ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN KEHITAMAN PADA PERANGKAT KRITIS HITACHI TRAINING REACTOR MENGGUNAKAN BATAN-2DIFF 1

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

ANALISIS PENGARUH DENSITAS PAD A KOEFISIEN REAKTIVIT AS TEMPERA TUR BAHAN BAKAR

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

Analisis Neutronik Teras RSG-Gas Berbahan Bakar Silisida

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

JURNAL FISIKA Himpunan Fisika Indonesia

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

MENENTUKAN KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR SILISIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK

KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA. Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS REAKTIVITAS BATANG KENDALI TERAS SETIMBANG SILISIDA RSG-GAS DENGAN SRAC-

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

PERHITUNGAN NEUTRONIK DESAIN TERAS SETIMBANG UNTUK MENDUKUNG TERBENTUKNYA TERAS REAKTOR RISET INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VERIFIKASI PERHITUNGAN TEMPERATUR ELEMEN BAKAR REAKTOR KARTINI

PROGRAM PERHITUNGAN PENGARUH REAKTIVITAS FEEDBACK TERHADAP DINAMIKA REAKTOR MENGGUNAKAN METODA MONTE CARLO. Dra. Dwi Purwanti, MS ABSTRAK

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

ANALISIS KORELASI RESONANCE INTEGRAL DAN TEMPERATUR KELUARAN PAKET PROGRAM V.S.O.P PADA REAKTOR HTGR PEBBLE BED

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

PENGEMBANGAN ANTARMUKA KONVERSI FILE DATA NUKLIR TEREVALUASI PADA RENTANG SUHU TERTENTU UNTUK APLIKASI MCNP. D. Andiwijayakusuma *

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR REAKTOR KARTINI. Budi Rohman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

Diterima editor 11 November 2013 Disetujui untuk publikasi 10 Januari 2014

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

ANALISIS LAJU ALIR PENDINGIN DI TERAS REAKTOR KARTINI

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

ANALISIS NILAI KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU BAHAN BAKAR DAN MODERATOR PADA HTR-10

MENENTUKAN KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR SILISIDA

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER PARTIKEL TRISO REAKTOR TEMPERATUR TINGGI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

ANALISIS PENGARUH DENSITAS BAHAN BAKAR TERDAHAP FLUKS NEUTRON PADA TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Pengaruh Ketinggian Larutan Bahan Bakar pada Kekritisan Aqueous Homogeneous Reactor

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006

Bab 2 Interaksi Neutron

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VERIFIKASI DISTRIBUSI FAKTOR PUNCAK DAYA RADIAL TERAS 60 BOC REAKTOR RSG-GAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR

Transkripsi:

186 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL Tukiran S. Rokhmadi PTRKN - BATAN ABSTRAK ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL. Koefisien reaktivitas temperatur moderator (KRTM) adalah suatu parameter yang penting untuk desain, kontrol dan keselamatan khususnya reaktor PWR. Sehingga dirasa penting untuk melakukan validasi perhitungan yang akurat untuk KRTM parameter dengan proses tampang lintang mutahir. Untuk itu dilakukan pemodelan pin sel dari reaktor NORA dan R1-100H yang menggunakan bahan bakar uranium oksida (UO 2 ) dan air ringan sebagai moderator. Analisis dilakukan dengan menggunakan program WIMSD/4 yang berdasarkan pustaka data nuklir awal dan WIMS-ANL dengan pustaka data nuklir mutahir ENDF/B-VI. Hasil perhitungan dengan program WIMSD/4 dan WIMS-ANL untuk nilai KRTM pada reaktor NORA dan R1-100H masing-masing -5,039E-04 % k/k/ o C dan 2,9257E-03 % k/k/ o C. Dibandingkan dengan hasil desain terdapat perbedaan sekitar 1,8-3,8 % untuk WIMS-ANL sedangkan untuk WIMSD/4 sangat jauh sekitar 40 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa untuk analisis keselamatan dan kontrol reaktor harus digunakan pustaka data nuklir yang mutahir yaitu ENDF/B-VI karena pustaka data nuklir yang lama apabila digunakan hasilnya tidak akurat. Kata kunci : koefisien reaktivitas, moderator, reaktor, bahan bakar, WIMS ABSTRACT ANALYSIS OF MODERATOR TEMPERATURE REACTIVITY COEFFICIENT OF THE PWR CORE USING WIMS-ANL. The Moderator Temperature Reactivity Coefficient (MTRC) is an important parameter in design, control and safety, particularly in PWR reactor. It is then very important to validate any new proceesed library for an accurate prediction of this parameter. The objective of this work is to validate the newly WIMS library based on ENDF/B-VI nuclear data files, especially for the prediction of the MTRC parameter. For this purpose, it is used a set of light water moderated lattice experiments as the NORA experiment and R1-100H critical reactors, both of reactors using UO 2 fuel pellet. Analyisis is used with WIMSD/4 lattice code with original cross section libraries and WIMS-ANL with ENDF/B-VI cross section libraries. The results showed that the moderator temperatures reactivity coefficients for the NORA reactor using original libraries is 5.039E-04 % k/k/ o C but for ENDF/B-VI libraries is 2.925E-03 % k/k/ o C. Compared to the designed value of the reactor core, the difference is in the range of 1.8 3.8 % for ENDF/B-IV libraries. It can be concluded that for reactor safety and control analysis, it has to be used ENDF/B-VI libraries because the original libraries is not acurate any more. Keywords: reactivity coefficient, reactor, moderator, fuel, WIMS PENDAHULUAN B atan saat ini terus mengkaji Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang layak digunakan di Indonesia. Kajian dilakukan baik dari sisi ekonomi, budaya dan keselamatan terhadap PLTN yang telah beroperasi di dunia. Namun kajian tersebut dilakukan secara bertahap dan kontinu karena kajian satu tipe PLTN meliputi banyak hal, mulai dari unjuk kerja parameter sel bahan bakar hingga unjuk kerja reaktor keseluruhannya. Untuk mendukung kajian tersebut maka penelitian dan kajian dari sisi keselamatan untuk tipe PLTN tertentu perlu dilakukan. Biasanya kajian keselamatan suatu reaktor nuklir pada umumnya dimulai dari analisis parameter teras seperti koefisien reaktivitas teras. Tahap pertama dalam perancangan reaktor sebagai pembangkit listrik terdiri dari kajian terhadap hubungan antara unjuk kerja teras reaktor dan parameter sel bahan bakar yang memenuhi persyaratan tertentu.

Tukiran, dkk. ISSN 0216-3128 187 Untuk kajian teras PLTN tipe PWR-1000 MWe digunakan reaktor NORA (Norwegia- PWR1056 MWe) dan R1-100H PWR-1000 MWe (Amerika). Keadaan selama reaktor dioperasikan setiap siklus, terjadi perubahan reaktivitas teras. Perubahan ini terjadi karena sifat fisis bahan penyusun teras (temperatur atau kerapatan), terbentuknya racun xenon dan berubahnya komposisi bahan bakar. Dalam pengendalian reaktor, perubahan reaktivitas akibat berubahnya temperatur bahan bakar, moderator dan kerapatan moderator, disebut koefisien reaktivitas yang didesain bernilai negatif. Dengan demikian reaktor memiliki inherent safety, sehingga jika terjadi kenaikkan temperatur bahan bakar atau moderator akibat daya reaktor dinaikkan, maka reaktivitas teras berkurang sehingga reaktor terkendali dengan aman [1]. Koefisien reaktivitas temperatur moderator (KRTM) adalah suatu parameter yang penting untuk desain, kontrol dan keselamatan khususnya reaktor PWR. Sehingga dirasa penting untuk melakukan perhitungan yang akurat untuk parameter KRTM dengan proses tampang lintang baru. Tujuan perhitungan ini untuk menentukan besarnya parameter koefisien reaktivitas temperatur moderator dengan program yang didasarkan pada pustaka data nuklir ENDF/B-VI [2]. Untuk itu dilakukan perhitungan sel dari reaktor NORA dan R1-100H yang menggunakan bahan bakar uranium oksida (UO 2 ) dan air ringan sebagai moderator [3]. Analisis dilakukan dengan perhitungan transport satu dimensi yang diselasaikan dengan metode Sn (Descret Ordinat). Penentuan parameter koefisien reaktivitas temperatur moderator dilakukan dengan memodelkan bahan bakar teras reaktor dalam bentuk sel satuan (pin cell geometry). Satu satuan sel terdiri dari satu satuan bahan bakar dan moderator. Dari satu satuan sel ekivalen tersebut diperoleh data dimensi sel sebagai data masukan program perhitungan sel yang dikenal dengan annulus. Perhitungan dilakukan dengan program WIMSD/4 yang mengandung pustaka data nuklir tua (original) dan WIMS-ANL yang mempunyai pustaka data nuklir baru (ENDF/B-VI). Analisis parameter koefisien reaktivitas dilakukan dengan menaikkan varisai temperatur moderator. Kemudian hasil perhitungan dianalisis dengan hasil referensi. TEORI Koefisien Reaktivitas Reaktivitas menyatakan perubahan faktor multiplikasi efektif teras reaktor yang disebabkan oleh kondisi reaktor. Reaktivitas teras akan berubah jika terjadi perubahan pada kondisi operasi reaktor, misalnya perubahan posisi batang kendali, modifikasi reflektor atau susunan teras, masuknya sumber neutron atau penyerap neutron ke dalam teras [4]. Secara matematis reaktivitas dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : dengan, ρ : reaktivitas keff 1 ρ = (1) k k eff : faktor multiplikasi efektif eff Reaktivitas dapat pula didefinisikan sebagai perubahan populasi neutron dalam satu siklus per populasi neutron pada akhir siklus. Reaktor mempunyai faktor-faktor inherent (internal) yang dapat merubah reaktivitas walaupun reaktor dirancang untuk beroperasi pada daya konstan. Faktor-faktor inherent yang paling berpengaruh terhadap perubahan reaktivitas tersebut adalah perubahan, meningkatnya konsentrasi xenon (produk samping fisi), perubahan jumlah bahan bakar di dalam teras reaktor, terjadi void (uap) di dalam moderator atau pendingin. Perubahan reaktivitas yang disebabkan oleh faktor-faktor di atas dinyatakan dalam besaran koefisien reaktivitas (α). Koefisien Reaktivitas Temperatur Koefisien reaktivitas temperatur (α Τ ) didefinisikan sebagai turunan parsial reaktivitas terhadap perubahan temperatur [5]. dengan, δρ : perubahan reaktivitas δt : perubahan temperatur α T = δ ρ / δ T (2) Nilai dari koefisien reaktivitas temperatur akan menentukan kestabilan reaksi nuklir dalam reaktor. Pada kasus koefisien reaktivitas temperatur yang bernilai positif, maka hal tersebut akan menyebabkan bertambahnya reaktivitas bila terjadi kenaikan temperatur, sehingga mengakibatkan peningkatan daya pada reaktor. Sebaliknya apabila koefisien reaktivitas temperatur bernilai negatif, maka kenaikan temperatur akan menyebabkan penurunan reaktivitas dan berlanjut dengan penurunan daya reaktor sehingga reaktor cenderung dalam keadaan aman.

188 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. Salah satu efek yang umum terjadi pada reaktor nuklir ialah efek Doppler. Efek Doppler ialah fenomena pelebaran daerah neutron resonansi pada tampang lintang energi neutron seiring dengan kenaikan temperatur pada bahan bakar. Pelebaran daerah resonansi mempunyai efek yang sangat penting dalam fenomena penyerapan neutron resonansi (neutron dengan bentuk kurva energi yang tajam). Seperti yang telah diketahui bahwa tampang lintang makroskopik dari U-238 menunjukkan penyerapan yang tinggi pada kelompok energi neutron resonansi. Sebagai akibatnya laju serapan neutron resonansi di elemen bakar bertambah. Kenaikan temperatur pada elemen bakar meningkatkan laju serapan neutron resonansi pada U-238 dan mengakibatkan menurunnya reaktivitas temperatur bahan bakar diikuti dengan menurunnya daya reaktor [6]. Koefisien reaktivitas temperatur moderator teras dinyatakan sebagai perubahan reaktivitas persatuan perubahan temperatur moderator, α Tm = δ ρ / δ Tm (3) karena gerakan termal dari inti target yang meningkatkan probabilitas penyerapan neutron. Inti target berosilasi terhadap posisi normalnya akibat peningkatan temperatur. Akibatnya tidak hanya neutron dengan energi tertentu saja yang terserap melainkan juga neutron lain yang memiliki energi yang berada pada interval energi neutron yang sebelumnya akan memiliki probabilitas absorbsi yang besar. Hal ini disebabkan karena apabila inti target bergerak terhadap neutron datang maka neutron dengan energi yang lebih kecil dari energi yang seharusnya akan diserap, sementara itu hal sebaliknya akan terjadi apabila inti target begerak pada arah yang sama dengan neutron datang. Sehingga puncak-puncak resonan akan lebih lebar pada temperatur yang tinggi dimana energi neutron puncak resonan untuk atom U-238 adalah 6,67 ev. Dengan meningkatnya temperatur teras reaktor maka energi termal dari inti target bertambah dan oleh karenanya neutron dengan energi yang lebih rendah dan lebih tinggi dari nilai energi eksitasi inti target akan dengan mudah diserap. Koefisien reaktivitas α Tm dengan melakukan pendekatan: dapat dihitung α Tm = ρ / Tm (4) Nilai tersebut juga tergantung pada jenis dan bahan bakar. Koefisien reaktivitas temperatur yang bernilai negatif menunjang kualitas keselamatan operasi reaktor, dimana daya reaktor akan berkurang dengan kenaikan suhu. Efek Doppler Efek Doppler ialah peristiwa pelebaran puncak energi neutron resonansi, yaitu neutron dengan bentuk kurva energi yang tajam berupa puncak dan lembah yang terlihat jelas pada kurva tampang lintang serapan mikroskopik dari U-238 pada Gambar 1. Pelebaran ini terjadi akibat meningkatnya temperatur teras reaktor selama reaksi fisi berlangsung. Seperti diketahui bahwa neutron resonansi yang berada pada rentang energi 7 ev-200 ev memiliki tampang lintang reaksi yang cukup tinggi terhadap U-238 (karena memiliki nilai energi yang sesuai dengan nilai energi eksitasi inti U-238) sehingga pelebaran dari puncak neutron resonansi akan meningkatkan serapan neutron oleh U-238 dan mengakibatkan berkurangnya jumlah neutron termal yang diserap oleh U-235 sehingga k eff menjadi berkurang. Adapun pengaruh peningkatan temperatur terhadap melebarnya puncak neutron resonansi ialah Gambar 1. Efek Doppler. Pelebaran dari puncak resonansi (doppler broadening) akan menyebabkan perubahan reaktivitas bahan bakar. Seperti diketahui bahwa proses fisi menghasilkan neutron berenergi tinggi yang kemudian dimoderasi melalui tumbukan-tumbukan dengan partikel-partikel moderator dan neutron akan mengalami pengurangan energi secara bertahap. Pada saat neutron-neutron tersebut mencapai nilai interval energi resonansi maka probabilitas terserapnya neutron oleh inti U-238 akan sangat besar, sementara hal sebaliknya terjadi pada U-235. Peristiwa ini mendorong terjadinya penurunan reaktivitas reaktor. Tampang lintang serapan U-238

Tukiran, dkk. ISSN 0216-3128 189 pada daerah resonansi menurun terhadap kenaikan temperatur, meskipun demikian fluks neutron pada daerah resonansi menjadi semakin besar, sehingga berpengaruh secara langsung terhadap serapan neutron termal oleh U-235. Persamaan Transport Pergerakan neutron dalam teras reaktor sangat rumit, karena neutron bergerak secara acak dan terjadi tumbukan berulang-ulang dengan inti target maupun moderator (H 2 O). Sebagai akibat dari pergerakan ini, neutron yang sebelumnya berada pada satu bagian dari reaktor dan bergerak pada arah dan dengan energi tertentu pada saat yang lain akan muncul dibagian yang lain dengan arah gerakan dan energi yang berbeda. Dalam kasus ini neutron dikatakan ditransport dari daerah ruang dan energi awal ke daerah ruang dan energi kedua. Kajian dari fenomena ini sering disebut sebagai teori transport [7]. Program WIMS yang mengandung persamaan transport diselesaikan dengan metoda Sn (ordinat diskrit) digunakan untuk perhitungan kisi (lattice calculation). Perhitungan kisi dilakukan untuk memperoleh distribusi daya neutron dan faktor multiplikasi tak terhingga. Sebagai input dalam perhitungan kisi adalah data nuklir isotop dengan multi group energi dan deskripsi dari reaktor yang dapat diwakili oleh unit sel atau makro sel. Perhitungan nilai k-eff dilakukan dngan menggunakan faktor kebocoran yang dapat dilakukan dengan pendekatan melalui koreksi buckling. METODE PERHITUNGAN Perhitungan Sel Program WIMS menggunakan teori transport untuk menghitung fluks neutron sebagai fungsi energi dan ruang dalam sel satu dimensi. Untuk menyelesaikan persamaan transport digunakan metode DSN (discrete ordinates). Kemudian paket program ini digunakan untuk tahap perhitungan sel bahan bakar. Program ini berfungsi untuk mengolah input dari teras rektor untuk menghasilkan keluaran berupa konstanta tampang lintang makroskopik material teras reaktor. Dalam program ini elemen teras reaktor dimodelkan sebagai kumpulan anulus yang tersusun atas meat, cladding, moderator, dan extra region. Input yang dipersiapkan untuk paket program WIMS ialah berupa komposisi elemen bakar reaktor, variasi nilai temperatur elemen bakar (20 C, 60 C, atau 80 o C). Pada bagian pertama, dihitung spektrum neutron dalam geometri tertentu dan kelompok yang bersesuaian dengan pustaka program (69 kelompok), dan digunakannya untuk meringkas jumlah tenaga menjadi hanya 4 grup (few groups) yaitu : Neutron cepat, kelompok 1-5 dengan energi 0,821 MeV< E 10 MeV. Neutron perlambatan, kelompok 6-15 dengan energi 5,531 ev< E 0,821 MeV. Neutron resonansi, kelompok 16-45 dengan energi 0,625 ev< E 5,531 kev. Neutron termal, kelompok 46-69 dengan energi < 0,615 ev. Tampang lintang makroskopik tenaga neutron, yang diperlukan sebagai koefisien persamaan banyak kelompok, diperoleh langsung dari kerapatan atom isotop yang diberikan pada input program serta tampang lintang mikroskopik dari pustaka program. Pada bagian kedua dilakukan perhitungan banyak kelompok. Sel ini tersusun atas 4 region, dimana indeks 1 untuk region daging bahan bakar (meat), indeks 2 untuk kelongsong (cladding), indeks 3 untuk moderator, dan indeks 4 untuk extra region. Dimensi dan komposisi dari tiap region berasal dari input program. Setelah diperoleh spektrum banyak kelompok di keempat region, konstanta banyak kelompok diringkas menjadi 4 kelompok. SPESIFIKASI PIN SEL BAHAN BAKAR UO 2. Pin sel bahan bakar UO 2 adalah sama untuk tipe reaktor LWR dengan perangkat bahan bakar 17 17. Pengkayaan 3,0 % U-235 pada bahan bakar dibuat agar dapat menghasilkan fraksi baker 40 GWd/t. dalam satu siklusnya (2 tahun operasi daya penuh = full power day). Konfigurasi geometri pin sel. dengan ukuran jari-jari bahan bakar r 1 = 0,4 cm, r 2 = 0,45 cm dan r 3 = 0,677 cm dimana jari-jari terluar adalah sama dengan sebuah bujur sangkar dengan L/2 = 0,6 cm. Konfigurasi geometri pin sel bahan bakar disajikan pada Gambar 3.

190 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. Gambar 2. Diagram alir perhitungan WIMS. Gambar 3. Sel satuan bahan bakar PWR. Program WIMS hanya mampu melakukan perhitungan transport neutron satu dimensi, sehingga perlu dilakukan pemodelan terhadap sel teras. Pemodelan sel digunakan untuk perhitungan pembangkitan konstanta kelompok dalam 4 kelompok energi. Perhitungan sel dengan paket program WIMS dari satuan sel reaktor tipe LWR yang terdiri dari cluster bahan bakar dengan susunan square pitch seperti pada Gambar 3. Kemudian dihitung dimensi satuan selnya, satu satuan sel akan terdiri dari satu bahan bakar dan moderator. Luasan moderator yang mengelilingi bahan bakar adalah :

Tukiran, dkk. ISSN 0216-3128 191 L = (1,26) 2 3,14 (0,475) 2 = 0,879 cm 2 maka radius dari moderator yang mengelilingi elemen bakar adalah akar dari luasan di atas di bagi 3,14 dan hasilnya 0,53 cm. Dari satuan sel ekivalen tersebut diperoleh data dimensi sel sebagai data masukan program WIMS yang dikenal sebagai annulus seperti Gambar 3. Densitas atom pembentuk pin bahan bakar disajikan pada Tabel 1. Pembangkitan konstanta kelompok dimaksudkan untuk mendapatkan harga rerata konstanta kelompok dalam suatu sel dengan cara menghomogenkan sel tersebut. Untuk memperoleh harga-harga konstanta kelompok yang bersesuaian dengan kondisi teras maka nilai buckling teras (B 2 z ) diperoleh dari eksperimen seperti pada Tabel 1. Perhitungan konstanta kelompok dilakukan untuk material-material penyusun teras pada kondisi seperti di atas. K inf teras dan laju reaksi dihitung dengan pengkayaan bahan bakar masing-masing reaktor seperti pada Tabel 1. Geometri pin sel, kondisi temperature seperti terdapat pada Tabel 1. METODE ANALISIS Untuk melakukan analisis koefisien reaktivitas temperatur moderator dilakukan cara sebagai berikut: Dilakukan perhitungan sel pada kondisi suhu kamar (temperatur T 0 ) dengan menggunakan faktor kebocoran (buckling ) dari hasil eksperimen. Kemudian dilakukan perhitungan sel dengan kondisi panas (Temperatur T). Dalam hal ini temperatur bahan bakar, kelongsong, moderator dan densitas berubah. Kemudian koefisien reaktivitas dihitung dengan persamaan persamaaan (2) dan Diagram alir perhitungan disajikan pada Gambar 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Data teras reaktor NORA dan R1-100H disajikan pada Tabel 1. Dari hasil perhitungan program WIMS/D4 dan WIMS-ANL diperoleh harga konstanta kelompok material teras NORA disajikan pada Tabel 2 dan konstanta kelompok material teras R1-100H disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka nilai konstanta makroskopik secara umum semakin kecil sehingga menyebabkan nilai k- inf semakin turun. Sedangkan pada reaktor NORA dengan diperlebarnya pitch bahan bakar menyebabkan nilai konstanta makroskopik semakin kecil sehingga akan menyebabkan nilai k-inf juga semakin kecil. Nilai K inf sel teras reaktor NORA dan R1-100H disajikan pada Tabel 4. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin banyak material kosong semakin kecil harga K inf. Pada reflektor K inf dapat dianggap sama dengan nol. Harga K inf pada pengkayaan 3 % tanpa boron sangat sesuai dengan data reaktor daya NORA yaitu 1,35 yang diberikan oleh pemasok 8), sedangkan dengan bahan bakar pengkayaan lain tidak ditemukan data pembandingnya dari pemasok. Untuk tampang lintang makroskopik absorpsi dan υ-fisi mempunyai harga terbesar pada daerah termal sedangkan kisi bahan bakar dengan data-data neutronik yang tersedia dari pemasok adalah bersifat undermoderated. Penurunan densitas moderator yang disebabkan oleh kenaikan temperatur moderator mempunyai kosekuensi sebagai berikut: τ 1/Σ 2 s = 1/(σ s N) 2 akan naik yang memaksa harga reaktivitas turun, tetapi efek ini biasanya kecil. L 2 = λ tr λ a /3 = 1/3 1/Σ tr 1/Σ a berbanding terbalik dengan kuadrat densitas dan σ a (absorbtion cross section). Ketergantungan panjang difusi termal pada temperatur moderator akan jelas terlihat. Dalam kenyataannya dengan menaikkan temperatur moderator harga L akan naik dan bersamaan dengan itu kobocoran termal akan naik juga dan mengakibatkan reaktivitas menjadi turun. Kenaikan temperatur moderator dan temperatur bahan bakar akan menyebabkan kenaikan ukuran teras reaktor yang akan menurunkan harga buckling (B 2 ) dan akhirnya harga reaktivitas naik. Perubahan temperatur bahan bakar akan mempengaruhi parameter-parameter berikut ini : kemungkinan lolos resonansi (p) pada rumus k (karena pelebaran resonance U-238) akan menurun dengan naiknya temperatur bahan bakar. Oleh karena k turun maka konsekuensinya reaktivitasnya akan turun. Seperti yang telah disebutkan di atas, naiknya temperatur bahan bakar akan memperluas ukuran teras reaktor sehingga menurunkan buckling (B 2 ) yang artinya menurunkan harga reaktivitas. Walaupun demikian efek ini kurang berarti dibandingkan faktor probabilitas lolos resonansi. Secara numerik analisis dari faktor-faktor yang telah dibahas di atas menunjukkan bahwa efek total adalah menurunkan reaktivitas dengan naiknya temperatur moderator atau bahan bakar sehingga koefisien reaktivitas temperatur biasanya negatip. Walaupun demikian, air sebagai moderator teras pada rasio moderator dan bahan bakar yang khusus dapat bernilai positip pada range temperatur operasi tertentu.

192 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. Tabel 1. Spesifikasi data nuklir teras reaktor NORA dan R1-100H. Parameter Reaktor NORA (PWR-1056 MWe) Reaktor R1-100H PWR (1000 MWe) Material bahan bakar UO 2 UO 2 Isotop bahan bakar (atoms/barn.cm) O = 0,04637 U235 = 0,00080046 U238 = 0,0223877 O = 0,046590 U235 = 0,0007082 U238 = 0,0225900 Densitas bahan bakar (g/cm 3 ) 10,40 10,39 Pengayaan uranium U-235 (%) 3,41 3,003 Radius pelet bahan bakar (cm) 0,635 0,508 Material kelongsong SS-304 SS-304 Densitas kelongsong (g/cm 3 ) 8,699 8,293 Radius dalam kelongsong (cm) 0,646 0,521 Radius luar kelongsong (cm) 0,694 0,546 Pitch (cm) 2.314 1,9 Buckling eksperimen (1/cm 2 ) 0,006600 0,000022 1.32 0,00918 0,00017 Tabel 2. Konstanta kelompok material teras reaktor NORA. Konstanta kelompok 1 Makro X-sec. absorbpsi 2 3 4 Makro X-sec. nu-fissi 1 2 3 4 Konstanta difusi 1 2 3 4 Group Reaktor Nora ( pitch 1,9 cm) Reaktor Nora (pitch = 2.314 cm) T(20 o C) T(60 o C) T (20 o C) T(60 o C) 4.60097E-03 4.58535E-03 3.49351E-03 3.47812E-03 3.00410E-03 3.00039E-03 2.07238E-03 2.06935E-03 2.57010E-02 2.57587E-02 1.82557E-02 1.83022E-02 1.27483E-01 1.23230E-01 9.41126E-02 9.04640E-02 1.04156E-02 1.28847E-03 1.56919E-02 2.02804E-01 2.06111E+00 1.00771E+00 6.07526E-01 2.80508E-01 1.03848E-02 1.28575E-03 1.56489E-02 1.96279E-01 2.07972E+00 1.01737E+00 6.12607E-01 2.87327E-01 7.64213E-03 8.91439E-04 1.08068E-02 1.40193E-01 2.10199E+00 1.02708E+00 5.96771E-01 2.32128E-01 7.61512E-03 8.89333E-04 1.07819E-02 1.35204E-01 2.12483E+00 1.03877E+00 6.03001E-01 2.39884E-01 Tabel 3. Konstanta kelompok material teras reaktor R1-100H. R1-100H (pitch = 1,32 cm) T (20 o C) T (80 o C) 5.58292E-03 5.60694E-03 3.81771E-03 3.82393E-03 3.13543E-02 3.12923E-02 1.37334E-01 1.43672E-01 1.28719E-02 1.47479E-03 1.79804E-02 2.25534E-01 2.19514E+00 1.11373E+00 8.53440E-01 5.53860E-01 1.29212E-02 1.47892E-03 1.80774E-02 2.35795E-01 2.16846E+00 1.09981E+00 8.45825E-01 5.43642E-01

Tukiran, dkk. ISSN 0216-3128 193 Tabel 4. Nilai k-inf sel untuk teras reaktor NORA dan R1-100H. Pin Sel Reaktor Temp. ( o C) Pitch (cm) WIMSD/4 WIMS-ANL NORA 20 1,9 1,348505 1,352489 60 1,9 1,336787 1,348812 20 2,314 1,352235 1,366785 60 2,314 1,349593 1,356783 R1-100H 20 1.32 1,272007 1,360185 80 1,32 1,262438 1,357132 Tabel 5. Hasil perhitungan prediksi koefisien reaktivitas temperatur moderator teras reaktor NORA dan R1-100H. (% k/k/ o C). Reaktor V m /V f Tem WIMSD/4 WIMS-ANL o C K-eff α Tm K-eff α Tm Referensi NORA 1,66 20 60 1,008848 1,007642-2,966E-4 1,008198 1,007981-5,338E-4-5,25E-04 3,03 20 60 1,010858 1,009138-4,215E-4 1,009905 1,007461-6,005E-4 ----------- R1-100H 0,995 20 80 1,020691 1,018086-4,178E-4 1,005791 1,004019-2,925E-3-2,82E-03 Perhitungan WIMS untuk parameter koefisien reaktivitas temperatur moderator menggunakan data nuklir baru ENDF/B-VI (WIMS-ANL) memberikan hasil yang konsisten terhadap desain sedangkan untuk perhitungan dengan menggunakan data nuklir lama (WIMSD/4) tidak konsisten atau jauh dari nilai desain. Hal ini disebabkan karena spektrum fisi pada data nuklir lama berbeda dengan spektrum fisi dari data nuklir baru dan penanganan resonansi pada laju reaksi fisinya sesuai dengan resonansi bahan bakar UO 2 tipe LWR. Laju reaksi pada perhitungan sel untuk isotop U-235 dan U-238 pada energi group pertama tidak sesuai dengan prediksi dan efeknya adalah reaksi fisi cepat terhadap U-238. Hal ini terjadi karena mesh energi group pada range fast terlalu kasar untuk memperoleh lebih akurat lagi. Spektrum peratarataan fisi antara U-235 dan U-238 pada data nuklir baru (ENDF/B-VI) akan menghasilkan generasi tampang lintang yang baik sehingga menghasilkan nilai parameter yang sesuai dengan desain. Laju reaksi U-238 pada energi epitermal dan termal menghasilkan nilai yang baik terhadap referensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh resonansi pada generasi tampang lintang sudah dipergitungkan dengan baik. KESIMPULAN Perhitungan dengan menggunakan WIMS- ANL berdasarkan data nuklir baru ENDF/B-VI memberikan hasil yang cukup baik dengan model 4 group energi neutron dihasilkan nilai parameter koefisien reaktivitas temperatur moderator yang sesuai dengan hasil referensi yaitu 5,338E-4 % k/k/ o C sedangkan hasil perhitungan referensi yang dihitung dengan MCNP-4b hasilnya -5,25E-04 % k/k/ o C untuk reaktor PWR-NORA sedangkan untuk reaktor PWR R1-100H diperoleh hasil - 2,925E-03 % k/k/ o C sedangkan referensinya 2,82E-03 % k/k/ o C. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh perbedaan masing-masing sekitar 1,8 % dan 3,7 %. DAFTAR PUSTAKA 1. DUDERSTADT, J.J and HAMILTON, L.J, Nuclear Reactor Analysis, John Wesley & Sons, New York, 1976. 2. LIEM PENG HONG, Analisis Numerik, Komputasi dan Pemrograman Komputer Pada

194 ISSN 0216-3128 Tukiran, dkk. Disain Neutronik Reaktor Nuklir, Diktat Kuliah, Jakarta, 1994. 3. TAUBMAN, C.L., The WIMS 69-group Library tape 166259, UK Atomic Energy Authority, England 1975. 4. J.R.DEEN, W.L. WOODRUFF, C.I.COS- TESCU, L.S LEOPANDO, WIMS-ANL User Manual Rev.4, Argonne National Laboratory, Argonne, Illinois, January 2001. 5. TUKIRAN S, SURIAN P, Analisis Koefisien Reaktivitas Teras RSG-GAS, Jurnal Teknologi Reaktor TDM, Vol. 2, 2004. 6. TUKIRAN S, Perhitungan Sel Bahan Bakar PWR Dengan WIMSD/4, Proseding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Yogyakarta, 2006. 7. SURIAN P. TUKIRAN S., Analisis Efek Suhu Terhadap Reaktivitas Teras RSG- GAS Berbahan Bakar Silisida, Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir, BATAN, Serpong, 2001. 8. ANDERSEN, E. et al., Topics in Light Water Reactor Physics: Final Report of the NORA Project Technical Report Series No. 113, International Atomic Energy Agency (1970). TANYA JAWAB Siswanto Apa kelebihan program WIMS-ANL dibanding WIMD-4 untuk generasi tampang lintang material. Tukiran S. Program WIMS-ANL menggunakan daftar pustaka baru yaitu ENDF/B-IV. Sedangkan WIMSD/4 daftar pustakanya lama tahun 1968 sehingga jauh lebih baik hasilnya dengan WIMS- ANL.