BAB II TINJAUAN BAHAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan umum kabupaten/kota

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Bilingual Pada Perpustakaan Sekolah HighScope Indonesia Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang bergerak dengan membawa bahan pustaka, seperti buku dan lain-lain untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH SRAGEN

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli :

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Universitas Sumatera Utara

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Di susun untuk memenuhi mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan provinsi. Sesuai dengan namanya Perpustakaan Umum maka semua sumber

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BAB II KAJIAN TEORITIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan sekolah SNI 7329:2009

STANDAR PERPUSTAKAAN. Tanggal: 31 Juli Lampiran Surat Keputusan Ketua STMIK KHARISMA Makassar Nomor: Tanggal:

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengukur Kualitas Perpustakaan Sekolah Menggunakan :

Dasar-dasar Layanan Perpustakaan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

PENDAYAGUNAAN KOLEKSI BAHAN PUSTAKA DI BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI (BPAD) PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGUNG,

BAB II KAJIAN TEORITIS

Perpustakaan sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB III LANDASAN TEORI. penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. Landasan teori digunakan

Pengantar Pengembangan Koleksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jenis perpustakaan, salah satunya yaitu perpustakaan umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG

2015 KONTRIBUSI KEBIJAKAN PENGADAAN KOLEKSI SIRKULASI TERHADAP PENINGKATAN FREKUENSI PEMINJAMAN BAHAN PUSTAKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 51 TAHUN 2004 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

MENGENAL LEBIH DEKAT PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh: Imran Berawi (Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan IAIN-SU)

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

PERAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORITIS. dari layanannya terhadap pengguna sebagai penikmat jasa perpustakaan.

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 90 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu adanya pengolahan bahan pustaka yang tepat. kebudayaan, informasi, dan pembagunaan nasional dan sebagai suatu media

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PUSAT SUMBER BELAJAR

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Noerhayati (1987:1) mengatakan perpustakaan perguruan tinggi adalah

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Monika, 2013

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

UPT PERPUSTAKAAN PROFIL SINGKAT VISI MISI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II KAJIAN TEORITIS

Taman Perpustakaan Cengkareng Arsitektur Hijau

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN BAHAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum biasanya berasal dari masyarakat dan kembali ke masyarakat dalam bentuk informasi dan ilmu pengetahuan, seperti yang diungkapkan oleh Sulistyo-Basuki (1992; 4) perpustakaan umum adalah: Perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan. Pengertian perpustakaan umum menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000; 3) adalah: Perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cumacuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan tersebut. Pengertian perpustakaan umum menurut Hermawan dan Zen (2006; 30) adalah: Perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya. Dalam Public Library Manifesto yang dikeluarkan oleh Unesco tahun 1950 antara lain dinyatakan bahwa: Public Library should provide services and resources and is the gateway of knowledge for everyone, especially those who are marginalized. Public libraries are available for the general public, by the public and to be enjoyed by the general public. Seperti yang terungkap pada Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 pasal 22 tentang Perpustakaan Umum berbunyi: 4

1. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat. 2. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat. 3. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 4. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat. 5. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap. Sjahrial - Pamuntjak (2000; 30) menyatakan bahwa: Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan umum merupakan wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai pusat informasi. 2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992; 6), ada tiga jenis tujuan perpustakaan umum sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat berada dalam 5

jangkauan layanan, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. 2. Tujuan Fungsional Tujuan fungsional dan tujuan khusus Perpustakaan Umum adalah : 1. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca, serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan. 2. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan informasi 3. Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna; 4. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri 5. Memupuk minat dan bakat masyarakat 6. Menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat 7. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. 3. Tujuan Operasional Tujuan Operasional Perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta caramencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya. 2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum Ada banyak fungsi yang dapat kita temukan dalam Perpustakaan umum, diantaranya: 1. Merupakan sumber segala informasi, 2. Merupakan fasilitas pendidikan nonformal, khususnya bagi anggota masyarakat yang tidak sempat mendapatkan kesempatan pendidikan formal, 3. Sarana atau tempat pengembangan seni budaya bangsa, melalui buku atau majalah, 4. Karena keragaman bahan bacaan yang disimpannya, perpustakaan sekaligus memberikan hiburan bagi pembacanya, dan 5. Merupakan penunjang yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan acuan atau referensi. 6

2.1.4 Ciri Perpustakaan Umum Menurut Sulistyo-Basuki (1991; 46), Perpustakaan Umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, kecamatan, desa dan kelurahan, atau oleh masyarakat atas prakarsa dan keinginan masyarakat setempat (swakarsa), 2. Dengan dukungan dana sendiri (swadana), dan dikelola (swakelola) oleh masyarakat yang bersangkutan, 3. Koleksinya bersifat umum meliputi seluruh jenis dan cabang Ilmu pengetahuan dalam sistem DDC antara kelompok 000 999, 4. Pemakainya seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan latar belakang pendidikan, usia, agama, etnis, jenis kelamin, strata sosial, ekonomi dan budaya, bahkan pemakainya terutama ditujukan untuk masyarakat yang kurang beruntung ditinjau dari segi ekonomi termasuk para penyandang cacat (disabilities). 2.2 Koleksi Perpustakaan Umum 2.2.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan Umum Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan. Dengan adanya paradigma baru dapat disimpulkan bahwa, salah satu kriteria dalam penilaian layanan perpustakaan melalui kualitas koleksinya. Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998; 2): Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Sedangkan menurut Ade Kohar (2003; 6): Koleksi perpustakaan adalah yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi. 7

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan tersebut. Perpustakaan umum adalah perpustakaan dengan variasi penggunanya yang paling beragam jika dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain pada umumnya. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap cakupan keberagaman koleksi yang dimilikinya. Sutarno (2006; 37) menyatakan bahwa : Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai disiplin ilmu, dan penggunaannya oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Sedangkan dalam Standard Nasional Indonesia (SNI 7495): Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota (2009; 3) diperinci hal-hal yang terkait dengan koleksi perpustakaan umum sebagai berikut : 1. Koleksi perpustakaan dikembangkan untuk menunjang visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, serta kebutuhan masyarakat. 2. Jenis koleksi perpustakaan terdiri atas koleksi karya cetak, karya rekam dan bentuk lain yang mengakomodasikan semua kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan penyandang cacat. 3. Perpustakaan umum kabupaten/kota memiliki koleksi buku sekurang kurangnya 5.000 eksemplar. 4. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatan lokal. 5. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat. 6. Penambahan koleksi buku sekurang-kurangnya 2% dari jumlah judul per tahun. 8

7. Perpustakaan melakukan pencacahan koleksi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun. 8. Perpustakaan melakukan penyiangan koleksi sekurang-kurangnya setiap3 tahun. 9. Perpustakaan melanggan sekurang-kurangnya 2 judul surat kabar terbitan lokal/propinsi dan 2 judu l terbitan nasional. 10. Perpustakaan melanggan sekurang-kurangnya 5 judul majalah. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa koleksi dari perpustakaan umum sangat beragam, artinya dari berbagai jenis (buku maupun non buku), berbagai disiplin ilmu (pengguna yang beragam) dan juga menyediakan koleksi bahan pustaka terbitan lokal. 2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan Umum Menurut Yulia (1993; 3) ada empat jenis koleksi perpustakaan yaitu : 1. Karya cetak Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti : A. Buku Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan. a. Terbitan berseri Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya. 2. Karya noncetak Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah: a. Rekaman suara Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. 9

b. Gambar hidup dan rekaman video Yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagimana cara menggunakan perpustakaan. c. Bahan Grafika Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparansi, dan filmstrip). d. Bahan Kartografi Yang termasuk kedalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya. 3. Bentuk mikro Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm, dan 35 mm. b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukuran sebesar mikrofis. 4. Karya dalam bentuk elektronik Dengan adanya teknologi informasi, maka infornasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya. Jenis koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka yang sesuai dengan keperluan dan mampu dibaca atau didengar dan dimengerti oleh masyarakat pengguna perpustakaan umum. Setiap bahan pustaka yang ditempatkan diruang koleksi adalah bahan pustaka yang sudah siap untuk dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna. 10

Menurut Yusuf (1996; 75) berbagai jenis bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan umum adalah sebagai berikut : 1. Buku teks atau monografi. 2. Buku fiksi. 3. Majalah. 4. Surat kabar. 5. Brosur atau pamflet. 6. Buku referensi. 7. Bahan grafis. 8. Bahan kartografi. 9. Bentuk komputer atau nonbuku. Selain pendapat di atas, dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000; 19) diuraikan bahwa: Koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah, dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti kaset, video, piringan dan lain-lain. Dari dua pandangan tentang jenis koleksi perpustakaan umum di atas, dapat dinyatakan bahwa koleksi perpustakaan umum adalah berupa buku teks, majalah, surat kabar, bentuk digital dan lain-lain. Jenis koleksi yang beragam pada suatu perpustakaan umum membutuhkan penanganan yang baik, agar mampu memenuhi semua jenis koleksi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan. 11

2.3 Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Teori tentang struktur organisasi dewasa ini oleh para peneliti dapat dijadikan panduan dalam menyusun struktur organisasi perpustakaan secara baik, salah satunya yang dikemukakan oleh T. Hani Handoko (2003; 169) bahwa : Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisiposisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi. Berdasarkan pendapat di atas, diperoleh gambaran bahwa struktur organisasi perpustakaan umum berguna untuk memperlihatkan pembagian kerja antara pimpinan dan bawahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kerangka dan susunan perwujudan pola hubungan-hubungan antara fungsi, bagian, kedudukan, wewenang tugas, dan tanggung jawab setiap bagian. Perpustakaan umum sebagai salah satu unit lembaga teknis daerah kabupaten/kota, merupakan wadah penyedia sumber informasi pada satuan kabupaten/kota. Struktur organisasi perpustakaan secara makro akan menggambarkan kedudukan perpustakaan pada organisasi pemerintahan kabupaten/kota, sehingga kegiatan kerja sebuah perpustakaan umum tidak diatur semata-mata untuk kepentingan perpustakaan umum itu sendiri, namun juga untuk mendukung rencana kerja lembaga induk dari perpustakaan umum. Yusuf (1996; 37) menyatakan bahwa : Perpustakaan umum di Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah (Depdagri) dengan jajarannya yaitu Pemda Tk. II (Kabupaten/Kota), kecamatan dan kelurahan,bekerjasama dengan masyarakat sebagai mitra kerja dalam pelaksanaannya. Selain itu, berdasarkan SK Mendagri nomor 56 tahun 1992 tentang pembentukan organisasi dan 12

tata kerja perpustakaan umum ditetapkan bahwa, perpustakaan umum diselenggarakan Pemda Dati II dan kecamatan sebagai cabangnya. Struktur organisasi perpustakaan umum di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1: Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Sumber : Yusuf (1996; 38) Dari uraian dan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi perpustakaan secara luas membutuhkan wadah dan diorganisasikan secara baik agar berjalan dengan teratur. Dengan demikian perpustakaan umum membentukstruktur organisasi yang seimbang dan sesuai dengan perencanaan operasional kerja. 2.3.1 Pembagian Seksi dan Tugas Seksi-Seksi pada Perpustakaan Umum 1. Kepala Perpustakaan Kepala Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan perpustakaan daerah. 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi pengelolaan dan pelayanan perpustakaan daerah dan memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada semua unsur di lingkungan Kantor dan penyelenggaraan administrasi umum, surat menyurat, kepegawaian, pengelolaan keuangan, sarana dan prasarana, 13

perlengkapan, urusan rumah tangga, protokol, perjalanan dinas dan ketatalaksanaan dinas. 3. Kepala Seksi Akuisisi dan Pengolahan Kepala Seksi Akuisisi dan Pengolahan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang akuisisi dan pengolahan data perpustakaan serta melaksanakan kegiatan akuisisi dan pengolahan bahan pustaka. 4. Kepala Seksi Pelayanan Perpustakaan Kepala Seksi Pelayanan Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan, penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis dibidang pelayanan perpustakaan, referensi, pembuatan katalog, perawatan dan pengamanan bahan pustaka serta menyelenggarakan pelayanan perpustakaan umum daerah. 5. Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan Kepala Seksi Pengembangan Perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang pengembangan perpustakaan dan pengembangan koleksi bahan pustaka. 6. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu sebagian tugas Kepala Kantor dalam melaksanakan kegiatan teknis sesuai dengan keahlian, ketrampilan dan spesialisasinya masingmasing dan bersifat mandiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang jabatan fungsional. 2.4 Sistem Layanan Pada Perpustakaan Umum Pemilihan sistem layanan perpustakaan perlu memperhitungkan dan mempertimbangkan beberapa hal sebelum menerapkan sistem tersebut karena sangat berpengaruh terhadap mekanisme kerja perpustakaan. Menurut Darmono (2001; 137) ada 5 (lima) pertimbangan dalam menentukan sistem layanan yang akan digunakan, yaitu : 1. Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan. 2. Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi. Untuk koleksi pandang dengar dan bentuk mikro pada umumnya layanan yang diberikan bersifat tertutup. 3. Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai dan jumlah koleksi. Jika jumlah pemakai sangat besar maka perpustakaan cenderung memilih sistem terbuka. 14

4. Luas gedung perpustakaan. Pada umumnya perpustakaan yang sangat menempati gedung sangat luas dengan tenaga pengelola yang relatif terbatas cenderung menggunakan sistem terbuka dan sebaliknya. 5. Rasio antara jam layanan dengan jumlah staf perpustakaan. Setiap sistem layanan memiliki beberapa kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Berdasarkan uraian di atas, sistem pada perpustakaan ditentukan berdasarkan pertimbangan yang matang pada aspek : koleksi, keselamatan koleksi, ketenaga kerjaan, jam layanan. Setelah mempertimbangkan aspek tersebut barulah sistem dapat di tentukan 2.4.1 Open Access Perpustakaan umum identik dengan jumlah pengguna yang banyak dan beragam.untuk mendukung kegiatan kerja, dibutuhkan sistem layanan yangsesuai dengan keadaan tersebut. Menurut Darmono (2001; 139) yang menyatakan bahwa pengertian sistem layanan terbuka adalah : Sistem layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendakinya dari jajaran koleksi perpustakaan. Pendapat lain tentang sistem layanan terbuka dikemukakan oleh Sutarno (2004; 114) bahwa yang dimaksud dengan sistem layanan terbuka adalah : Perpustakaan membuka kesempatan seluas-luasnya secara bebas dan tertib bagi pengunjung dengan menyediakan sarana temu kembali berbentuk kartu katalog atau pun akses lainnya. Dari kedua pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa sistem layanan terbuka adalah sistem layanan yang memberikan kesempatan sebesar-besarnya dan sebebas-bebasnya kepada pengguna untuk mencari kebutuhan informasi yang diinginkan pada jajaran koleksi dengan bantuan perangkat perpustakaan (pustakawan), katalog, dan lain-lain. 15

Banyak perpustakaan menggunakan jenis sistem layanan ini pada perpustakaan, sebab sistem ini lebih mengutamakan pengguna perpustakaan atau berorientasi pengguna dan petugas layanan perpustakaan umum relatif tidak terlalu sibuk, sebab pemakai dapat mencari dan bebas memilih buku/bahan pustaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutarno (2004; 114) yang menyatakan bahwa : Untuk perpustakaan umum yang memiliki jumlah koleksi yang cukup banyak serta pemakai perpustakaan yang bervariasi dapat menggunakan sistem layanan terbuka. Untuk melaksanakan pelayanan dengan sistem terbuka Sutarno (2004; 114) menyatakan bahwa : Ada beberapa hal yang patut diperhatikan bagi pengguna sistem layanan terbuka yang dapat mengurangi nilai keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan: Sistem keamanan perpustakaan karena kemungkinan buku hilang lebih banyak dan pengawasan sedikit lebih sulit. Selain itu, suasana tenang menjadi agak terganggu serta petugas layanan yang harus lebih sering memperhatikan susunan buku-buku di rak. Sedangkan menurut Larasati (1994; 91) jenis sistem pelayanan terbuka lebih menguntungkan karena : 1. Peminjam mempunyai kesempatan untuk menjajaki sepintas isi buku, apakah sungguh buku itu yang dikehendakinya. 2. Peminjam dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab agar ikut menjaga terpeliharanya buku perpustakaan. 3. Peminjam dapat belajar menggunakan kartu katalog dan mencari sendiri di rak mana buku yang ditunjuk oleh kartu katalog. 4. Dengan kebebasan tersebut pengguna menjadi puas dan karenanya kebiasaan mengunjungi perpustakan, kesenangan membaca buku akan terbina. Selain pendapat di atas, Darmono (2001; 139) menyatakan bahwa: Terdapat keuntungan dan kelemahan dalam penerapan jenis sistem pelayanan terbuka pada perpustakaan, yakni: 16

Keuntungan sistem layanan terbuka : 1. Pemakai dapat mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendakinya dari jajaran koleksi. 2. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tnggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan. 3. Pemakai akan merasa puas karena ada kemungkinan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan. 4. Dalam sistem ini tenaga pustakawan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain. Kelemahan sistem layanan terbuka : 1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak menjadi kacau, ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah di cabut dari jajaran rak tidak dikembalikan kembali secara tepat. 2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup. 3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar mobilitas pengguna lebih lancar. 4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai ekses seperti peningkatan tingkat kehilangan dan kerusakan. Uraian di atas, mengemukakan bahwa sistem layanan terbuka memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meminimalisasi tenaga dan jumlah pustakawan yang terlibat langsung dalam temu balik sumber informasi dan sesuai dengan keinginan pengguna perpustakaan (user oriented). 2.4.2 Close Access Selain sistem layanan terbuka, sistem layanan tertutup juga masih sering digunakan, terutama bagi perpustakaan yang memiliki kendala dalam hal jumlah tenaga perpustakaan, jumlah koleksi yang sedikit, dan ruangan yang tidak mendukung untuk diterapkannya sistem layanan terbuka. 17

Menurut Darmono (2001; 139) pengertian sistem pelayanan tertutup adalah: Sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan. Keuntungan dan kelemahan dalam penerapan jenis sistem pelayanan tertutup pada perpustakaan, yakni : Keuntungan sistem layanan tertutup : 1. Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas pustakawan yang boleh masuk ke jajaran koleksi. 2. Kemungkinan terjadinya kehilangan atau robek bahan pustaka dapat ditekan karena pemakai tidak dapat melakukan akses langsung ke jajaran koleksi. 3. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas di daerah koleksi tidak padat. 4. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai. Kelemahan sistem layanan tertutup : 1. Dalam menemukan bahan pustaka, pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri kepengarangan dan ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman. 2. Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang sudah dipilih tetapi ternyata bukan buku tersebut yang diinginkan oleh pengguna perpustakaan. 3. Pemakai tidak mungkin melakukan browsing di jajaran rak sehingga pamakai tidak mungkin menemukan alternatif lain dari bahan pustaka yang diperlukannya. 4. Jika peminjam cukup banyak, dan petugas pustakawan relative terbatas hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama (Darmono, 2001; 139). 18

Dari uraian di atas, penerapan jenis sistem layanan tertutup berguna sebagai langkah antisipatif dalam menekan angka tingkat kehilangan bahan pustaka dan secara umum koleksi lebih terjaga. Selain memiliki keuntungan penerapan sistem layanan tertutup juga memiliki kekurangan dalam hal kepuasan pengguna perpustakaan. 2.5 Jenis Layanan pada Perpustakaan Umum Jenis-Jenis layanan pada Perpustakaan Umum, antara lain: 1. Sirkulasi 2. Internet access 3. Reader Advisitory 4. Layanan Referensi 5. Layanan anak-anak dan remaja 6. Meeting room 7. Mobile Library 8. TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Berikut adalah penjelasannya : 1. Sirkulasi merupakan layanan utama yang dimiliki oleh hampir seluruh perpustakaan tujuannya adalah untuk menyediakan koleksi yang up to date untuk dipinjamkan ke pengguna. Pada perpustakaan umum, koleksi yang banyak di pinjam antara lain: fiksi (novel) populer / booming. Sirkulasi juga bisa bentuk peminjaman buku, CD, dan DVD. 2. Internet access adalah layanan internet WIFI gratis yang diberikan perpustakaan kepada para pengguna demi kepuasan pelayanan dan memudahkan para pengguna untuk mendapatkan informasi selain dari perpustakaan. 3. Readers advisory merupakan rekomendasi atau saran yang diberikan kepada pengguna terhadap koleksi yang ingin mereka baca, baik pada koleksi fiksi dan non fiksi. 19

4. Layanan Referensi lebih fokus pada layanan konsultasi karena koleksi yang ada diruangan referensi tidak bisa dipinjam. 5. Layanan anak-anak dan remaja sengaja diciptakan untuk memberi kenyamanan bagi pengguna perpustakaan umum khususnya anak-anak. Karena dengan berbeda nuansa dan layout ruangan sehingga pengguna merasa betah berlamalama diperpustakaan. 6. Meeting Room adalah ruang pertemuan yang digunakan bagi para pengguna berkumpul baik itu dalam satu komunitas atau bukan. 7. Mobil Library (perpustakaan keliling) adalah salah satu bentuk layanan perpustakaan yang sangat kreatif. Karena masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk berkunjung ke perpustakaan bagi daerah tempat tinggalnya sangat susah menjangkau ke perpustakaan. Dengan adanya Mobil Library ini membantu masyarakat untuk mencukupi informasi yang dibutuhkan masyarakat. 8. TBM adalah Taman Bacaan Masyarakat yang fungsinya juga sama-sama menyediakan informasi namun ruang lingkupnya lebih sempit. 20