini menunjukan bahwa pencampuran prosentase semen sebesar 7%,9%,11%,13%,15% adanya pengaruh peningkatan daya dukung tanah dengan catatan kadar air pada keadaan optimum terhadap masing masing campuran. IV - 12

4.2.5 Pengujian Pemadatan Pengujian ini dilakukan untuk mencari nilai kepadatan maksimum (Maximum Dry Density) dan kadar air optimum (Maximum Moisture Content) dari suatu sampel tanah. Pada pengujian ini tanah dicampur dengan semen sesuai dengan persentase yang diujikan yaitu 7%,9%,11%,13%,15%. Dalam pencampuran ini semakin banyak persentase yang dicampur dengan semen, maka semen semakin mengikat pada tanah, sehingga tanah yang dicampur dengan semen menjadi keras. Pada pengujian pemadatan ini tanah dicampur dengan semen dan air sesuai prosentase semen yang diujikan dan sesuai dengan kadar air masing masing. Setelah dicampur dengan semen, tanah diperam selama 7 hari, 14 hari, dan 21 hari setelah itu dilakukan uji pemadatan. Tanah yang sudah dicampur dan diperam selama umur ketentuan maka dilakukan uji pemadatan. Hasil dari tanah yang sudah dicampur dan diperam selama umur yang ditentukan tanah menjadi keras. IV - 13

7% 7hari Kepadatan Kering optimum 1,6 1,55 1,5 1,45 1,4 1,35 1,3 1,25 0 5 10 15 20 25 7hari Kadar air optimum Gambar 4.7 Kurva Kepadatan Kering Maksimum dengan Kadar Air Optimum Pada Pengujian Compaction Berdasarkan Persentase Semen 7% 1,8 1,6 1,4 Kepadatan Kering 1,2 1 0,8 0,6 0,4 7hari 14 hari 21hari 0,2 0-0,2 0 5 10 15 20 Kadar Semen Gambar 4.8 Kurva Kepadatan Kering Maksimum Pada Pengujian Compaction Berdasarkan Persentase Semen IV - 14

Pada gambar 4.7 merupakan gambar dari kepadatan kering optimum dari tiap prosentase dengan pemeraman selama 7 hari,14 hari dan 21 hari. Pada gambar ini dapat dilihat bahwa kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari dan 14 hari memiliki nilai yang sama sedangkan pada pemeraman 21 hari meningkat. Kemudian pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari kepadatan kering mengalami penurunan. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari dan 21 hari mengalami penurunan, sedangkan pada pemeraman 14 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 13% dengan pemeraman 7 hari mengalami penurunan, sedangkan pada pemeraman 14 hari masih stabil sama dengan kadar semen 11% dengan pemeraman yang sama pula, kemudian pada pemeraman 21 hari mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Pada kadar semen 15% dengan pemeraman 7 hari mengalami peningkatan, sedangkan pada pemeraman 14 hari masih stabil danpada pemeraman 21 hari mengalami penurunan. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa kepadatan kering pada prosentase semen 7% didapat sebesar 1,542gr/cm, pada prosentase semen 9% didapat sebesar 1,422gr/cm, pada prosentase semen 11% didapat sebesar 1,512gr/cm, pada prosentase 13% didapat 3,60 gr/cm, dan pada prosentase 15% didapat kepadatan kering sebesar 3,78gr/cm. Sedangkan pada tanah asli kepadatan kering didapat sebesar 1,565gr/cm. Kenaikan kepadatan kering pada prosentase 13% dan 15% ini adanya perubahan dan berpengaruh pada nilai nilai daya dukung tanah. Adapun hubungan antara kadar air optimum dengan kadar semen pada pemeraman selam 7 hari,14 hari dan 21 hari dapat dilihat gambar dibawah ini. IV - 15

Kadar Air 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0-5 0 5 10 15 20 Kadar Semen 7hari 14 hari 21hari Gambar 4.9 Kurva Kadar air Optimum Berdasarkan Persentase Semen Pada gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada kadar semen 7% dengan pemeraman 7 hari,14 hari,dan 21 hari masih stabil. Kemudian pada kadar semen 9% dengan pemeraman 7 hari dan 21 hari mengalami kenaikan, sedangkan pada pemeraman 14 hari kadar air mengalami penurunan. Pada kadar semen 11% dengan pemeraman 7 hari mengalami penurunan sedangkan pada pemeraman 14 hari dan 21 hari mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Kemudian pada kadar semen 13% dengan pemeraman 7 hari mengalami kenaikan dan pada pemeraman 14 hari dan 21 hari mengalami penurunan. Pada kadar semen 15% denagn pemeraman 7 hari,14 hari dan 21 hari mengalami penurunan. Pengujian pada tanah asli kadar air yang didapat adalah sebesar 24%. Dari hasil pengujian prosentase semen 7% didapat 18.78%, pada prosentase semen 9% didapatkan kadar air sebesar 37,30%, pada prosentase semen 11% didapatkan sebesar 12,15%, pada prosentase 13% didapatkan 18,44%, dan pada prosentase 15% kadar air didapat sebesar 13,07%. Ini menunjakkan bahwa penurunan kadar IV - 16

air dari tiap prosentase semen meningkatkan stabilisasi tanah sekaligus potensi pengembangan menjadi menurun. 4.2.6 Pengujian Swelling Test dan CBR Rendaman Pada pengujian CBR rendaman ini tanah yang telah didapatkan memperoleh hasil kadar optimumnya dari pengujian pemadatan standart. Setelah itu, tanah yang bercampur dengan semen direndam selama 4 hari di dalam bejana berisi air dan dibebani dengan beban seberat 4,5kg. Pada pembacaan pembebanan dilakukan setiap 24 jam dan diukur pengembangannya dengan dial penetrasi. Hasil nilai swelling tiap 24 jam terlampir di lampiran. Dalam pengujian ini tanah yang akan digunakan untuk test CBR mengalami perkerasan setelah dicampur semen dengan kadar persentase 7%,9%,11%,13%,15% dari berat tanah tersebut. Setiap penambahan persentase kadar semen maka semakin keras tanah yang sudah tercampur dengan semen tersebut. Sehingga, pada saat ingin melakukan test CBR, tanah harus dihancurkan terlebih dahulu agar dapat dilakukan test CBR. Adapun dari hasil uji CBR tersebut adalah: IV - 17

SWELLING 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen (%) 7 Hari 14 hari 21 hari Gambar 4.10 Kurva Perbandingan Swelling Test Dengan Prosentase Semen Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa pada kadar semen 7%, 9%,11%,13% dan 15% dengan pemeraman 7 hari, 14 hari dan 21 hari mengalami penurunan. Pada CBR swelling ini pada kadar semen 7% memiliki nilai sebesar 4,48%, pada kadar semen 9% nilai CBR swelling yang didapat adalah sebesar 4.2%, pada kadar semen 11% didapat nilai sebesar 3,88%, pada kadar semen 13% didapat nilai sebesar 3,22% dan pada kadar semen 15% didapat nilai sebesar 2,98%. Nilai CBR rendaman yang didapat pada prosentase semen 7% sebesar 4,48%. Pada kondisi yang terjadi pada tanah yang distabilisasi dengan semen dapat meningkatkan daya dukung tanah. Pencampuran tanah dengan semen dan air membentuk hydrated gel yang mengikat butiran. Proses tersebut memakan waktu beberapa hari, karena setelah perawatan (curing time) selama 7 hari, IV - 18

perendaman dalam air justru membantu proses hidrasi. Hal ini mengakibatkan campuran tanah-semen menjadi semakin kuat yang kemudian meningkatkan nilai CBR. Nilai CBR rendaman yang didapat pada prosentase semen 9% sebesar 4,2%. CBR rendaman yang didapat pada prosentase semen 11% sebesar 3,88%. Nilai CBR rendaman yang didapat pada prosentase semen 13% sebesar 3.28%. Nilai CBR rendaman yang didapat pada prosentase semen 15% sebesar 2,98%. 70 60 50 CBR 40 30 20 10 7 hari 14 hari 21 hari 0 0 5 10 15 20 Kadar Semen Gambar 4.11 Kurva CBR Test Dengan Prosentase Semen Nilai CBR yang didapat pada prosentase kadar semen 7% adalah 18,52% (atas) dan 18,11% (bawah). Sedangkan pada tanah asli nilai CBR yang didapat adalah sebesar 4,62%. Penambahan semen pada pengujian ini telah meningkatkan nilai daya dukung tanah. Reaksi sementasi yang terjadi pada campuran tanahsemen membentuk butiran baru yang lebih keras sehingga lebih kuat menahan beban yang diberikan. Di samping itu,terisinya rongga pori tanah yang IV - 19

menyebabkan sifat saling mengikat (inter locking) antara butir butirnya semakin besar sehingga menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi. Nilai CBR yang didapat pada prosentase kadar semen 9% adalah 35,80% (atas) dan 32,10% (bawah). Sedangkan pada tanah asli nilai CBR yang didapat adalah sebesar 4,62%. Nilai CBR yang didapat pada prosentase kadar semen 11% adalah 60,50% (atas) dan 50,21% (bawah). Nilai CBR yang didapat pada prosentase kadar semen 13% adalah 55,56% (atas) dan 50,21% (bawah). Nilai CBR yang didapat pada prosentase kadar semen 13% adalah 55,56% (atas) dan 50,21% (bawah). IV - 20

4.3 Perbandingan Hasil dengan Peneliti Lain Pada penelitian ini dapat dibandingkan dengan peneliti yang lain dengan kadar semen yang berbeda. Adapun perbandingan dari hasil penelitian lain yaitu sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tanah Asli dan Tanah dengan Semen dengan Kadar Semen 7%, 9%, 11%, 13%, 15% Uraian Tanah Asli Tanah+7% pc Tanah+9% pc Tanah+11% pc Tanah+13% pc Tanah+15% pc Berat jenis 2,65 2,05 2,35 1.53 1.79 2.4 gr/cm 2 gr/cm 2 gr/cm 2 gr/cm 2 gr/cm 2 gr/cm 2 Batas cair 64,85% 44.00% 40.80% 43.00% 27.50% 29.50% Batas plastis 31,55% 40.55% 24.4% 22.13% 26.8% 8905,00% Indeks plastis 33,30% 32,00% 17,00% 21,00% 2,00% 20,00% Kerapatan 1,565 1,474 1.514 1,474 1,48 1,484 kering maksimum Kadar air 24% 18.52% 35.80% 60.50% 55.56% 46.92% CBR 4,62% 18.84% 36.7% 8.91% 21.1% 16.2% Swelling potensial 4.44% 4.48% 4.2% 3.88% 3.28% 2.00% Tabel 4.5 Hasil Pengujian Perbandingan Tanah dengan Kadar Semen 2%, 10% Uraian Tanah+2% pc Tanah+10% pc Berat jenis 2,489 gr/cm 2 2,58 gr/cm 2 Batas cair 31.00% 98.00% Batas plastis 18.50% 39,00% Indeks plastis 12.50% 59.41% Kerapatan kering 1,57 1,282 maksimum Kadar air 19% 50.18% CBR 7.20% 20.83% Swelling potensial 3.00% 25.00% IV - 21

IV - 22 Bab IV Hasil Penelitian