Pendahuluan Umur Relatif

dokumen-dokumen yang mirip
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4

Jilid 1. Penulis : Arief Harisa Muhammad. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.

PRIYAMBODO, M.SC. FOSIL DAN BATUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME

KONDISI W I L A Y A H

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS

Buku 2: RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke I GEODINAMIKA

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI. Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JAMES HUTTON BAPAK GEOLOGI MODERN

SEJARAH KEHIDUPAN MUSEUM GEOLOGI

BAB 3. Pembentukan Lautan

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

07. Bentangalam Fluvial

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

BAB I PENDAHULUAN. mendorong bertambahnya permintaan terhadap bahan baku dari barangbarang. industri. Zirkon merupakan salah satu bahan baku di dalam

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik - Caroline

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Landforms of Fluvial Processes. Oleh : Upi Supriatna,S.Pd

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari

10.1. Pendahuluan. by Djauhari Noor 242

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II TINJAUAN UMUM

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

Subsatuan Punggungan Homoklin

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Struktur Penyusun Bumi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

BAB I PENDAHULUAN I - 1

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

Teori Pembentukan Permukaan Bumi Oleh Faktor Eksogen. Oleh : Upi Supriatna, S.Pd

GEOLOGI. By : Asri Oktaviani

Danau dengan volume lebih dari km 3 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA SEDIMENTASI

TENAGA GEOLOGI & TEORI-TEORI TEKTONISME. Yuli Ifana Sari, M.Pd.

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

Pengertian dan Lingkup Kajian Geologi Secara sederhana geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari evolusi bumi dan penghuninya sejak awal

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin

BAB II TINJAUAN UMUM

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Pendahuluan Upaya membagi sejarah bumi telah dilakukan sejak lama, tidak hanya secara relatif, tetapi juga secara absolut. Sebelum ada ilmu pengetahuan tentang geoiogi, di Eropa sudah berkembang perkiraan umur bumi yang berdasarkan pada dongeng keagamaan. Perkembangan geoiogi pada abad ke-18 s.d. abad ke-20 menyebabkan orang dapat mengembangkan sejarah geoiogi dengan tahun. Proses yang siklik dan berulang-ulang dengan teratur meninggalkan kesan pada kerak bumi, yang dapat digunakan untuk identifikasi sejarah geoiogi. Pengenalan sejarah geoiogi dapat dilakukan dengan identifikasi waktu geoiogi. Skala waktu geoiogi pada dasarnya ada dua, yaitu skala waktu mutlak (absolut) dan skala waktu nisbi (relatif). Umur Relatif Perhitungan waktu geoiogi dapat dilakukan dengan mempersamakan dan membandingkan umur lapisan-lapisan satu dengan yang lain untuk menunjukkan kesamaan waktu pembentukan secara relatif. Dasar pemikiran perhitungan tersebut adalah evolusi. Cara menetapkan waktu relatif adalah dengan membanding-bandingkan susunan lapisan serta mahluk-mahluk hidup yang telah membatu di dalam endapan-endapan terdalam, sehingga tersusunlah skala waktu relatif. Skala waktu relatif memberikan gambaran pembagian waktu tentang sejarah bumi. Dengan menyusun tingkatan binatang-binatang purba pada masa hidupnya, tersusun pembagian waktu secara relatif. Era (masa) tertua dinamakan Azoikum, yang berarti tidak ada kehidupan. Selanjutnya, berturutturut menyusul adalah sebagai berikut. 1. Proterozoikum, berarti masa kehidupan pertama; 2. Paleozoikum, artinya masa kehidupan purba; 3. Mesozoikum, artinya masa pertengahan dari kehidupan; 4. Kenozoikum, yang berarti masa kehidupan modern. Gambaran tentang skala waktu relatif yang juga terkait dengan usia mutlak masing-masing periode dapat dilihat pada Gambar 7.

Umur Mutlak/Absolut 1. Cara varva de Geer Cara ini hanya dapat dipakai untuk mengukur bagian sejarah bumi yang sangat terbatas, yaitu hanya waktu setelah jaman es yang besar dari Waktu-Es Wurm, Cara ini memperlihatkan dengan jelas asas proses-proses yang berirama. Saat Pleistosen, yang dikenal dengan periode Kwarter dan Diluvium, sebagian besar daerah Eropa dan Amerika tertutup oleh selubung es dan pada saat es tersebut susut, akan meninggalkan bekas-bekas tertentu, Dengan memperhatikan bekas-bekas tersebut, memungkinkan untuk menentukan waktu yang telah lampau. Bekas-bekas tersebut dinamakan varva. Proses terjadinya varva mengikuti daur tahunan yang terdiri dari lapisan sedimen kasar yang dihasilkan saat musim panas dan lapisan sedimen halus yang dihasilkan saat musim dingin. Makin panjang musimnya, varva tersebut akan semakin tebal. Akibat terjadinya proses ini terbentuk varva yang berselangseling dengan ketebalan yang bervariasi. 2. Kadar garam dalam samudera Cara ini mendasarkan pada anggapan bahwa semua garam yang ada dalam lautan berasal dari darat, hasil pengangkutan oleh sungai. Perhitungan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. (Kadar garam total / pengangkutan setiap tahun oleh sungai) = umur Penghrtungan ini hasilnya tidak cocok, karena (1) pengangkutan selama sejarah geologi mengalami perubahan-perubahan besar; (2) sebagian NaCI yang banyaknya tidak diketahui, terikat oleh sedimen-sedimen yang telah diendapkan dalam lautan. Dengan cara ini Joly memperoleh umur samudera hanya 100.10 6 tahun. 3. Proses erosi ke arah hulu Contoh yang digunakan adalah air terjun Niagara. Air terjun Niagara terbentuk setelah susutnya es masa Plesitosen yang menutupi danau-danau Ontario, Michigan, dan Superior. Camping Silur membentuk suatu ambang, sedangkan di hilir sungai menoreh suatu lembah yang dalam dan terjal di dalam serpih lunak di bawah gamping. Pemunduran air terjun setiap tahun kurang lebih 1 meter, sedangkan saat ini mundurnya air terjun tersebut mencapai 11 km. Dengan cara tersebut, dapat diperkirakan jangka waktu sejak masa es yang terakhir, yaitu sekitar 10.000 hingga 11.000 tahun.

4. Jam paleontologi Lyell (1867) mempelajari fauna kerang-kerang Tersier dan membandingkannya dengan kerang-kerang Pleistosen. Kerang-kerang tersebut selama Miosen berubah 20X lebih banyak daripada selama Pleistosen. Atas dasar perkiraan usia Pleistosen ada 1 juta tahun, maka diperoleh angka sebesar 20.10 6 tahun untuk Miosen dan untuk seluruh Tersier 80.10 6 tahun. Untuk waktu semenjak Kambrium hingga saat ini, diperoleh angka 240.10 6 tahun. Angka ini walaupun terialu rendah, ternyata sesuai dengan nilai-nilai yang diperoleh dengan cara radioaktif modern. 5. Cara radioaktif Unsur-unsur radioaktif akan terurai menjadi unsur-unsur yang lebih kecil (isotop), yang dewasa ini dapat dipisahkan dengan bantuan spektograf massa. Banyaknya unsur-unsur pecahan yang terkandung tergantung pada jumlah awal unsur radioaktifnya dan interval waktu sejak unsur tersebut terserap dalam mineral. Waktu yang diperlukan disebut waktu paruh, atau disebut T. U 238 8He 4 + Pb 206 T: 4498.10 6 tahun U 235 7He 4 + Pb 207 T: 713.10 6 tahun Th 232 6He 4 + Pb 208 T: 13900.10 6 tahun K 40 + e A 40 T: 11850.1Q 6 tahun Rb 87 β + Sr 87 T: 50000.10 6 tahun Kedua metode terakhir sangat penting, karena K dan Rb banyak terdapat dalam kali-felspar dan mika dari batuan beku (misalnya granit), batuan hasil erupsi dan tuf. Selain itu, material yang baru terbentuk (galukonit, silikat Kfe yang mengandung air) terdapat dalam sebagain sedimen di dasar laut. Untuk endapan-endapan yang sangat muda, metode C14 dapat digunakan. C14 dibentuk oleh N14 dan neutron dari sinar kosmis, kemudian pecah menjadi N14 + β T = 5570 tahun. Umur maksimum yang dapat diukur adalah 60 hingga 70.000 tahun, yang jatuh pada masa glasial yang paling akhir. 6. Korelasi dengan sedimen-sedimen Mineral-mineral radioaktif hanya terdapat dalam batuan-batuan hablur, sehingga harus dicari cara untuk menyejajarkan batuan-batuan hablur tersebut dengan endapan-endapan sedimen, yaitu dengan skala waktu nisbi yang berlandaskan pada fosil-fosil.

Kedudukan batuan-batuan hablur terhadap batuan-batuan sedimen dapat melalui beberapa cara. Dengan cara tersebut secara terbatas orang dapat menyejajarkan lapisan-lapisan yang berciri fosil-fosil dengan batuan hablur yang mengandung mineral radioaktif, setidaknya memberikan informasi usia minimum dan atau maksimum. 7. Gelangan-gelangan pleokroitik Dalam hablur biotit atau muskovit, seringkali terdapat hablur-hablur mineral radioaktif yang renik seperti zirkon, rubidium, atau alanit. Mineral-mineral tersebut memancarkan inti-inti He, yang menghancurkan sekelilingnya dan melakukan perubahan-perubahan kimia yang tampak sebagai pergantian warna yang disebut pteokroismus. Inti-inti He memiliki efek maksimum pada akhir tempuhnya, yang jaraknya dalam mika antara 0,03 dan 0,04 mm, dan akan membentuk lingkaran-lingkaran yang pusatnya sama. Lingkaran terluar berasal dari isotop yang paling cepat terurai dan wamanya cepat menjadi tua. Adapun lingkaran terdalam berasal dari isotop yang lebih lambat terurainya dan warnanya lebih muda, tetapi lam bat laun akan menyamai bahkan melampaui yang luar. Penentuan waktu dilakukan dengan mengukur perbandingan kekuatan warna dalam berbagai lingkaran, tetapi cara ini sangat sulit. Nilai yang diperoleh oleh Henderson adalah batuan Devon < 400.10 6 tahun, sedangkan dari Pra- Kambrium sekitar750.10 6 tahun dan 800.10 6 tahun.