BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING DENGAN MATRIKS ETILSELULOSA DAN HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanal kalsium. Nifedipin sering digunakan karena mudah didapatkan dan juga

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

Profil pelepasan propanolol HCl dari tablet lepas lambat dengan sistem floating menggunakan matriks methocel K15M

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI AYU ANITA SARI. Oleh : K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir perkembangan ilmu pengetahuan di bidang

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) dirancang supaya

OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM SITRAT SEBAGAI KOMPONEN EFFERVESCENT PADA TABLET FLOATING NIFEDIPIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

OPTIMASI FORMULA FLOATING TABLET RANITIDIN HCl DENGAN KOMBINASI MATRIKS HPMC DAN Na-CMC MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI KOMBINASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Begitu banyak khasiat jahe merah. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin, meningkatkan gairah seks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Famotidin merupakan salah satu jenis obat histamin H-2 reseptor antagonis

Di Indonesia, penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella mulai banyak

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

PENGARUH KONSENTRASI KOMBINASI CARBOMER 940 DAN NATRIUM CARBOXYMETHYLCELLULOSE

OPTIMASI KOMPOSISI HPMC K4M, KITOSAN, DAN KARBOPOL PADA TABLET METFORMIN HCl SISTEM KOMBINASI MENGAPUNG DAN LEKAT MUKOSA SKRIPSI

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

I PENDAHULUAN. Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI KOMPOSISI POLIMER DALAM TABLET PROPRANOLOL HIDROKLORIDA SISTEM MENGAPUNG DAN LEKAT MUKOSA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah di saluran intestinal/kolon, aksi lokal di lambung, sedikit larut dalam ph alkali, obat-obat dengan jendela absorpsi sempit, absorpsi cepat di saluran gastrointestinal (Rocca et al., 2003). Kaptopril merupakan obat antihipertensi yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan jalan menghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan pembentukan angiotensin II, yang bersifat vasokonstriksi kuat (Tjay, 1986). Pengembangan kaptopril dibuat sediaan lepas lambat dengan sistem floating memiliki beberapa keuntungan diantaranya aktivitas obat yang diperpanjang, mengurangi terjadinya efek samping obat, mengurangi frekuensi pemberian obat, dan meningkatkan kepatuhan pasien (Ansel, 2005). Alasan kaptopril dibuat sediaan lepas lambat sebab waktu paruhnya yang pendek yaitu 1-3 jam, dosis pemakaiannya rendah yaitu 12,5 mg; 25 mg dan 50 mg, digunakan pada jangka waktu lama untuk hipertensi, mudah larut dalam air dan teroksidasi pada ph usus (Asyarie et al., 2007). Salah satu metode yang digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk tinggal di lambung dalam waktu yang lama. Bentuk Sediaan yang dapat mempertahankan obatnya di lambung dalam waktu tertentu disebut Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS). Salah satu tehnik gastroretentive adalah sistem floating (Arora et al., 2005). Sistem Floating pada lambung berisi obat yang dilepaskan secara perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki densitas lebih rendah dari cairan lambung sehingga dapat tetap mengapung pada lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dapat lepas secara perlahan sesuai kecepatan yang diinginkan (Sulaiman et al., 2007). Hidroksipropil metilselulosa merupakan matriks hidrokoloid yang mempunyai daya pengembang dan etilselulosa merupakan matriks hidrofobik 1 1

2 yang memiliki stabilitas baik pada berbagai ph dan kelembaban (Prajapati and Patel, 2010). Ganesh and Deecaraman (2011) menunjukkan bahwa kombinasi keduanya dapat digunakan sebagai matriks lepas lambat floating kaptopril yang menghasilkan tablet floating kaptopril yang baik. Alasan hidroksipropil metilselulosa dikombinasi dengan etilselulosa dalam pengembangan sediaan lepas lambat adalah untuk obat-obat yang kelarutannya cepat didalam air, matriks hidrofilik dikombinasi dengan matriks hidrofobik. Hidroksipropil metilselulosa merupakan matriks hidrofilik. Matriks hidrofilik terbatas penggunaannya untuk obat-obat yang kelarutannya tinggi didalam air dikarenakan difusi melalui gel hidrofilik sangat cepat sehingga untuk mengatasi hal tersebut digunakan kombinasi dengan etilselulosa yang merupakan matriks hidrofobik yang memiliki keuntungan stabilitas baik pada berbagai ph dan kelembaban (Prajapati and Patel, 2010), dengan penambahan etilselulosa maka akan meningkatkan viskositas sehingga pelepasan dapat diperlambat (Rowe et al., 2009). Ganesh and Deecaraman (2011) menunjukkan bahwa kombinasi matriks antara etilselulosa dengan hidroksipropil metilselulosa menghasilkan suatu tablet yang memiliki viskositas yang baik yang akan berpengaruh pada proses swelling, integritas matriks dan kemungkinan floating yang baik. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian pengaruh kombinasi matriks etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa tablet lepas lambat sistem floating kaptopril terhadap sifat fisik dan disolusi tablet serta mengetahui konsentrasi yang dapat menghasilkan tablet kaptopril floating yang optimum.

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi kombinasi matriks etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa tablet lepas lambat floating kaptopril terhadap sifat fisik dan disolusi tablet? 2. Pada konsentrasi berapakah kombinasi matriks antara etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa dapat menghasilkan tablet lepas lambat floating kaptopril yang optimum? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi matriks etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa tablet lepas lambat floating kaptopril terhadap sifat fisik dan disolusi tablet. 2. Mengetahui konsentrasi kombinasi matriks antara etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa yang dapat menghasilkan tablet lepas lambat floating kaptopril yang optimum. D. Tinjauan Pustaka 1. Gastroretentive Drug Delivery System Gastroretentive Drug Delivery System adalah sediaan yang dapat dipertahankan di lambung. Bentuk sediaan ini dapat memperbaiki kontrol pelepasan obat yang memiliki jendela terapeutik sempit dan absorbsinya baik di lambung (Sulaiman et al., 2007). GRDDS dapat meningkatkan kontrol pelepasan obat yang dirancang untuk melepaskan obatnya secara bertahap dalam waktu yang lama sebelum diabsorpsi (Arora et al., 2005). Beberapa tehnik gastroretentive diantaranya : a. Floating system Floating system merupakan salah satu tehnik gastroretentive. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968, memiliki densitas kecil serta daya apung untuk mengapung pada cairan lambung dan tinggal di lambung

4 dalam waktu yang lama. Selama mengapung, obat akan dilepaskan secara perlahan-lahan sesuai kecepatan yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan GRT (Gastric Residence Time) dan penurunan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma (Chawla et al., 2000). Terdapat 2 jenis sistem floating yaitu: 1). Non-effervescent system Non-effervescent system merupakan sistem yang menggunakan matriks pengembang seperti celulose hidrokoloid, polisakarida dan polimer pembentuk matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimethakrilat, dan polistiren (Arora et al., 2005). 2). Effervescent system Effervescent system merupakan sistem yang terbentuk karena agen pembentuk gas seperti karbonat yang bereaksi dengan asam lambung sehingga membentuk karbon dioksida yang menjadikan mereka dapat floating (Rocca et al., 2003). Sistem ini disiapkan dengan suatu polimer yang dapat mengembang seperti metosel, polisakarida seperti kitosan, komponen effervescent seperti sodium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat (Garg and Sharma, 2003). Ketika matriks kontak dengan cairan lambung maka akan membentuk gel, gas yang dihasilkan dari reaksi asam sitrat dan natrium bikarbonat terperangkap dalam hidrokoloid yang mengembang sehingga tablet akan mengapung dan bertahan dalam waktu tertentu (Gambar 1) (Sulaiman et al., 2007). Gambar 1. Mekanisme sistem floating (Garg and Sharma, 2003).

5 b. Bio/Mucoadhesive system Sistem bio/mucoadhesive adalah suatu sistem yang mengakibatkan tablet terikat pada permukaan sel epitel lambung atau mucin. Sediaan ini memperpanjang waktu tinggal di lambung dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan dan membran biologis (Sulaiman et al., 2007). c. Swelling system Swelling system adalah bentuk sediaan yang ketika kontak dengan cairan lambung akan mengembang dengan ukuran yang mencegah obat melewati pilorus. Hasilnya adalh bentuk sediaan tetap berada dalam lambung dalam beberapa waktu tertentu (Sulaiman et al., 2007). 2. Disolusi Disolusi adalah proses melarutnya suatu obat. Suatu obat agar dapat diabsorpsi maka obat tersebut pertama kali harus dapat terlarut dalam cairan dimana obat tersebut akan diabsorpsi (Gambar 2) (Sulaiman, 2007). Gambar 2. Desain alat disolusi untuk floating dengan medium disolusi HCl 0,1 N (Gohel et al, 2004). 3. Optimasi Model Simplex Lattice Design Optimasi adalah suatu pendekatan empiris yang dapat digunakan untuk memperkirakan jawaban yang tepat sebagai suatu fungsi dari variabel-variabel yang sedang dikaji sesuai dengan respon-respon yang dihasilkan dari rancangan percobaan yang dilakukan. Formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Permasalahan umum dalam studi formulasi terjadi apabila komponen-komponen formula diubah-ubah dalam upaya untuk mengoptimalkan

6 hasil. Metode simplex lattice design dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik (dari campuran tersebut) sesuai kriteria yang ditentukan. Simplex lattice design hanya bisa digunakan untuk campuran yang bisa dikuantifikasi (secara fisik ada), misal campuran pelarut atau bahan (Kurniawan and Sulaiman, 2009). 4. Pemerian Bahan a. Kaptopril Pemerian kaptopril adalah serbuk hablur putih atau hampir putih; bau khas seperti sulfida. Melebur pada suhu 104 o sampai 110 o C sedangkan kelarutannya adalah mudah larut dalam air, metanol, etanol dan kloroform (Anonim, 1995). Waktu paruhnya pendek yaitu 1-3 jam, dosis pemakaiannya rendah yaitu 12,5 mg; 25 mg dan 50 mg, digunakan pada jangka waktu lama untuk hipertensi, mudah larut dalam air dan teroksidasi pada ph usus (Asyarie et al., 2007). b. Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) Pemerian hidroksipropil metilselulosa adalah tidak berbau, tidak berasa, putih atau krim putih, berserat atau serbuk granul (Rogers, 2009). Penggunaan hidroksipropil metilselulosa sebagai matriks lepas lambat adalah 10%-80% sedangka kelarutannya adalah larut dalam air dingin, larutan koloid, praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol (95%), dan eter tetapi larut dalam campuran etanol dan diklorometan, metanol dan diklorometan, dan campuran air dan alkohol (Rowe et al., 2009). c. Etilselulosa (EC) Pemerian etilselulosa adalah tidak berasa, mudah mengalir, serbuk berwarna putih sedangkan kelarutannya adalah praktis tidak larut dalam gliserin, propilenglikol dan air. Penggunaan etilselulosa sebagai matriks tablet lepas lambat adalah 3-20% (Rowe et al., 2009). c. Natrium bikarbonat (Na. Bikarbonat) Pemerian natrium bikarbonat adalah serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram; tidak berbau; rasa asin sedangkan kelarutannya adalah larut dalam

7 11 bagian air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) p. Penyimpanan Na. Bikarbonat adalah dalam wadah tertutup baik (Anonim,1979). d. Polivinilpirolidon K-30 (PVP K-30) Pemerian PVP-K 30 adalah serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik, bobot molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000 (Anonim, 1979) sedangkan kelarutannya adalah mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), aseton, metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral (Rowe et al., 2009). e. Aerosil Pemerian aerosil adalah serbuk putih, ringan; tidak berbau. Dalam sediaan tablet, selain digunakan sebagai bahan pengering, aerosil juga digunakan sebagai bahan pengisi. Sebagai bahan pengisi, biasanya aerosil digunakan sebanyak 1% dari bobot tablet. Pengisi tablet bermanfaat untuk menambah bobot tablet agar sesuai dengan bobot yang diinginkan (Rowe et al., 2009). f. Talk Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Pemeriannya adalah serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu. Kelarutannya adalah tidak larut dalam hampir semua pelarut. Penyimpanannya adalah dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1979). Salah satu bahan yang digunakan sebagai pelicin. Pelicin ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel (Lachman et al., 1994). Penggunaan talk sebagai bahan pelicin dalam pembuatan sediaan tablet adalah 1%-10% (Rowe et al., 2009). E. Landasan Teori Formula bahan obat (kaptopril) dirancang menjadi bentuk sediaan lepas lambat agar didapatkan durasi yang lebih lama dan panjang daripada dalam bentuk sediaan konvensional, menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis sehingga pasien dengan penyakit

8 hipertensi tidak perlu minum obat beberapa kali dalam sehari sehingga dapat mempermudah dan meningkatkan kepatuhan pasien. Matriks hidrofilik seperti hidroksipropil metilselulosa sering digunakan pada tablet floating. Matrik ini juga sering dikombinasi dengan matrik hidrofobik seperti etilselulosa karena matriks hidrofilik terbatas penggunaannya untuk obat-obat yang kelarutannya tinggi didalam air dikarenakan difusi melalui gel hidrofilik sangat cepat sehingga untuk mengatasi hal tersebut digunakan kombinasi dengan etilselulosa yang merupakan matrik hidrofobik yang dapat meningkatkan viskositas sehingga pelepasan obat dari seiaan akan terhambat. Menurut Ganesh and Deecaraman (2011) dalam penelitiannya menggunakan matriks etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa, diperoleh hasil tablet floating dapat dibuat dengan kombinasi matriks etilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa. F. Hipotesis Kombinasi matriks HPMC dan EC sebagai matriks tablet lepas lambat floating kaptopril dapat mempengaruhi sifat fisik dan disolusi tablet. Kombinasi antara HPMC dan EC sebagai matriks dapat menghasilkan bentuk sediaan tablet kaptopril lepas lambat floating yang optimum.